Vlador.
“Ini adalah… korset.” Jawab Triana, menundukkan wajahnya.
“Aku tidak tahu benda ini.” Gumam Vlador seraya menarik-narik simpulnya. “Untuk apa kau mengenakan ini? Ikatannya sangat kuat,”
“Ini digunakan untuk menjaga postur tubuhku dan mengendalikan makanku.” Jawab Triana pelan. Lalu ia berdehem. “Bisakah kau membantu membuka simpul korsetnya juga?”
“Apakah wanita sekarang selalu mengenakan benda menyusahkan seperti ini?” Tanya Vlador seraya menarik-narik simpul tali itu.
“Para wanita bangsawan mengenakannya. Dan aku pikir wanita di jaman dulu juga mengenakannya.” Jawab Triana sembari mengingat-ingat. Lalu ia melanjutkan, “Setahuku, hanya wanita bangsawan yang mengenakan korset.”
“Benda ini memiliki bentuk yang keras dan diikat sangat kuat. Kau hebat karena aku yakin kau pasti kesulitan bernapas selama ini.” Vlador menggeleng tidak percaya.
Mengangguk kecil, Triana menjawab, “Sejujurnya aku memang agak merasa sesak, terutama ketika baru pertama kali belajar mengenakan korset. Namun cantik itu memang menyakitkan, dan aku sudah terbiasa.”
“Jika dengan menjadi bangsawan dan menjadi cantik harus membuatmu tidak bisa bernapas, bukankah lebih baik menjadi orang biasa dan bisa bernapas sesukamu?” Tanya Vlador.
Triana menggeleng pelan. “Perbedaannya adalah orang biasa harus bekerja keras sehingga mereka tidak bisa mengenakan korset. Sedangkan kami, bangsawan, mengenakan korset namun tidak perlu bekerja keras dan hanya perlu terlihat anggun.”
“Aku melihat keduanya sebagai sebuah pilihan. Jadi kau memilih untuk menjadi anggun namun tidak bisa bernapas?” Vlador terkekeh merendahkan.
Terdiam sejenak, Triana menjawab dengan suara pelan, “Sesungguhnya… aku tidak tahu,”
“Aku bisa melihatnya.” Satu ujung bibir Vlador menekuk.
Di saat yang sama, tali korset Triana akhirnya terlepas hingga ke bawah, membuat punggung halusnya terekspos. Vlador dapat melihat pergerakan besar pada punggung itu yang menandakan bahwa Triana kini bisa bernapas dengan benar.
Namun dengan terbukanya gaun dan korset itu, tubuh atas Triana hanya terbalut oleh dalaman tipisnya hingga menyebabkan aroma tubuhnya semakin kuat menyeruak keluar. Tadinya Vlador berniat untuk segera pergi dari tempatnya, namun ia menyadari sebuah hal yang membuatnya tetap berada di sana.
Menyentuh luka gigitan pada leher Triana, Vlador membuat gadis itu tersentak dan menggeser tubuhnya. Namun pergerakan Triana kalah cepat dari tangan Vlador yang mencengkram lengan atasnya hingga membuatnya gagal menghindar.
“Jangan bergerak,” Perintah Vlador.
“A-apa yang kau lakukan?” Triana berusaha menoleh ke belakang, namun ia gagal karena Vlador menahan tubuhnya. “Tuan Vlador?”
“Lukamu, ini nyaris sembuh.” Ucap Vlador. Ia mengusap luka itu dengan jari jempolnya seraya meneguk liur yang menggenang di bawah lidahnya.
“Benarkah?” Triana ikut menyentuh lukanya. “Kau benar! Ini bahkan tidak lagi terasa sakit!”
“Bagaimana mungkin? Sebelumnya luka ini masih cukup basah. Sekarang ia sudah rata dengan kulit di sekelilingnya.” Gumam Vlador.
“Aku hampir tidak pernah terluka. Namun aku yakin bahwa luka tidak sembuh secepat ini.” Ucap Triana seraya menurunkan tangannya. “Apakah karena ini adalah luka gigitan vampir?”
“Tidak.” Vlador menggeleng kecil. “Seharusnya luka gigitan sama seperti luka lainnya. Namun aku tidak pernah memperhatikan secara langsung karena biasanya aku meminum darah manusia hingga mereka mati.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikutuk Bersama Tuan Vampir
Romance[Follow dulu ya!] Age rate: 18+ (D) Terlahir sebagai putri tercantik seorang Duke membuat Triana Rexa Galev tumbuh menjadi gadis polos dan manja. Namun, ia menyadari bahwa kecantikannya adalah sumber dari semua kebahagiaan yang ia dapatkan selama i...