06. Tidak terlalu buruk?

2.4K 262 11
                                    

Beberapa waktu terlewat, Claire tidak menghitungnya. Mau tidak mau dia harus menerima kenyataan bahwa sekarang ia bisu. Claire tidak akan bersujud di depan Jayden. Menyerah kepada iblis itu sama saja artinya dia memujanya. Claire memang sudah pulih, bisa menggunakan sihirnya. Namun belum terlalu kuat untuk berkomunikasi dengan sang ibu. Apalagi dinding pembatas antara dua alam ini sangatlah kuat. Claire hanya mampu melakukan sihir remeh, seperti menumbuhkan tanaman. Claire harus bersabar lagi. Claire tidak tahu kapan kekuatannya akan kembali sepenuhnya, jujur sana tempat ini membuatnya merasa lemah, Claire merasa semua energinya tersedot habis.

Hari-harinya hanya dihabiskan untuk memandangi hutan kecil yang dibuat khusus untuknya. Bermain dengan dua ular tanpa bosan. Hanya dengan bersama ular itu, Jayden tidak menghampirinya. Maka dari itu, Claire mengusahakan agar mereka tidak meninggalkan Claire. Forest dan River menemani Claire tidur, seperti sekarang ini. Keduanya tidur melingkar di perut Claire, mencari kehangatan serta kenyamanan dari sang ibu.

Claire tidak menyadari bahaya yang berada di sampingnya. Jayden sudah menatap Claire begitu dalam. Tangannya bergerak untuk mengelus wajah Claire. Ternyata tidak semudah itu, kedua ular itu terbangun lalu menggigit lagi tangan Jayden.

"Hei, ini giliranku! Kalian sudah terlalu lama bersama ibu kalian!"

Jayden menatap tajam kedua ular tersebut yang masih setia menggigit serta melilit tangannya. "Kalian tidak boleh di sini, anak kecil dilarang melihat kegiatan orang dewasa."

Mendengar itu lantas membuat rasa penasaran ular itu semakin tinggi. Mereka berdua menatap Jayden dengan tatapan ingin tahu. "Itu rahasia. Hanya kami yang tahu. Nanti kalian tanyakan kepada ibu kalian, paham?"

Bukannya diam, kedua ular itu malah semakin merengek. "Sudah kubilang, tanyakan pada ibu kalian nanti. Sekarang, kembali ke kamar kalian!"

Karena tidak ada tanda kedua ular itu akan menurut. Jayden mendesah kecewa, dia menggunakan kekuatannya untuk mmeindahkan dua ular itu, serta menutup kamar mereka agar keduanya tidak bisa menyusul. Jayden tidak ingin kegiatannya terganggu oleh hal lain. Sudah lama ia menahan hasrat untuk meminum darah Claire dan menyetubuhinya.

Jayden beralih menatap Claire yang ternyata sudah terbangun. Wanita itu menutupi tubuhnya dengan selimut, menatap Jayden dengan raut ketakutan. Membuat Jayden tersenyum, sedikit terhibur. Memang sudah seharusnya Claire takut padanya. Wanita itu harus sadar siapa yang terkuat di sini.

"Kau sudah bangun rupanya."

Tanpa aba-aba, Jayden segera menghisap darah Claire. Bak adegan film yang terulang lagi, tubuh Claire tidak dapat digerakkan. Tangan serta kakinya terasa terikat di atas ranjang. Bahkan untuk berteriak guna menyalurkan rasa nyeri saja tidak mampu. Claire layaknya boneka yang sesuka hati dimainkan. Wanita itu hanya bisa memejamkan mata, menghindari tatapan Jayden serta enggan melihat wajah pria itu.

"Masih keras kepala, ya? Padahal aku suka sekali mendengar suara desahanmu."

Claire merasa sakit hati. Harga dirinya direndahkan begitu saja. Claire merasa menjadi wanita paling menyedihkan sekarang. Sekuat tenaga ia merapalkan mantra sihir. Kekuatannya sudah pulih, sekarang saatnya ia mencoba lagi. Jika kekuatannya berhasil, iblis itu akan terikat dengan batang tanaman yang merambat. Claire berharap banyak pada kekuatannya ini.

Hening.

Tidak ada suara yang terdengar. Claire mencoba membuka mata. Pemandangan yang tak ia inginkan akhirnya nenjadi kenyataan. Jayden dengan senyum liciknya berada di atas tubuh Claire. Mata tajam semerah darah itu menatap Claire dengan tatapan ingin memakan Claire bulat-bulat.

Tawa Jayden menggelegar di seluruh penjuru kamar luas itu. "Bahkan penyihir paling kuat saja bukanlah tandinganku. Apalagi penyihir lemah sepertimu, Sayang."

Black Clouds [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang