04. Pertemuan?

135 16 2
                                    

🌱Happy reading🌱

"Yang sakit siapa,yang dijenguk siapa. Lo tuh, kalo semisal mau nyebrang lihat kanan kiri dulu, jangan asal jalan aja. Gini kan, jadinya?!. Lagian tinggal nunggu jemputan dari Sefa apa susahnya si?,," sepuluh menit sudah Nakula menceramahi Nayaka yang kini tengah duduk bersandar di atas brankar. Sedangkan si empu hanya menunduk, tak berani bersemuka dengan Nakula.

"Lagi!. Emang lo, nggak merhatiin lampu lalu lintas apa?. Bisa-bisanya main nyelonong aja. Untung yang luka cuman siku sama lutut, coba kalo lebih dari ini?, mau nantang malaikat maut lo?!. Dan, yang harus patut lo syukuri, itu si pelaku mau tanggung jawab. Coba kalo nggak,," lanjut Nakula menjeda kalimatnya, menyadari jika binar mata sang adik perlahan meredup karena bendungan air mata yang ia tahan.

"Kalo nggak, kenapa? hiks" dan benar saja, isakan Nayaka menyapa rungu si empu bersamaan dengan kepala itu yang mulai terangkat. Berbalas tatap dengan sang Kakak yang lantas mempersilahkan buliran kristal bening itu meluncur bebas di atas pipi cabinya.

Nakula menghela nafas, perlahan ia berdiri dari kursi roda dengan bantuan Jayden yang memapah. Direngkuhnya tubuh mungil sang puan sembari berbisik "Kalo nggak, orang itu bakalan mati ditangan gue. Karena udah berani nabrak adik gue yang paling cantik." Pun Nayaka semakin menangis dan kian mempererat pelukannya.

"Sorry gue kelepasan tadi, gue cuman khawatir lo kenapa-napa, Ay." ungkap Nakula yang lantas mencium pucuk kepala Nayaka.

Sedangkan di luar IGD, Sefa tengah berbincang dengan sipelaku yang menabrak Nona mudanya itu.

"Sekali lagi, saya minta maaf atas kecerobohan Nona saya" katanya memohon sopan, sembari memberikan bow pada si empu yang lantas memegang kedua pundak Sefa. Menghentikan pemuda itu dari tindakannya.

"Tidak perlu berlebihan, ini bukan sepenuhnya salah Nona kamu. Saya juga yang tidak begitu memperhatikan jalan, jadi kecelakaan kecil ini terjadi" balas seorang perempuan dengan senyuman teduh menenangkannya, yang mampu memberikan rasa aman dalam diri Sefa. Itu berarti si pelaku tidak menyalahkan satu pihak saja.

"Terimakasih banyak, Tante"

"Iya, sama-sama nak,,"

"Oh, ya. Kalau begitu, Tante pamit ya. Untuk administrasi biar Tante yang menanggung semuanya"

"Baik, Tante. Sekali lagi terimakasih banyak"

Yang lalu, hanya dibalas anggukan oleh si empu juga seulas senyum yang senantiasa tersemat diwajah cantiknya.

"Untung Tantenya baik, coba kalo nggak,," monolog Sefa sembari memperhatikan daksa si empu yang perlahan menjauh.

"Eh, tapi... kenapa sekilas mirip Aya, ya?,,"lanjutnya yang merasa tak asing dengan garis wajah wanita tadi. Namun, tak ingin menambah beban pikirannya, Sefa memilih abai dan bergegas masuk kembali ke IGD "Apaan dah? perasaan gue aja kali, ya?. Lagian kata orang-orang, sejatinya kita punya tujuh kembaran di dunia. Maybe, Tante tadi salah satu kembaran Aya selain Nakula." pungkas Sefa mengakhiri monolog panjang si empu, berakhir dengan kekehan kecil. Merasa konyol atas apa yang diucapkan barusan.

🌱🌱🌱

Satu jam telah berlalu, kini dua saudara kembar tak identik itu sudah berada di kamar rawat Nayaka. Iya, Nayaka harus dirawat setidaknya sampai besok pagi. Dan jangan lupakan keberadaan dua bodyguard pribadi mereka yang sedari tadi masih setia menemani.

"Sef, pake telornya ellah. Masa cuman nasi doang" protes gadis itu setelah mendapat satu suapan nasi ke dalam mulutnya.

"Sabar, anjir, mau gue tiup dulu. Ini masih agak panas kuahnya, entar yang ada lo babak. Gue lagi yang salah" oleh karenanya Sefa membela diri. Namun setelahnya Pemuda itu tetap memenuhi permintaan Nayaka.

Before Losing You (Jisung & Ningning )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang