BAB 11

37.6K 2.4K 9
                                    


Flashback

Splash

Splash

"Kau itu calon penerus keluarga Radclieffe, bisa-bisanya kau bohong padaku dan tetap memainkan benda bodoh itu!"

Pria itu tak henti-hentinya mencambuk punggung seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di kamarnya. Ia menghukumnya karena anak itu sudah melanggar perintahnya dan tetap memainkan biola padahal ia sudah melarangnya berkali-kali.

Felix mengepalkan telapak tangannya erat-erat. Walaupun cambukan di punggungnya itu terasa sakit dan perih ia tak berteriak maupun membuka suara sedikitpun, karena jika ia melakukannya, ayahnya akan semakin kesal dan memukulnya lebih lama.

Setelah duke puas menghukum putranya itu, iapun menghentikan cambukannya. Felix berusaha berdiri dengan tertatih-tatih. Ia melirik kearah ibunya diambang pintu, wanita itu sedari tadi hanya diam menyaksikan anaknya mendapat cambukan dari ayahnya sendiri. Wanita itu terlihat santai tanpa ada niat sedikitpun membela anaknya.

Selama ini Felix sudah terbiasa menerima cambukan dari ayahnya sendiri jika ia berbuat kesalahan walaupun hanya sedikit. Ia dituntut untuk menjadi calon penerus yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun. Tidak pernah ada yang membelanya kecuali kakeknya, tapi sayangnya ia sudah meninggal satu tahun yang lalu.

Duke segera mengambil biola yang tergeletak diatas lantai. Felix berjalan kearah ayahnya dan berusaha merebutnya kembali setelah ia sadar kalau ayahnya akan melempar biola itu kedalam perapian.

"Jangan! itu milik kakek" larang Felix, berusaha merebut benda itu sekuat tenaga

Duke mendorong tubuh Felix sehingga bocah itu tersungkur ke belakang. Pria itu kemudian melempar biola kedalam perapian tanpa menghiraukan larangan dari anaknya.

Felix hanya bisa tertegun, bola matanya bergetar melihat alat musik yang sering ia mainkan itu hangus terbakar dilahap api. Itu adalah barang satu-satunya peninggalan dari kakeknya yang khusus diberikan pada felix.

"Obati lukanya dan jangan beri ia makanan sampai besok!" perintah duke pada pengasuh Felix yang sedari tadi berdiri di samping duchess

"Baik tuan" Margaret hanya mengangguk, mematuhi perintah tuannya

Duke dan duchess melangkah keluar dari kamar Felix, menyisakan Felix dan pengasuhnya yang masih berada didalam.

"Kenapa ayah melakukan itu?" tanya Felix dengan ekspresi wajah sedih, pandangan matanya tak beralih dari perapian

"Tuan duke mungkin hanya ingin anda fokus belajar untuk menjadi pewaris tuan muda" tanggap Margaret datar

Margaret kemudian mengeluarkan roti gandum dan beberapa kukis yang sengaja ia bawa di sakunya "Saya membawakan roti, ini mungkin bisa mengganjal perut tuan muda selagi tuan duke melarang anda makan sampai besok" ia sengaja menyiapkannya itu sebelumnya untuk berjaga-jaga kalau duke akan menghukum felix lagi

"tidak perlu, aku tidak lapar" ucapnya sembari melirik roti itu sesaat, tak tertarik.

***

Felix terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah engah akibat mimpi buruk yang baru saja dialaminya, ia menerawang kearah jam dinding yang ada dikamarnya, jam masih menunjukkan waktu tengah malam.

Mimpi buruk tentang masa kecil saat ayahnya selalu menyiksanya kadang kala mengganggunya. Padahal ia sudah lama mati tapi ingatan itu tidak pernah hilang dan terus saja mengganggunya.

Pria itu kembali menyalakan lampu yang ada dikamarnya, jika sudah seperti ini ia tidak akan bisa kembali tidur. Ia mengambil sebuah buku di rak kemudian membacanya dan menunggu sampai pagi tiba.

***

Pagi ini Felix terlihat tidak semangat saat menyantap makanannya, Evelyn yang saat ini berada disampingnya kemudian bertanya "Apa kau sakit?" tanyanya pada Felix, pagi ini pria itu terlihat lelah, ada lingkaran hitam dimatanya.

Felix menggeleng pelan "Aku hanya kesulitan tidur" ia kembali menyendok supnya

Setelah felix keluar dari kamarnya menuju ruang kerja, evelyn mulai membersihkan kamar felix karena memang sudah menjadi tugasnya sebagai pelayan pribadinya. Ia menyapu lantai sampai membersihkan debu dijendela kamar itu.

Saat membersihkan debu diatas nakas, pandangan evelyn tertuju pada laci yang sedikit terbuka, karena penasaran ia pun menarik laci itu. Ia mengeryitkan keningnya saat mendapati banyak kotak obat di dalam laci itu.

Evelyn mengambil salah satu kotak kecil disana, di sisi botol itu terdapat tulisan obat tidur.

"Apa selama ini ia kesulitan tidur?" gumam Evelyn "Ah, itu kan bukan urusanku" Ia meletakkan obat itu kembali dan menutup lacinya.

***

Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Para pelayan di kediaman duke menghentikan pekerjaannya untuk beristirahat dan makan siang. Mereka mulai berdatangan ke ruang makan untuk mendapatkan jatah makan siangnya.

"Evelyn bagaimana rasanya menjadi pelayan pribadi duke? pasti sangat menyenangkan bisa melayaninya dari dekat" tanya Luna di tengah makan siang mereka

"Tidak juga, rasanya biasa saja" ungkapnya. Sebenarnya kalau boleh jujur, Evelyn tidak begitu tertarik menjadi pelayan pribadinya karena dari awal ia sudah bertekad tidak mau berhubungan dengan felix lagi

"Aku iri padamu, aku juga ingin melayaninya dari dekat" celetuk Ellie yang duduk disamping Evelyn

"Padahal kau pelayan baru disini, tapi kenapa tuan duke memilihmu ya? apa sebelumnya kalian pernah bertemu?" tanya Hilda penuh selidik, ia heran kenapa evelyn yang dipilih menjad pelayan duke padahal ia masih belum lama bekerja di kediaman ini

Evelyn menggelengkan kepalanya cepat "Ti-tidak kok, aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Aku sendiri juga tidak tau kenapa tiba-tiba terpilih" elak Evelyn gugup, ia tak ingin mereka tau kalau ia dan Felix pernah bertunangan sebelumnya

"Mungkin saja karena Evelyn itu cantik, makanya tuan duke memilihnya" duga Luna dengan senyum lebar

"Oh iya, ngomong-ngomong apa kalian tau cara mengatasi imsomnia?" tanya Evelyn kemudian, berusaha mengalihkan topik pembicaraan sebelum menjadi lebih jauh

"Apa kau kesulitan tidur?" tanya Ellie

"Bukan aku, tapi tuan duke. Dia menyuruhku mengatasi insomnia nya" bohong Evelyn, sebenarnya ia sendiri yang berinisiatif membantunya mengatasi masalah tidur

"Yang ku tau, biasanya para bangsawan menggunakan lilin aroma terapi" jawab Hilda

"Aku punya lilin aroma terapi. Kakakku memberikannya beberapa hari yang lalu sebagai hadiah ulang tahun. Kau mungkin bisa coba memberikannya pada tuan duke. Itu masih belum kegunakan karena kau sendiri tau kan kalau aku sudah bisa tidur tanpa itu" tawar Ellie yang kemudian langsung disetujui oleh Evelyn. Malam nanti setelah ia selesai bekerja, ia akan memberikannya pada Evelyn untuk kemudian digunakan felix.

Ex-Fiance's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang