8

749 54 4
                                    

Pagi ini, Rahsya bangun dengan kondisi yang lebih baik dari semalam. Meskipun masih ada denyutan ringan pada kepalanya, anak itu tetap ingin berangkat ke sekolah. Walau ia harus berdebat terlebih dahulu dengan Bunda, namun itu tak masalah. Yang terpenting, ia tak harus terkurung di rumah, pikirnya.

"Inget, pokoknya gak boleh aneh-aneh di sekolah. Diem aja di kelas, kalau perlu gak usah ke kantin. Nanti Bunda bikinin adek bekal, paham?" Sambil menyiapkan makanan untuk Rahsya, Bunda berucap dengan tegas.

"Kakak juga jangan lupa awasin adeknya, Bunda gak mau kalau pulang sekolah adek drop lagi. Ngerti?" Imbuhnya.

"Siap bunda. Tenang, kakak pastiin adek bakal aman di sekolah." Balas Al yang sudah mengabiskan sarapannya.

Sedangkan Rahsya, ia hanya mengangguk malas mendengar ucapan Bunda dan kakaknya itu. Untung saja Ayah sudah berangkat tadi pagi. Sehingga ia tidak harus mendengar kuliah subuh lebih panjang lagi.

"Denger gak dek?" Ujar Al dengan tatapan tajam pada Rahsya.

"iya kak, gue kan udah ngangguk-ngangguk tadi." Balas Rahsya sambil meneguk susu coklat yang masih setengah itu.

Al hanya menghela nafas panjang sebelum bangkit dari duduknya dan bersiap berangkat ke sekolah bersama Rahsya tentunya.

"Bun, kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum" pamit Al lalu mencium tangan Bunda diikuti oleh Rahsya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya kak, adek jangan nakal!" Pesan Bunda kepada kedua anaknya itu.

Kemudian, kedua laki-laki itu berjalan beriringan menuju mobil yang akan dikemudikan Al menuju sekolah.

o0o

Bruk.

Seorang laki-laki yang sedang berjalan tiba-tiba terjatuh karena bertabrakan dengan remaja jangkung di koridor sekolah.

"Eh, sorry-sorry" ujar Rahsya ketika melihat laki-laki berseragam putih abu-abu itu masih dalam posisi terduduk.

Laki-laki itu mengangkat kepala dan naga elangnya langsung bertatap dengan Alfa. Ia tersenyum ramah.

"Gue yang harusnya minta maaf, soalnya gue jalan tapi malah fokusnya ke hp." Balas remaja laki-laki itu lalu bangkit dari duduknya.

"iya gak papa. Oh ya, Lo anak baru ya? Kok gue kayak gak pernah lihat ko sih". Tanya Rahsya dengan memandang remaja didepannya dari atas sampai bawah.

"Iya nih, baru kemarin gue sekolah disini. Oh iya, Lo Rahsya kan? Kenalin gue Noah, XI MIPA 4" dengan mengulurkan tangan. Noah berucap seraya tersenyum ramah pada Rahsya.

Kemudian Rahsya menjabat tangan Noah itu serta tak lupa dengan senyuman andalannya.

"Kok Lo udah tau gue?" Rahsya bingung dengan laki-laki satu ini. Seingatnya, ia belum pernah berkenalan dengan anak baru itu, tapi mengapa orang ini sudah mengenalnya?

"Lo adeknya Kak Al kan? Anaknya pak Fathir yang punya sekolah ini?" Bukannya menjawab pertanyaan Rahsya, Noah malah membicarakan sesuatu yang sudah dimengertinya tentang Rahsya.

"Bentar-bentar, kok Lo bisa tau semua? Jangan-jangan cenayang Lo ya?"  Ucap Rahsya polos dengan mata yang melebar.

Noah hanya tertawa, lalu ia berpamitan dengan Rahsya untuk kembali ke kelas karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.

Sebenarnya Rahsya masih bingung dengan Noah. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya tentang anak itu. Dan ia juga tak paham, mengapa Noah bisa mengetahui tentang keluarganya. Padahal baru beberapa menit mereka berkenalan.

Dengan otak yang penuh dengan pertanyaan itu, Rahsya berjalan menelusuri koridor sekolah untuk menuju kelasnya karena bel masuk baru saja berbunyi.

o0o

"Gue rasa, dia emang tau tentang Lo dari temen-temennya. Lagian siapa sih yang gak kenal sama Lo, anak pemilik sekolah ini. Gue yakin, tikus-tikus di gudang sekolah aja pasti tau kalau Rahsya Karunasankara itu anak dari pak Fathir Karunasankara." Ucap Irsyad dengan tangan yang sibuk menuangkan sambal pada semangkok baksonya.

"Iya Sya, gak usah terlalu dipikirin kalau gak penting-penting amat. Ingat kondisi tubuh Lo Sya." Sambung Gibran dengan tangan yang sudah siap menyendok bakso untuk disantapnya.

"kan aneh aja guys, gue kenal aja enggak. Baru juga ketemu tadi, tapi dia udah tau tentang gue." Balas Rahsya yang masih belum menyentuh sedikitpun batagor kesukaannya.

"Udahlah, paling dia fans Lo kali. Gak usah dipikirin, itu batagor jangan dianggurin, kasian." Ujar Angga hang jengah sendiri dengan topik pembicaraan ketiga sahabatnya itu.

Di tengah mereka mengabiskan makanannya. Sebuah suara mengalihkan atensi mereka, dan ternyata ia adalah Noah yang datang membawa semangkok mie ayam serta segelas teh manis.

"Sorry Sya, gue boleh gabung gak? Semua kursi udah penuh soalnya." Tanya Noah sedikit sungkan karena melihat ketiga teman Rahsya yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Iya boleh banget. Santai aja, oh iya kenalin ini temen-temen gue. Ini Gibran, kalo yang itu Angga, nah yang satu lagi Irsyad." Balas Rahsya dengan memperkenalkan ketiga sahabatnya pada Noah.

"Halo semua, gue Noah".

Ketiga teman Rahsya hanya tersenyum singkat dan mengangguk lalu kembali melanjutkan aktivitas makan mereka yang sempat tertunda karena kehadiran Noah tadi.

"Halo dek".

Suara itu mengagetkan Rahsya yang tengah mengunyah batagor terakhirnya. Untung saja ia tidak tersedak.

Al datang seorang diri menghampiri adeknya yang tengah makan bersama dengan para sahabatnya. Namun yang membuat ia bingung adalah seorang laki-laki yang duduk di samping kanan Rahsya. Ia merasa asing dengan sosok itu.

"Ini siapa? Temen baru adek?" Tanya Al dengan mengacak pelan rambut hitam Rahsya.

"Ishhh, gak usah diberantakin kakak!" Rahsya mengerucutkan bibirnya karena mendapat perlakuan seenaknya saja dari Al.

"Iya dek, engga kok. Itu siapa dek?" Ulang Al karena belum mendapat jawaban dari adeknya.

"Ini Noah kak, siswa baru. Temen baru gue juga" jawab Rahsya yang sukses membuat Noah tersedak minumannya.

"Ouh, kenalin gue Al. Kakaknya Rahsya" ujar Al pada Noah dan disambut dengan senyuman hangat milik Noah.

"iya, gue Noah. Sebenarnya gue belum jadi temennya Rahsya sih, baru juga kenal tadi pagi. Gue juga ngerasa gak pantes jadi temen adek Lo kak" balas Noah merendah.

"Santai aja kali No, mulai sekarang Lo jadi temen gue. Jadi gak usah sungkan kalau mau minta bantuan sama gue." Ucap Rahsya dengan lengan yang sudah melingkar pada bahu Noah.

"I-iya Sya, thanks ya." Balas Noah tersenyum ramah.

"Kalian bertiga gimana?" Tanya Rahsya pada ketiga sahabatnya yang sedari tadi diam.

"Kita si oke-oke aja, kalo Lo nya yang mau." Jawab Gibran dengan senyuman khasnya.

Setelah itu, mereka kembali ke kelas masing-masing setelah mendengar bel masuk sudah berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai.

o0o

Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang