Forty three ✓

3.7K 152 1
                                    

"Haikal selalu manggil Mama, tapi kenapa Mama nggak pernah dateng?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haikal selalu manggil Mama, tapi kenapa Mama nggak pernah dateng?"

- Haikal Mahendra.

Haikal mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin. Dia lebih memilih menemani Ella yang tengah menulis rumus - rumus matematika dari buku Moana, berhubung ujian kenaikan kelas akan segera dilaksanakan. Sudah jelas jika Moana mendapatkan rumus - rumus itu dari Sarga.

Lelaki pemilik eye smile itu memang selalu menggunakan rumus yang lebih mudah dari pada rumus yang berada di buku paketnya. Rumus panjang, terlalu rumit dan cukup membingungkan, itu sebabnya Sarga selalu meringkas rumus - rumus itu agar lebih mudah di fahami.

Tangan Haikal bergerak perlahan, menangkap helaian rambut Ella yang berjatuhan. Dia menyelipkan beberapa helaian rambut tersebut ke belakang telinga gadis itu.

"Rambutnya nakal!"

Selain mengganggu Ella yang sedang menulis, rambut itu juga mengganggu penglihatan Haikal menghalangi wajah gadisnya, membuat Haikal tidak bisa menatap dengan jelas wajah mengemaskan Ella.

"Ella nggak laper?" Haikal menatap Ella sambil mengembungkan pipinya lucu.

Ella menggeleng, "nggak kak, Ella bawa permen mau makan permen aja." Ella membuka tasnya mengambil dua permen tusuk miliknya. "kak Haikal mau?"

Haikal tersenyum, "nggak sayang, buat Ella aja." satu tangannya mengambil alih satu permen dari tangan Ella, lalu membuka bungkusnya. "buka mulut," ucap Haikal pada Ella yang sudah berbinar menatapnya.

Ella membuka mulut dan Haikal segera memasukkan permen tusuk yang bungkusnya sudah terbuka ke dalam mulut Ella.

"Enak?" tangan Haikal mengusap lembut pucuk kepala Ella yang mengangguk lucu.

Haikal tersenyum sambil merapikan rambut Ella yang sedikit berantakan, kedua tangannya dengan lincah merapikan beberapa helaian anak rambut yang mengganggu Ella memakan permen tusuknya. Pandangan nya tak pernah lepas dari wajah cantik Ella sedikit pun.

"Kak, tadi pas dirumah Ella kan nggak sengaja pecahin piring, Ella kira mama sama papa bakalan marah. Tapi ternyata mereka nggak marah kak, bahkan papa nggak mukul Ella sama sekali. Kak, apa jangan - jangan papa sama mama udah sayang sama Ella ya?" Ella bercerita dengan mata berbinar bahagia, senyumannya semakin merekah kala membayangkan kedua orangtua angkatnya telah menyayangi dirinya.

Haikal yang mendengar itu pun ikut tersenyum, dia juga akan bahagia jika gadisnya bahagia. "alhamdulillah, aku ikut seneng sayang."

Ella mengangguk - anggukan kepalanya lucu, dengan gerakan tiba-tiba gadis itu memeluk Haikal mengunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang tusuk permen yang ada di mulutnya.

Haikal yang tidak siap hampir saja terjungkal dari tempat duduknya. Dia terkekeh lalu mengecup pucuk kepala gadis itu lembut. Dari lubuk hatinya yang paling dalam dia yakin bahwa orang tua angkat Ella tidak akan secepat dan semudah itu menyayangi anak angkatnya. Senyuman Haikal memudar kala dia mengingat perjanjian nya bersama Tama. Apa mungkin dia yang akan menerima siksaan itu nantinya?

Rumah Tanpa Jendela [VER LENGKAP DI NOVELTOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang