Melihat anaknya yang berlari menuju kamar, Sa Ra maupun Woo Sik hanya bisa terdiam.
"Kalau kamu putusin pacar kamu itu, aku janji kita akan hidup bahagia" ucap Woo Sik
"Pacar apanya? Kamu tuh yang punya pacar"
Woo Sik mengusak kasar rambutnya. Ia berdiri menatap istrinya itu dengan kesal.
"Apa yang perlu aku buktiin kalau dia memang bukan pacarku? Kamu udah cek sendiri kan hp aku, gaada chat aku sama sekretaris aku yang mesra. Justru kamu yang kedapatan lagi jalan bareng sama cowok"
"Dia cuma temen aku"
"Mana ada temen tapi gandengan tangan, rangkulan juga"
"Yaudah sih"
Sa Ra menatap kesal suaminya itu dan memilih duduk di sofa sembari menyilangkan kaki dan bermain ponsel.
Woo Sik menghela nafas dan duduk kembali di sofa. Ia tak bermain ponsel melainkan menatap foto keluarga yang terpasang di atas televisi.
"Apa kamu beneran mau kita bercerai?"
Sa Ra yang semula bermain ponsel pun menatap Woo Sik yang tengah menatap foto keluarga mereka. Ia pun ikut menatap foto yang terlihat indah itu.
Terdengar suara langkah turun dari tangga. Woo Sik menoleh dan mendapati anaknya yang terlihat hendak keluar rumah.
"Mau kemana nak?"
Tetapi (Yn) tak menjawab dan bergegas keluar rumah. Woo Sik kembali menghela nafas melihat anaknya yang sangat kecewa itu.
"20 tahun kita sama-sama. Apa kamu ngga mau mempertahankan rumah tangga kita? Kamu lihat sendiri gimana kecewanya anak kita tadi? Kita orang dewasa, harusnya kita bisa ngertiin anak kita"
"Udahlah mas, lagian buat apa kita pertahanin kalau pemikiran kita udah ngga sama kayak dulu? Sama-sama saling menyalahkan. Percuma dipertahankan"
Sa Ra bergegas meninggalkan Woo Sik sendiri di ruang keluarga.
"Maafin ayah (Yn)"
Sedangkan kini (Yn) berjalan keluar dari minimarket setelah membeli ice cream.