🖤 20; JEALOUS

47 7 14
                                    

“Cemburu itu tandanya cinta.” —Al Jendra Malsa Raharja.

___________

Lovela turun dari motor besar Jendra, yang disusul juga oleh lelaki itu. Kini mereka sedang berada di tempat parkir khusus murid di SMA GALAKSI. Suasana masih cukup sepi sebab waktu masih sangat pagi. Hanya beberapa murid saja yang baru berdatangan.

Lovela menyerahkan helm full face hitamnya kepada Jendra yang langsung diterima oleh lelaki itu. “Gue mau piket dulu. Lo bisa langsung masuk ke kelas aja, Jen, ” katanya.

“Enggak. Gue bakal temanin lo piket,” ucap Jendra sambil meletakkan helm full face hitam milik Lovela di atas tangki motornya.

“Enggak usah, deh. Entar lo malah gabut di sana. Mending sarapan di kantin, atau kerjain PR lo.” Lovela masih menolak niat baik Jendra untuk menemaninya, membuat lelaki itu berdecak sebal.

Jendra mengambil tas ransel Lovela hingga gadis itu sedikit terkejut. “Gue bantu lo piket. Tas lo gue bawa.”

“Eh, lo mah, masih aja suka bikin gue salting gini!” ujar Lovela dengan nada merajuk.

Jendra pun terkekeh geli. “Tas lo ngehalangin tangan gue buat rangkul pinggang lo,” ucapnya, lalu melingkarkan tangannya di pinggang Lovela.

Remasan tangan Jendra di pinggang Lovela membuat gadis itu berusaha bernafas dengan teratur. Sisi lain Jendra ini baru pertama kali diketahui oleh Lovela. Mereka pun berjalan bersama menuju ke kelas Lovela, meninggalkan area parkir. Tanpa mereka tahu, bahwa ada Revano yang sedari tadi melihat kedekatan mereka dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari posisi mereka.

Revano mengepal erat tangannya di atas setir mobil. Rahangnya mengeras, begitu juga dengan tatapan matanya yang menajam seperti mata tombak.

“Gue enggak rela Lovela pacaran sama cowok brengsek itu!” ujarnya geram. “Gue bakal pisahin kalian dengan cara apapun!”

🖤🖤🖤

Jendra dan Lovela melangkah masuk ke dalam kelas 11 IPA-1, yang merupakan kelas Lovela. Keadaan masih sangat sepi. Jendra pun mengikuti langkah Lovela yang membawanya menuju ke bangku kedua yang berada di barisan paling pojok.

“Taro aja tas gue di sini, Jen. Gue mau ambil sapu dulu, ” kata Lovela, lalu berjalan menuju ke belakang kelas yang terdapat alat-alat pembersih seperti sapu, lap pel, kanebo, ikrak, dan lain-lain.

Jendra pun meletakkan ransel Lovela yang berwarna biru tosca itu ke atas bangku yang tadi ditunjukkan oleh gadisnya itu. Kemudian ia melangkah menghampiri Lovela yang mulai melaksanakan tugas piketnya yaitu menyapu lantai kelas.

“Biar gue bantu, ” ucap Jendra, kemudian ia pun mengambil sapu dan mulai melakukan aktivitas seperti kekasihnya itu. Namun mereka berbeda tempat. Lovela menyapu di bagian barisan bangkunya yang berada di pojok kiri, sedangkan Jendra menyapu di barisan bagian pojok kanan.

Lovela mengulas senyum simpul ketika melihat Jendra dengan serius menyapu lantai. Bahkan lelaki itu tidak mengindahkan teman-temannya yang satu persatu mulai memasuki kelas dan terkejut akan kehadirannya.

“Emang cowok gue itu ganteng banget. Buktinya semua cewek langsung terpana ngelihat mukanya,” gumam Lovela sambil melirik ke arah Jendra. Hingga beberapa detik kemudian, ia mengerucutkan bibirnya. “Gue kan jadi cemburu. Apa besok-besok gue make over aja ya, tuh cowok biar keliatan sedikit jelek?”

AL JENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang