"Kak Reva!"
Kala berteriak, memanggil Reva yang ingin menghampiri motornya di parkiran. Ia berdiri di samping Reva, tiba-tiba Reva menghentikan aktivitasnya mengambil motor. Masih di hari yang sama, namun hanya berbeda latar waktu dan menit.
Tadi setelah Kala dan Chindy mengobrol panjang dengan suasana gembira membuat mereka tak sadar jika bel pulang sekolah sudah berbunyi. Chindy berpamitan dengan Kala untuk mengambil barang-barangnya di kelas, sembari bertemu dengan anggota bandnya. Sementara Kala bergegas ke parkiran sekolah, mencari keberadaan Reva.
"Paan?" Jawab Reva.
"Gue bisa minta tolong sama lo gak?"
"Mintol apaan, Kal?"
"Ini," Kala mendekati Reva lagi, "Kan, bentar lagi ulang tahun kak Chin-"
"HAH!" Potong Reva, ia menatap Kala secara cengo, "Oh iya, baru inget gue anjir! Tuh anak bentar lagi ulang tahun, ye?"
Kala mengangguk kecil, "Iya. Makanya gue mau minta tolong sama lo, kak. Bisa gak nanti bantuin gue buat surprise-in dia pas ultah nanti?"
"Ooohhh, boleh banget. Lo mau kasih kejutannya dimana emang?"
"Kayaknya gak di sekolahan sih, kak. Mungkin di kosan dia? Pas malem selasa."
"Itu lo surprise nya mau bikin prank apa enggak?"
Kala tampak berpikir-pikir, kalau untuk mengerjai Chindy, ia tak ada pikiran sampai kesana. "Enggak deh kayaknya. Gue cuman mau ngerayain ulang tahunnya aja."
"Oke deh," Jawab Reva sembari mengangguk-angguk, ia menghampiri kembali kendaraannya, "Ntar chat aja gue kalo mau dekat hari H, sekalian juga gue bantu cari kuenya."
Kala mengangguk, ia menggeser tubuhnya supaya motor Reva bisa keluar, "Siap bos ku! Hati-hati lo, kak."
"Yoeh."
Terdengar suara mesin motor yang di hidupkan oleh Reva. Reva kini menghilang dari penglihatannya. Kala menuju motornya yang terparkir di pojokan, hari ini ia sengaja membawa motor ke sekolah, tak seperti biasanya yang selalu di antar oleh Melody. Alasan ia membawa motor pun simpel, sangat simpel, Melody hanya di landa malas keluar rumah, karena itu Kala mau tak mau membawa motornya sendiri. Dari pada dia tak ada yang bisa mengantar ke sekolah.
Sudut pinggir matanya menatap ke arah gadis berambut hitam pekat yang melangkahkan kaki menuju gerbang, itu Chindy. Langkah kaki Kala yang sebentar lagi sampai ke motornya buru-buru berbalik badan, berlari kencang menyusuri tiap kerumunan siswa-siswi. Setelah sampai, tepat berada di belakang tubuh gadis tersebut, ia berdiri di samping Chindy.
Tanpa berbasa-basi apapun, tangannya yang mungil menarik paksa pergelangan tangan Chindy. Sirat mata Chindy terlihat tajam dan dingin, seperti ingin marah namun tak bisa.
"Apaan sih, Kal?!"
"Pulang bareng aku. Gak boleh nolak, kalo nolak, aku aduin ke Bunda."
Maksa. Batin Chindy.
Sampailah keduanya di depan motor Kala. Sedari tadi tangannya terus di tarik oleh gadis bermata indah itu, ia sedikit merasa adanya debaran jantung yang berpacu kuat. Suasana pulang sekolah dan ratusan murid-murid menjadi saksi, jikalau Kala yang mereka idamkan itu, justru lebih tertarik ke gadis bermata tajam dan dingin ini. Yah, walaupun orang-orang tak akan tau jika Kala menyukai Chindy. Mungkin yang mereka lihat, Kala dan Chindy bagaikan api dan air, tak bisa menyatu. Karena sifat keduanya yang sangat terbalik.
Tetapi mereka tak tau, ketika Kala dan Chindy sedang berduaan dengan suasana yang sepi, mampu membantah fakta netizen yang tak benar. Nyatanya mereka sesekali bisa akur, walaupun jarang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Teen Fiction[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...