16

600 54 1
                                    

Ruangan itu tampak gelap. Meskipun ada sebuah lampu yang menggantung di atapnya, namun sepertinya si pemilik tempat itu enggan untuk menghidupkannya. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalu celah jendela yang tidak sepenuhnya tertutupi gorden.

Terlihat seorang anak laki-laki dengan baju sekolah yang masih melekat di tubuh tegapnya. Kedua mata sosok itu tengah terpejam erat dengan sebuah kain yang melilit di mulut mungilnya. Serta tubuh yang terduduk di sebuah kursi kayu.

Hingga dua jam setelah dirinya terlelap, ia membuka perlahan kedua matanya. Satu hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan gelap yang tampak hitam dalam pandangannya. Dirinya berusaha mengingat setiap kejadian yang beberapa saat lalu menimpanya.

Sosok itu menghela nafas lemah ketika sudah mengingat semuanya. Tentang kedatangan seseorang yang berpakaian serba hitam yang tiba-tiba membekap mulutnya mengunakan sebuah kain. Hingga setelah itu ia tak dapat mengingatnya kembali.

Decitan suara pintu mengalihkan pikirannya dari acara melamun. Dirinya mengamati daun pintu itu dan menunggu siapa sosok yang akan memasuki ruangan tersebut.

"Halo anak manis!" Sosok berperawakan tinggi itu menyapa sosok lain yang masih duduk terikat dengan kursi. Lalu tangannya meraih sebuah kain yang membekap remaja itu dan melepasnya.

Laki-laki berseragam sekolah itu Rahsya, menghembuskan nafas lega ketika mulutnya sudah tidak tertutupi kain tebal itu.

"Om siapa?".

Terdengar tawa yang keluar dari bibir tebal pria berbaju hitam itu. Tawa yang justru terdengar sangat mengerikan di telinga Rahsya.

"Kamu tidak perlu tau tentang saya. Yang penting saya tau semua tentang kamu. Dan kita akan memulai permainan yang sangat mengasyikkan." Balas pria itu dengan kekehan sinis diakhir kalimatnya.

o0o

Rahsya diculik.

Perkataan dari salah satu anak buah Ayah itu terus terngiang di indra pendengaran Al.

Menurut rekaman cctv yang terpasang di halte itu, laki-laki berbaju hitam yang tiba-tiba. membekap mulut Rahsya dan menyeretnya membawa pergi. Namun setelah itu Rahsya tidak diketahui lagi keberadaannya. Terlebih gawai anak itu jatuh di halte ketika dirinya sudah tak sadarkan diri.

Dan sejak sore tadi, para anak buah keluarga Karunasankara tengah mencari keberadaan si bungsu. Bahkan Al serta sang Ayah pun turut andil dalam pencarian anak itu.

Ting.

Bunyi tersebut bersumber dari telfon genggam Ayah yang tengah duduk di dalam mobil bersama anak sulungnya serta para anak buahnya. Lalu ia mengambil benda pipih itu dan membuka pesan yang ia tidak tau siapa pengirimnya.

+628xxxxxxxxxx.
Halo Tuan Fathir Karunasankara.
Saya tau pasti saat ini anda sedang mencari keberadaan anak anda yang penyakitan itu.
Tenang, anak anda masih aman untuk saat ini.
Tapi tidak untuk besok.

Ayah hampir saja membanting handphone yang ada di genggaman nya sebelum tangan si sulung menahannya.

"Kenapa Yah?" Tanya Al lalu tidak sengaja tatapannya melihat sebuah pesan yang masih dibuka dalam telfon pintar ayahnya.

"itu pesan dari siapa Yah?".

"Ayah gak tau, tapi Ayah yakin orang ini pasti yang udah nyulik adek." Balasnya lalu dirinya memencet tombol bergambar telfon pada gawainya.

o0o

Sejak dua jam yang lalu Gibran dilanda rasa khawatir lantaran mendapat kabar kalau Rahsya telah hilang diculik orang yak dikenal. Dirinya merasa sangat menyesal karena sudah meninggalkan anak itu sendirian.

Dan saat ini laki-laki itu tengah bersama dengan para sahabatnya kecuali Noah. Entahlah, sosok itu tidak diketahui keberadaannya. Bahkan ketika Gibran menelfon anak itu, suara operator jaringan yang menjawabnya.

"Noah ke mana sih, tumben banget gak aktif nomornya." Ujar Irsyad yang tengah mengotak-atik handphone nya.

"Lagi sibuk kali, udahlah gak usah dipikirin. Ini kita harus cepet nyari Rahsya, gue takut dia kenapa-napa." Balas Gibran dengan suara yang memelan di akhir kalimatnya.

Meskipun di penjahat sudah melarangnya untuk menghubungi polisi, namun Fathir masih punya seribu satu cara untuk memanggil pihak polisi tanpa kata penculik itu melihatnya.

Ketiga teman Rahsya juga sudah sampai ke tempat itu sekitar lima menit yang lalu. Dan yang pasti tanpa kehadiran Noah. Awalnya Al sedikit bingung mengapa tidak ada anak itu bersama ketiga sahabat Rahsya. Namun setelahnya ia merasa tak peduli karena itu tidak terlalu penting menurutnya.

o0o

"Selamat malam kawan!".

Rahsya baru saja tertidur setelah beberapa jam selalu terbangun dan mendapati seorang pria berbaju serba hitam yang mengajaknya berkomunikasi. Entahlah, Rahsya juga tidak mengenal orang itu. Terlebih pria itu juga menutup sebagian wajahnya menggunakan masker berwarna hitam.

Lalu sekarang ketika ia membuka kembali matanya, ia disuguhkan dengan pemandangan seorang pemuda seusianya dengan baju serba hitam juga bermasker senada.

Pemuda itu tersenyum sinis lalu tangannya terangkat untuk membuka masker yang menutupi wajahnya.

Hingga ketika sudah terbuka sempurna, Rahsya mengernyitkan dahinya saat melihat dan mengetahui siapa pemuda itu.

Pemuda itu tampak tidak merasa bersalah dengan semua yang telah ia lakukan. Bahkan orang itu hanya tertawa remeh ketika melihat ekspresi dari seseorang yang dikenalnya.

Rahsya masih merasa tidak percaya dengan sosok yang tengah berdiri tertawa di hadapannya. Bahkan anak itu hampir tidak berkedip sama sekali. Seakan hal ini hanya sebuah mimpi yang tak pernah ia inginkan untuk menjadi kenyataan.

"No-noah!".

o0o

Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang