Beberapa waktu kemudian, di hari Sabtu pagi yang cerah, mama Valerie kembali mengunjungi unit apartemen Valerie dengan membawakan stok makanan, untuk anak bungsunya itu.
Valerie membukakan pintu apartemennya, dengan mata yang setengah mengantuk.
"Eh mama, kenapa nggak laporan dulu, Ma?"
"Memang harus ya, mama laporan dulu kalau mau ke rumah anak mama? Apa jangan-jangan anak mama sering bawa laki-laki masuk ke dalam sini?" ketus sang mama, seraya memasukkan stok makanan yang dibawa, ke dalam kulkas Valerie.
"Aduh mama, mana pernah sih Valerie bawa cowok ke dalam apartemen ini. Paling Valerie bawa foto-foto Jazz aja. Nggak berani Ma, Valerie bawa cowok beneran ke sini," jelas Valerie.
"Yang benar kamu Val?" Sang mama masih tak percaya.
"Iya mama, beneran deh. Wah mama bawa makanan apa aja? Kok banyak banget! makasih banyak ya," kata Valerie, seraya memeluk sang mama dari belakang.
Kemudian, mama Valerie perlahan membuka kaitan jemari Valerie yang sedang melekat erat di pinggangnya.
"Kenapa dilepas sih Ma? Emang mama nggak kangen sama Valerie?"
Mama Valerie memutar tubuhnya, agar dapat berhadapan secara langsung dengan anak perempuan, satu-satunya itu.
"Valerie, ayo duduk di sofa! Mama mau bicara sama kamu," ucap sang mama, dengan ekspresi wajah yang begitu seriusnya.
Valerie pun menuruti perintah sang mama. Ia dan sang mama, duduk berdampingan di sofa yang berada di ruangan keluarga itu.
"Kenapa, Ma?" Valerie penasaran.
"Begini Val," sang mama sedikit memutar arah duduknya, agar dapat menatap Valerie dengan seksama.
"Apartemen ini besar sekali. Memangnya kamu nggak mau tinggal bareng sama pasangan kamu? Atau kalau bisa, apartemen ini disewakan, terus, kamu bisa tinggal sama suami kamu, di rumah baru yang jauh lebih baik dari ini. Gimana?" Ungkap sang mama, yang sangat menaruh harapan besar, kepada kesayangannya itu.
"Mama mulai lagi nih. Kan Valerie udah bilang, Ma. Valerie tuh mau menikah, kalau emang udah ketemu sama pasangan yang benar-benar cocok. Kalau belum, ya Valerie nggak mau maksain Ma. Kan menikah itu seumur hidup. Kalau tiba-tiba nggak cocok, terus malah pisah gimana?"
"Kamu pikir, menikah sama idola kamu itu, kamu akan bahagia? Bukannya menikah sama artis itu, biasanya suka tiba-tiba cerai ya? Mending kamu menikah sama laki-laki biasa, supaya jelas asal usulnya. Nanti bulan depan, kamu ikut mama ya. Mama mau ketemu sama teman lama mama. Kamu harus ikut, karena anak laki-laki teman mama itu, nanti juga ikut. Anak itu ganteng dan sudah lebih mapan dari kamu Val. Kalian pasti cocok."
"Ma, Valerie tuh, waktu itu mau dicomblangin sama teman dari suaminya Rere. Tapi belum kesampaian karena yang bersangkutan lagi dinas terus ke luar kota dan ke luar negri. Masih sibuk, Ma. Jadi mama nggak usah jodohin Valerie lagi, ya?"
Entah mengapa, setiap bahasannya soal pernikahan, mood Valerie seketika berubah menjadi buruk. Ia tak suka jika terus-terusan dipaksa menikah. Ia ingin menemukan jodohnya sendiri. Ia tak suka ada acara perjodohan seperti itu. Bahkan berkenalan dengan teman dari suaminya Rere saja, sampai saat ini belum kesampaian.
Valerie menarik napasnya dalam-dalam. Sejujurnya ia lelah. Namun, ia berusaha untuk memahami sang mama yang ingin segera menimang cucu darinya.
"Gimana Val? Mama tuh sudah tua. Nggak ada yang tahu kan, hidup mama akan sampai kapan. Mama itu, mau lihat kamu bahagia sama suami kamu. Mau lihat kamu ditemani setiap hari sama suami kamu. Mama khawatir, kamu sudah umur segitu, masih belum juga menikah," sambung sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
Fiksi PenggemarUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...