[Ariel PoV]
Masa libur untuk murid akademi sebentar lagi berakhir, besok lusa upacara penerimaan murid tahun ajaran pertama akan dibuka dan setelah itu kegiatan akademi akan berjalan kembali.
Saat ini, aku sudah resmi menjadi murid tahun ajaran ketiga. Sebenarnya, tidak banyak kegiatan pembelajaran saat mencapai tahap ini, itu karena tahun ketiga merupakan waktunya murid-murid mempraktekan apa yang selama ini mereka pelajari di tahun pertama dan kedua.
Sebagai seorang Priestess sepertiku, setelah kelulusan aku akan ditempatkan di salah satu cabang Kuil Dewi Diana yang ada di Kekaisaran.
Setelah itu, Ayah pasti akan mulai mencarikanku pasangan untuk menjadi suamiku kelak.
Aku menghela nafas lalu menoleh ke samping melihat pria berambut pirang yang saat ini berjalan di sampingku.
Brian ... Setelah kekalahannya dari Putri Alisha di final Turnamen kemarin, dia masih terlihat murung seperti itu. Walaupun banyak bangsawan yang mengucapkan ketertarikan mereka padanya, Brian terlihat masih kurang senang.
Semakin ke sini, terkadang aku bingung apa yang menjadi motivasi dia untuk bertarung.
Setelah diperhatikan, dia melakukan sesuatunya hanya karena ingin menarik perhatiannya saja. Mungkin Brian memang tulis ingin membantu orang lain, namun kurasa dia kurang dewasa ketika melakukan hal itu.
Kendati demikian, kami tetap seorang teman dan seorang teman harusnya membantu temannya yang sedang kesusahan bukan?
"Hey, Brian."
Dia menoleh padaku mendengarku memanggilnya.
"Mau sampai kapan kau terus-terusan depresi seperti ini," ucapku padanya. "Sudah satu bulan semenjak turnamen, kau harus lebih bersemangat seperti biasa, bukankah kau juga sekarang yang menjadi Ketua Klub Swordsmaster?"
Benar sekali, Brian sekarang menjadi seorang Ketua klub. Banyak anggota dari kalangan bangsawan yang menentang hal ini, namun semuanya dibungkam oleh Brian dengan kemampuannya dalam turnamen.
"Kau harus memperlihatkan kepada junior-junior barumu semangat dalam menggapai tujuan mereka menjadi seorang Ksatria!"
Sejujurnya, banyak murid-murid terutama dari kalangan rakyat biasa yang terinspirasi dari Brian. Walaupun tanpa status dsn latar belakang yang hebat seperti para bangsawan, dia mampu mengungguli mereka dalam segi kemampuan.
Itulah mengapa Brian menjadi sebuah simbol bagi mereka, agar murid dari kalangan rakyat biasa tidak dianggap sebelah mata dan disepelekan.
Mendengar kata-kataku, Brian kemudian tersenyum. "Kau benar, Ariel. Seharusnya aku tidak menunjukan sikap seperti ini jika ingin memberi contoh junior-junior kita."
"Benar bukan? Kekalahan dalam turnamen bukanlah akhir dari segalanya!"
Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju Kuil Utama Dewi Diana yang ada di Kota ini.
Sesampainya di sana, terlihat kerumunan warga kota sudah memenuhi area sekitar kuil. Ini karena mereka ingin menyambut para kandidat Saint yang berkunjung ke sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Suci Notredame yang berada di wilayah timur Kekaisaran.
Walaupun masih berada di dalam wilayah Kekaisaran, Kota Suci Notredame sebenarnya adalah sebuah Kota yang Independen. Kota itu adalah Pusat dari Otoritas Kuil Dewi Diana.
"Ramai sekali tempat ini," ujar Brian.
"Tentu saja ramai," balasku padanya. "Kau tahu, Brian. Seorang Saint adalah simbol bagi ajaran Kuil Dewi Diana, bahkan seorang bangsawan pun tidak akan mudah untuk melihatnya jika tidak ada keperluan penting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...