16. Run

62 3 2
                                    

Helaan nafas telah berkali-kali terdengar di ruang tengah. Desakan yang dilakukan oleh Steve kepada kedua sahabatnya untuk segera pergi dari tempat mereka malam ini membuat keduanya frustasi dengan alasan bahwa mereka pasti akan segera tertangkap oleh sang ayah.

"Handphone gua sama Jay udah kena hack. Tinggal nunggu waktu sampa akhirnya kita bakal ditemuin jadi mayat tanpa nama kalo ngga segera pergi dari sini!" Desakan Steve yang terdengar rasional itu membuat Jay dan Jake tidak merasa curiga.

"Steve bener. Ayah bisa ngelacak keberadaan kita dengan mudah, tapi ini udah seminggu dan semuanya masih terasa tenang. Lo ngga curiga Jake?" Sahut Jay.

"Gua tahu. Gua juga ngerasa ada yang ngga beres-"

"Kalo gitu apa lagi yang harus kita tunggu?" Potong Jay.

Jake menghela nafas gusar. "Kesembuhan Steve masih belum optimal Jay. Lo mau ngorbanin sahabat lo sendiri? Gua ngga bisa kalo harus ngorbanin salah satu dari kalian,"

"Gua baik-baik aja Jake. Feel better after long sleep, you don't have to worry about me," jawab Steve menenangkan Jake.

"Kita harus putusin sekarang! Udah ngga ada waktu lagi," ujar Jay.

Jake kembali menghela nafas. Membuat keputusan yang tergesa-gesa seperti ini menurutnya salah. Terlalu banyak resiko yang harus di korbankan jika mereka bertindak gegabah.

Melihat Jake yang merasa tersudutkan oleh Jay, Steve mencoba untuk menengahi. "Lo bisa pikirin dulu Jake, but i hope you don't need a long time,"

Jay berdiri dari tempat duduknya. Emosi kembali memuncak dalam dirinya, menatap nyalang kedua sahabatnya bergantian. "Ngga ada waktu untuk mikir! Rencana B mau ngga mau harus jalan!" Desak Jay.

Selama masa koma Steve, Jake memang sudah merasa ada yang janggal dengan situasi saat ini. Maka dari itu, diam-diam dirinya menyiapkan sebuah rencana untuk pelarian mereka. Namun, rencana itu terlalu beresiko, terutama untuk Steve yang masih harus menjalani pemulihan dan rencara tersebut tanpa sengaja diketahui oleh Jay ketika ia melihat sobekan-sobekan kertas yang dibuang oleh Jake ke tempat sampah.

"Gua paham lo sekarang lagi takut. Begitupun dengan gua dan Steve! Tapi gua juga butuh waktu buat mikir keputusan yang tepat!" Jake menahan emosinya sebelum ia kembali melanjutkan pembicaraan. Saat ini dirinya tidak boleh terlalu tersulut oleh emosi yang sedang ia rasakan atau pelarian mereka akan jadi sia-sia.

"Gua udah jelasin sama kalian, rencana B gua buat kalo keadaan mendesak.." Jake menyampingkan ego-nya dan memohon kepada Jay, "tolong kasih gua waktu sebentar.."

Melihat permohonan sungguh-sungguh dari Jake membuat Jay luluh. Ia menganggukkan kepalanya. "Jam 5, lo harus udah kasih kita jawaban. Sekarang, Steve bantu gua buat rapihin barang-barang yang perlu kita bawa masing-masing," lalu menuju ke kamar utama.

"Jake," panggil Steve sebelum mengikuti arahan Jay.

"Apa?"

"Apapun yang terjadi, lo harus tetep sama Jay. Gua yang bawa Ben,"

"Lo punya rencana lain?"

"Rencana cadangan kalo yang ini gagal. Pokoknya lo harus percaya sama gua,"

"Tap-"

"Ngga ada waktu buat diskusi. Trust me!"

Jake akhirnya menganggukkan kepala pasrah. Bagaimanapun, rencana Steve tidak pernah gagal. Beberapa kali Steve kerap mengambil alih tim ketika dirinya tidak dalam kondisi mental yang stabil dan pemikiran mereka pun mirip, maka dari itu Jake percaya dengan setiap keputusan yang Steve ambil.

•••

Mendekat dari waktu yang telah mereka tetapkan, Steve meminta Jay untuk membelikannya P3K untuk keperluan mendesak terhadap dirinya. Walaupun sempat misuh-misuh, tapi Jay menuruti perkataan Steve.

Sesaat setelah Jay pergi, Steve menghampiri Jake yang sedang membuat berbagai rencana di ruang tengah.

"Jake," panggil Steve.

Jake menoleh dan memandangi Steve curiga. "Apa rencana lo sebenernya? Lo ngga bakal korbanin diri lo kan?"

"Gua tahu apa yang terjadi Jake. Seperti dugaan lo, hal itu akan terjadi jika rencana yang kita jalani ngga berakhir baik. Itu satu-satunya cara, diantara kita harus ada yang berkorban. Gua udah kenal ayah dari lama, bahkan sebelum lo berdua kenal mereka- gua paham lo banyak pertanyaan, tapi gua ngga bisa cerita sekarang. Waktunya ngga tepat. Intinya adalah rencana lo akan tetap jalan, tapi ada penambahan sedikit, kalo sampe kita ketaangkep ayah. Gimana pun caranya lo harus berantem sama gua, kalo perlu pukul gua, pukul, jangan ragu,"

"Sebenernya apa sih rencana lo Steve? Seberapa penting nyawa lo sampe bisa berkorban buat gua dan Jay?"

"Sangat penting. Terutama bagi ayah. That's why, gua mohon dengan sangat lakuin ini. Kemungkinan kiga ngga ketangkep sama ajudan ayah sangat kecil dan lo tahu itu. Lo juga harus janji, jangan kasih tahu rencana ini ke siapapun, terutama Jay. Pokoknya rencana ini cuman lo sama gua aja yang boleh tahu,"

"Gua setuju kalo lo tetep hidup!"

"Jake!" Bentak Steve sambil mencengkran kerah baju Jake. Ia pun sudah hilang akal saat ini. "Ngga ada waktu buat debat siapa yang hidup dan mati! Dan bukan lo juga yang harus menentukan gua mati atau hidup!"

Jake menatap nanar Steve, air mata menumpuk dikedua mata mereka. Baik Steve dan Jake sama-sama mengetahui bahwa mungkin setelah ini mereka tidak akan pernah bertemu lagi. "Gua yang menyebabkan semua ini terjadi, gua akan bertanggungjawab," ujar Jake.

"Jangan bego! Kita tahu kalo semua ini cuman rencana! Lo, gua, Jay. Kita cuman korban dari ke egoisan orang dewasa! Jake please... gua mohon dengan sangat lakuin permintaan terkahir gua ini,"

"Dan gua mohon, bagaimanapun keadaan lo. Tetep bertahan, karena gua akan cari lo dan bawa lo kembali bareng kita hidup-hidup. That's my promise,"

Hening sejenak diantara mereka. Keduanya sama-sama tak bisa membalas perkataan satu sama lain lagi. Pelarian yang tiada henti ini membuat mereka lelah secara mental dan fisik. Hingga suara pintu akhirnya memecahkan keheningan. Steve menghampiri Jay, sedangkan Jake kembali terduduk di sofa. Pikirannya sangat kalut, semu rencana yang ia pikirkan tidak memiliki jalan tengah untuk menyelamatkan mereka bertiga.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
B-SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang