Jake menjerit keras, ia kaget ketika masuk ke dalam ruang ganti klub basket dan ada salah satu anggota klub basket yang sedang bertelanjang dada dengan penuh percaya diri.
“Apa sih Jake teriak - teriak?” tanya Jeno, anggota klub basket yang sedang asyik bertelanjang dada sambil memainkan handphone.
“Ya aku kaget karena kau buka baju begitu,” kata Jake menghela nafas panjang.
“Aku buka baju karena gerah, mandi kalau berkeringat kan kurang bagus,” Jeno menyeringai lebar ke arah Jake, “Mau ikut mandi?”
“Enggak, najis amat mandi bareng,” Jake hampir lupa dengan tujuannya datang ke klub basket, “Oh iya.. kau di cari Park songsaenim, ada yang penting mau dibicarakan. Di tunggu di kantor.”
Jake menatap waspada pada Jeno yang bangkit berdiri dan mendekat padanya. Ia yang sudah mau kabur ternyata kalah cepat dari atlet basket sekolahnya ini karena Jeno sudah lebih dulu mengurung tubuhnya dengan dua tangan di kanan kiri kepala Jake.
Jake memundurkan tubuhnya sampai menabrak tembok pelan, tatap matanya fokus menatap pada Jeno yang ada di depannya. Memang tampan sih Jeno ini, badannya juga bagus, sixpack, tinggi juga, tapi.. tapi… Jake berusaha untuk tetap tenang walaupun jantungnya sudah dangdutan sendiri.
“Kau kan punya nomorku, kenapa tidak chat saja dan jauh - jauh datang ke sini,” Jeno mendekatkan wajahnya, tersenyum lebar karena bahagia menggoda teman sekelasnya ini, “Kau sengaja mau menemuiku ya.”
Jake memalingkan wajahnya, dia semakin gugup karena jaraknya dengan Jeno semakin tipis, “Kau tidak balas chatmu jadi aku datang kesini.”
“Padahal bilang saja kalau mau ketemu aku gak masalah lho,” kata Jeno yang masih melanjutkan godaannya pada Jake.
Jake sudah tidak mau membahas apapun lagi karena takut dirinya tidak terkendali. Ia mendorong pelan tubuh telanjang Jeno dan kabur dari dalam ruang klub basket.
Jeno ikut melangkah keluar tapi tidak mengejar Jake. Dia tersenyum melihat tingkah lucu Jake yang lari sambil teriak - teriak heboh.
@@@@@
“Aku sepertinya jatuh cinta deh..” ucap Jake sambil tersenyum sendiri membayangkan wajah ganteng Jeno.
Dua temannya, Jay dan Jungwon langsung menolehkan kepala menatap pada Jake.
“Jangan Niki, dia milikku hanya punyaku,” kata Jay.
“Santai aja sih… enggak ada juga yang mau ambil Niki,” sahut Jungwon yang entah kenapa emosi melihat sikap Jay yang selalu berlebihan kalau sudah berhubungan dengan Niki. Dan satu lagi yang bikin dia kesal.
“Jay.. Niki masih SD lho.. pedofil ih…” kata Jake.
“Gak usah bicarakan Jay bucin ini,” Jungwon menggeser duduknya. Bangku panjang yang ada di kantin membuatnya gampang meluncur mendekat pada Jake, “Kau jatuh cinta pada siapa?”
“Jeno, atlet basket sekolah kita,” jawab Jake dengan senyuman lebar.
Jay dan Jungwon awalnya terdiam, sampai kemudian saling tatap.
“Jeno kan terkenal banget, sainganmu banyak,” kata Jungwon.
“Kau habis digodain buaya itu ya makanya terpesona,” tuduh Jay.
Jake dengan cepat menggelengkan kepala, “Enggak ya… Jeno itu bukan buaya.”
Baru saja mulut Jake tertutup ketika melihat Jeno masuk kedalam kantin bersama teman - temannya. Jake tersenyum melihat sosok ganteng Jeno sampai kemudian senyumannya hilang saat melihat Jaemin yang berjalan di samping Jeno dengan merangkul lengan kekar Jeno. Jake merasa semakin panas dan sakit hati ketika melihat Jeno entah membenarkan poni Jaemin atau mengambil kotoran tapi yang pasti Jeno dan Jaemin dekat sekali.
“Cocok sekali mereka ya… couple Jeno - Jaemin memang serasi sekali,” kata salah seorang murid yang duduk di samping meja Jake.
Jake yang tidak bisa mengendalikan diri karena rasa kesal langsung saja bangkit berdiri dengan sekalian menggebrak meja dan membuat beberapa orang menatap padanya, termasuk Jeno yang sedang melangkah mencari meja.
“Jake, kau kenapa? Kok seperti marah sekali?” tanya Jeno.
Jake tidak mengatakan apapun, ia melangkah kaki dengan terburu - buru. Tidak mau menatap pada Jeno sama sekali. Hatinya terasa sakit dan dia merasa bodoh karena jatuh cinta hanya karena di goda sekali saja oleh Jeno.
@@@@@
Jeno sudah mengangkat tangan dan hendak menyapa Jake ketika teman satu kelasnya itu malah memalingkan wajah dan berjalan cepat melewati area lapangan sepakbola yang ada di bagian belakang gedung sekolah. Jeno yang penasaran karena sudah beberapa hari ini Jake menghindarinya terus kemudian berinisiatif mengejar Jake dengan kecepatan penuh.
Jake yang awalnya berjalan cepat saja menjadi panik ketika melihat Jeno berlari ke arahnya.
“Jake tunggu!!!”
“Huwaaa…. Jangan kejar aku….” Jake berlari sekencang yang dia bisa walau pada akhirnya, tangannya terpegang oleh Jeno dan ditarik ke dekapan Jeno begitu saja.
Jeno yang tahu kalau Jake pasti akan kabur, segera mendekap tubuh Jake agar tidak bisa pergi darinya.
“Lepas… lepaskan aku…” Jake meronta - ronta heboh di pelukan Jeno.
“Enggak, aku butuh penjelasan karena kau kabur terus menerus dariku,” kata Jeno.
“Aku gak mau jelasin apapun jadi lepaskan aku,” Jake masih berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Jeno tapi yang terjadi dia malah kelelahan sendiri dan akhirnya pasrah.
Jeno menatap pada Jake yang sudah mulai agak tenang, “Jelaskan padaku, sebenarnya ada apa?”
“Gak ada,” jawab Jake singkat sambil memalingkan muka. Dia tidak akan tergoda bujuk rayu lelaki buaya di depannya ini lagi.
“Jangan bohong, jelas - jelas kau menghindari ku masa bilang enggak ada apa - apa,” kata Jeno.
“Emang gak ada apa - apa. Udah lepasin…” Jake kembali meronta.
“Gak akan aku lepasin kalau belum bilang alasan sebenarnya,” Jeno mengeratkan dekapannya.
Jake meringis ngilu bukan karena sakit, tapi karena dia tahu tidak akan bisa meloloskan diri dari orang dihadapannya ini. Jake menatap pada Jeno yang tersenyum padanya.
“Aku yang bodoh… aku yang salah,” ucap Jake, kepalanya menunduk sedih.
Jeno mengerutkan kening, kenapa malah jadi main drama sedih sosok didepannya ini??
“Bicara yang jelas, jangan malah bikin makin bingung,” kata Jeno.
“Aku jatuh cinta padamu hanya karena kau godain sekali di ruang klub basket itu, ternyata kau pacarnya Jaemin… aku emang goblok…”
Jeno terdiam, menatap pada Jake yang masih saja menyalahkan diri sendiri. Ia kemudian mengambil inisiatif menundukkan kepala dan mencuri ciuman dari bibir Jake.
Ciuman singkat yang didapat Jake langsung membuat Jake mendongak dan menatap kearah Jeno.
“Sekarang aku yang menjelaskan,” kata Jeno masih tidak melepaskan pelukannya, “Pertama aku tidak hanya sekali dua kali menggodamu… kau yang tidak peka sampai nyaris putus asa aku. Kedua aku bukan pacarnya Jaemin, makhluk itu sudah punya pacar. Ketiga kau tidak bodoh karena mencintaiku.”
Jake masih mengarahkan tatap mata kepada Jeno dengan usaha mati - Matian tidak jatuh cinta ‘lagi’ pada sosok didepannya ini, tapi… gagal. Senyuman manis Jeno membuatnya luluh, membuat jantungnya tidak karuan merasakan perasaan indah ini. Jake merasa dia sudah akan cukup gila karena apa yang terjadi saat ini, tapi ternyata masih di tambah lagi ketika Jeno mendekatkan wajah dan mencium lembut pada bibirnya.
Mata Jake terbuka lebar, membelalak, menatap tidak percaya pada Jeno.
“Aku juga mencintaimu… jadi pacarku ya,” kata Jeno.
“Beneran ini?” tanya Jake.
Jeno tidak menganggukkan kepala tetapi mencium lagi pada bibir Jake. Kali ini Jeno mencium lebih lama, memberikan lumatan - lumatan lembut pada bibir manis milik si manis Jake. Dan tentu saja tanpa keberatan Jake membalas dengan penuh cinta kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Yaoi - 5
Fanfictionwarning!! boys love story!! gay story!! adegan sex tidak disensor!! pasangan suka - suka.. bisa aja yeonjun txt aku pasangin sama sanha astro. atau changbin straykids aku pasangin sama taeil nct. buka request kalau yg baca dan komentar banyak... k...