Prolog

30 5 4
                                    

Menikah itu bukan siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Tapi menikah itu di waktu yang tepat dan orang yang tepat menurutNya

___

Banyak yang mengatakan terlalu tua apabila sudah berusia dua puluh tujuh tahun tapi belum menikah juga, begitu pula banyak yang mengatakan kalau terlalu muda apabila meninggal di usia dua puluh tujuh tahun. Miris rasanya, entah mengapa banyak dari masyarakat yang selalu bersemangat dalam mempersiapkan sebuah pernikahan hingga melupakan yang namanya kematian. Padahal sudah jelas bahwa kematian lebih pasti daripada pernikahan. Rasanya muak setiap kali mendengar pertanyaan "Kapan Nikah?" dari setiap orang. Menikah memang takdir, namun dengan siapa dan kapan menikah hanya Allah yang tahu, lantas mengapa mereka menanyakan pertanyaan yang bahkan diri kita sendiri tidak tahu jawabannya?

"Eh Alifia udah dateng, nih lihat Fia, cantikkan anak sepupumu? Kamu nggak mau punya anak?"

"Ya pasti mau lha Mbak, tapi yang pasti nikah dulu, iya kan Fia?" Mama Fia menyahut pertanyaan dari kakak kandungnya.

"Makanya Fia buruan nikah, udah umur dua puluh tujuh lho kamu. Masa teman-teman kamu sudah punya anak kamunya malah masih sendiri mulu, sekali-kali kenalin cowok ke kita. Atau mau Tante bantu cariin biar segera dapet jodoh?"

"Nggak perlu Tante, makasih ya, mungkin emang belum waktunya Tante, Allah kan lebih tahu yang terbaik buat hambaNya, udah ya Tante, Oiya Fia mau ke Garden Coffee dulu ya Ma, udah ada janji bareng Adara sama Gavin soalnya"

"Gavin temen kamu yang jadi dosen di Surabaya itu kan ya? Nah, nikah aja sama Gavin Fia. Kalo Tante lihat, dia kayaknya suka lho sama kamu"

"Nggak mungkin lha Tante, kan kita temenan udah dari lama dan ya, sekali teman tetap teman, udah ya Fia berangkat dulu, assalamu'alaikum"

Alifia mengendarai sepeda motornya dengan sedikit mengebut karena dirinya merasa kesal dengan pertanyaan orang-orang yang selalu menanyakan dirinya kapan menikah. Alifia tahu kalau dia sudah berusia dua puluh tujuh tahun, dia juga sudah tahu bahwa sampai saat ini dia masih sendiri dan hanya datang ke acara pernikahan teman-temannya saja. Namun dalam kesendirian ini bukan berarti Alifia tidak menginginkan untuk menikah. Dia ingin menikah. Namun sampai saat ini tidak ada yang berhasil untuk lolos dalam filter pilihan yang sudah ia susun sebelumnya.

Alifia tidak mau mendahului takdir Tuhan, Alifia juga memiliki pemikiran bahwa pernikahan bukanlah tentang cepat atau lambat, melainkan pernikahan akan datang di saat waktu yang tepat dan tentu dengan orang yang tepat menurutNya. Maka dari itu, sampai saat ini Alifia berusaha untuk terus memperbaiki dirinya sembari menunggu jodohnya kelak. Karena siapa tahu pulang-pulang dari kafe dirinya dilamar seseorang atau siapa tahu besok atau lusa dirinya akan menjadi seorang pengantin. Intinya, Alifia akan terus memperbaiki diri hingga jodoh menghampiri. Karena Alifia tidak tahu, jodohnya nanti akan datang sendiri atau jangan-jangan jodohnya datang sepaket dengan seorang anak.

Dan ya, selamat datang di dunia Alifia yang selalu dihantui dengan pertanyaan "Kapan Nikah?" dari orang-orang sekitarnya.

___

Assalamu'alaikum semuanya. Nggak nyangka banget aku bisa kembali nulis, hehehe. Selamat datang di cerita baruku, semoga ada kebaikan di dalam cerita ini. Dan kalau pun ada keburukan mohon untuk ditinggalkan. Semoga kalian suka dan tetap jadikan Alquran sebagai bacaan utama.

15-02-24
Echarosyidah

Takkan Terganti [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang