Lean On Me [Second Life- another flashback]

973 35 0
                                    

"Ayah sayang sekali sama Rayya ternyata..."

......

"Masih pengen muntah gak?" Seungcheol merapikan anak rambut Jeonghan yang tak terikat, menyelipkannya ke belakang telinga kemudian tangan kanannya mengelap bibir Jeonghan dengan tisu basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih pengen muntah gak?" Seungcheol merapikan anak rambut Jeonghan yang tak terikat, menyelipkannya ke belakang telinga kemudian tangan kanannya mengelap bibir Jeonghan dengan tisu basah. Satu gelengan pelan ia dapatkan.

"Sejam lagi sampe Doha, merem lagi aja." Seungcheol merapikan letak bantal Jeonghan, menyelimuti si cantik sebelum mengecup kening itu lama. Laki-laki itu kemudian berdiri untuk kembali ke kursinya setelah membereskan segala kantung muntah yang barusan Jeonghan gunakan. Beruntung ia memutuskan menggunakan jet pribadi ketimbang membeli tiket first class. Karena akan sangat merepotkan ketika kondisi Jeonghan belum sepenuhnya fit dan harus duduk dengan penumpang lain yeah meski tentu tidak banyak.

Seungcheol sibuk menghubungi dokter yang Rachel rekomendasikan untuk segera memeriksa Jeonghan ketika mereka transit di Doha. Perkiraan mereka sampai ke hotel sekitar pukul 11 malam waktu setempat. Bohong kalau Seungcheol tak khawatir dengan kondisi Jeonghan. Tadinya, Seungcheol berdebat sengit dengan pasangannya itu terkait dengan kepindahan mereka ke London untuk selanjutnya menetap.

"Di SG aja sampe Adek lahir. Lagian kan kamu cuti kuliah. Penerbangannya panjang, bahaya."

Tapi Jeonghan tetaplah Jeonghan. Dengan seribu satu alasan pasti bisa membuat Seungcheol menuruti kemauannya.

"Akutu ada seminar satuuuu aja sama Prof. Joseph. Satu aja, Mas. Aku juga pengen kayak orang-orang bisa ikut yang begitu. Aku bosen berbulan-bulan kayak gini terus. Kita berangkat ya? Ya ya ya?"

Jadilah dengan segala persiapan yang Seungcheol jamin sudah ia rencanakan dengan cermat, mereka berangkat meski Jeonghan sedang hamil muda. Kondisinya sebenarnya sudah makin membaik, toh Rachel mengijinkan, Jeonghan pun senang. Tapi tentu Seungcheol yang stress dibuatnya.

"Aku bisa jalan!"

"Pake kursi roda atau gak usah berangkat sekalian!"

Jeonghan memang sungguh bermulut manis dan membuat Seungcheol takluk dibuatnya tapi Seungcheol mode serius dengan alis bertaut tentu membuat Jeonghan kikuk juga. Jadilah Jeonghan ke mana-mana didorong dengan kursi roda bahkan saat transit dua hari di Doha pun, Seungcheol membawa Jeonghan ke hotel dengan 'kendaraan' yang sama. Tak kan Seungcheol biarkan kaki Jeonghan sedikit pun menginjak lantai karena jujur darah Seungcheol cepat sekali naik ke kepala.

Seperti sekarang, dr. Azeema mengecek keadaan Jeonghan yang sejak turun dari pesawat tak henti memijat keningnya. Berujung pada Jeonghan yang hanya digantikan piyama seadanya, harus berbaring di kamar hotel dengan infus terpasang. Wah lihatlah wajah si calon Ayah di ujung sana, keningnya berlipat tiga, tangan besarnya pun terlipat di depan dada.

"I've administered the infusion, and Jeonghan is responding well. The fluids should help with him hydration levels and overall comfort. He just needs some rest now." dr. Azeema tentu mengerti kekhawatiran Seungcheol. Wajar, penerbangan yang mereka tempuh sungguh panjang. Bagi orang yang sehat saja, pasti melelahkan apalagi Jeonghan yang kondisinya memang rentan.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang