Merasa terlalu malu menghadapi Jovan, gue buru-buru keluar dari kamar dan melihat Radit duduk bermain gim sendirian di sofa. Tanpa basa-basi gue menghampiri lalu duduk di sampingnya.
Pria itu tak terlihat terkejut sama sekali malah ia menyungging senyum saat mengalihkan pandangannya kearah gue sembari bertutur santai. "Panik banget, Mel. "
Mendengar ia bertanya dengan nada mengejek buat gue otomatis melempar dirinya dengan bantal sofa lalu mendesis. "Lo kok biarin gue masuk kamar itu sih! Lo tau kan Jovan belum pakai baju?! "
"Tadi udah aku cegah, aku tawarin kamar lain katanya kamu mau nemenin Jovan aja. "
"Ih... Harusnya lo lebih effort nahan gue, Kak Radit! "
Radit terkekeh, "Ah, kalian 'kan udah tinggal bareng lama, terus juga bukan pertama kali lihat tubuh masing-masing gitu. Yah aku pikir kalian emang udah santai aja. "
"Lo jelas sengaja, Kak Radit! Gue bisa baca dari muka lo! Gue pikir lo orang berpemikiran lurus, ternyata... Hem... Padahal muka lo orang bener banget."
Pria itu tertawa, "Mana ada orang pikirannya lurus doang, Mel. Dalam hidup kita harus belak-belok maju mundur, biar ga kaku alur idupnya, dan info aja nih, karakter orang ga ada hubungannya sama muka kali, Mel... "
"Ah lo kayak, Jovan. Kalau bales argumen orang, kayak lagi buka seminar. Bikin ngantuk."
Pagi hari itu tak ada waktu tuk memejamkan mata lagi, sebab terlalu dikuasai rasa malu. Gue bersembunyi dan asik uring-uringan di kamar Reno atas seizin Radit.
Dan entah sudah pukul berapa, pintu kamar yang gue tempati diketuk bersama suara Radit menggelegar. "Sarapan dulu, Mel!"
Heran gue, tuh laki lama- lama auranya emak-emakable sekali. Sampai segala sarapan pun dia yang nge woro-woro.
Merasa ga enak banyak tingkah dirumah orang, gue pun lekas keluar kamar menuruti Radit buat sarapan. Namun sialnya disana telah duduk seonggok Jovan yang telah menyantap nasi gorengnya dengan tenang.
Gue canggung, tapi masa malu-malu kucing lalu mundur dan bersembunyi? Bukan Imel banget, elah. Gue pun dengan watadosnya duduk disamping Jovan sembari request pada Radit. "Hmm, Kak. Kayaknya gue mau sarapan pake roti aja deh. "
"Oh, Oke... Mau dipanggang? " Radit sigap langsung mengeluarkan wadah Roti dari lemari.
Gue menggeleng. "Enggak usah kak. "
"Oke, nih selainya pilih sendiri. " Selanjutnya pria itu mengeluarkan tiga botol selai dihadapan gue.
"Makasih, Kak. "
"Nanti kamu mau keluar sama aku, Mel? "
Gue tak menduga akan mendengar Jovan berkata sesantai itu. Menoleh kearahnya dengan raut bingung gue menjawab. "Mau... Kemana emang? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN
RomansaCakra, Seorang pria berpemikiran dewasa dan Romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan...