Alca terbangun karena suhu kamar yang rendah hingga membuat tubuhnya terasa beku. Apalagi dengan alas selembar yang tipis. Dia bahkan tak punya selimut untuk menutupi tubuhnya dari sapuan air conditioner.
Baru saja Alca membuka mata, dia langsung dikagetkan dengan seorang pria yang tidur di sampingnya--bukan gitu, maksudnya di samping tapi dengan pemisah brankar bunyai. Namun kolong yang tak ada kain penghalang membuat Alca berhadapan langsung dengan pria yang sedang tidur menghadap ke arahnya itu.
Awalnya Alca tak sadar siapa dia sebelum akhirnya Alca membersihkan matanya dari belek-belek indah sampai dia sadar kalau itu ... GUS KAFA!
Dua tahun ini dia tak pernah mendapati sosok pria saat membuka mata, membuat Alca kejut-kejut saat kini melihatnya.
Alca kontan bangkit sampai tak memperkirakan sesuatu hingga kepalanya terantuk ke brankar bunyai dan menghasilkan bunyi nyaring yang mengagetkan Gus Kafa--bahkan mungkin penghuni tiga brankar lainnya.
Untung saja bunyai tak terbangun karena ulahnya tersebut.
"Kenapa, Mbak?" tanya Gus Kafa yang sudah mendudukkan dirinya di seberang. Suaranya terdengar serak, mungkin karena baru saja bangun.
Alca yang awalnya hanya memegang jidatnya, kini beralih memegang wajahnya alias menutup wajah dengan telapak tangannya karena M A L U.
Sakitnya sih tak seberapa, tapi malunya yang beberapa.
"Maaf mengganggu, Gus. Saya lupa kalau sedang di rumah sakit, mau bangun ternyata ada brankar Bunyai," ujar Alca dengan suara lirih agar tak mengganggu penghuni brankar sebelah.
"Lain kali hati-hati, Mbak," katanya lalu kembali merebahkan tubuhnya dan kembali tidur.
Alca mengangguk tipis, lalu segera pergi dari sana menuju balkon rawat inap untuk meredakan malunya.
Alca terdiam sebentar sembari memijat keningnya yang tadi terbentur besi brankar.
Tadi pertama kalinya Alca melihat wajah Gus Kafa meski hanya sekilas, sepertinya Alca pernah melihat gusnya itu di suatu tempat?
Alca menggeleng. Tak mungkin, sebab Gus Kafa sudah empat tahun tak kembali ke Indonesia.
Tapi Alca yakin sekali dia pernah melihatnya.
Alca berusaha mengingatnya, tetapi dia tetap tak menemukan petunjuk. Apa karena gusnya itu sedikit mirip dengan Imron jadi Alca merasa pernah melihatnya?
Alca mengalihkan perhatiannya pada ponselnya yang sedari tadi tak dia sentuh.
Saat menghidupkan data selulernya, dia langsung menemukan pesan dari pakyai yang berada di paling atas.Setelahnya dia menelepon Ustadzah Nayla untuk mengabari keadaan bunyai. Semalam dia sudah menelepon ustadzahnya itu, tetapi hanya untuk tanya-tanya perihal riwayat penyakit bunyai, belum sempat menceritakan kronologinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.