21

1.9K 245 20
                                    

_HTK_

"Shan, tolong beliin gula di warung sebentar," pinta Mama Shani. Shani yang sedang berbaring di sofa sambil menonton tv pun mendengus kesal. "Adek aja Ma, Shani males, udah pw," tolak Shani. Dia terlalu malas untuk pergi ke warung malam-malam seperti ini.

"Buruan, Mama mau bikinin Papa kopi, nanti keburu Papa marah."

"Adek aja Ma."

"Adek sibuk, ga bisa," sahut Krisna yang sibuk dengan hp miringnya, bermain game.

"Sibuk apa? Kamu ngagame gitu doang," balas Shani.

"Kakak juga main hp doang."

"Sudah! Jadi siapa yang mau berangkat?" tanya Mama Shani sambil berkacak pinggang.

"Aduh-aduh, aku kebelet, mau setoran dulu." Krisna ngacir bersembunyi di kamar mandi. Padahal itu hanya alasan biar tidak disuruh membeli gula.

"Krisna nyebelin!" pekik Shani kesal. Mama Shani meberikan uang pada Shani untuk membeli gula. Shani dengan kesal menerima uang itu, lalu pergi dengan sepeda miliknya. Jarak dari rumah ke warung memang tidak terlalu jauh, tapi tetap saja Shani malas jika disuruh keluar sendirian. Apalagi moodnya sedang buruk hari ini.

Jegrek~

Shani mestandartkan sepedanya lalu masuk ke warung untuk membeli gula. "Buk, beli gulanya sekilo."

"Tujuh belas ribu neng." Shani memberikan uang dua puluh ribu. "Kembalianya beli es marimas jeruk, sama permen buk," lanjut Shani. Jadi uang yang dibayarnya menjadi pas. Shani menerima es cekek dan kresek berisi gula serta permennya. Tak lupa Shani berterima kasih sebelum pergi.

Namun, langkahnya kemudian terhenti melihat seseorang yang sudah berdiri di atas sepedanya. Raut wajah Shani langsung merengut melihatnya. Dia kembali melanjutkan jalan, mendekatinya. "Ngapain kamu?!" tanya Shani dengan ketus.

"Nemuin kamu dong. Masa nemuin pacar sendiri ga boleh?" jawabnya santai. Ya, itu adalah Zean yang mencari Shani.

"Kok tau aku di sini?"

"Tadi dari rumah, kata Mama kamu, kamunya lagi ke warung. Yaudah aku susulin," jelas Zean.

"Motor kamu?" tanya Shani, sebab tak melihat keberadaan motor Zean.

"Masih di rumah kamu lah. Aku ke sini jalan kaki," jawab Zean masih santai.

"Itu apa?" tanya Shani. Sebenarnya dia gengsi untuk bertanya, tapi dirinya kepo melihat kardus yang masih tertutup rapat yang berada di atas boncengan sepedanya.

"Ini? Buat kamu dari aku. Tanda minta maaf, maaf karna aku udah ngelakuin hal yang ga kamu sukai. Aku tau aku salah. Maafin aku," ungkap Zean.

"Jadi kamu nyogok biar aku maafin kamu?"

"Hehehe... enggak kok, ini beneran aku kasihin kamu. Urusan kamu maafin atau nggak, aku balikin ke kamu aja. Kalau kamu belum mau maafin aku, aku bakal lakuin hal lain supaya kamu maafin aku," jawab Zean.

"Memangnya ini apa?" Tanya Shani. Zean tersenyum kemudian bergerak membuka kardus yang masih tersegel rapat. Setelah berhasil membuka kardus itu, Zean tersenyum melihat reaksi Shani yang nampak terkejut. "Kamu beli susu sekerdus buat aku??" Shani masih tak menyangka, pacarnya itu akan membelikannya susu sampai sekerdus.

"Iya hehehe, jadi kalau mood kamu lagi ga bagus, minum aja susu ini. Aku jamin mood kamu bakalan balik lagi."

"Orang dimana-mana dikasih coklat gitu, ini susu?"

"Ya ga papa atu Shan, kan biar beda dari yang lain. Lagian tadi yang terlintas dipikiran aku buat kamu, ya susu ini. Jadi gimana kamu maafin aku ga?" tanya Zean lagi. Dia memasang wajah memohon supaya dimaafkan.

"Aku males maafin kamu kalau kamu masih ngulangin hal yang sama. Buktinya kamu semalem masih ngerokok kan?"

"Nggak! Aku ga ngrokok!" Elak Zean.

"Ga usah ngingkar! Aku tau. Aku juga punya bukti kalau kamu kemarin ngrokok!"

"Maaf sayang, aku kemarin udah kalut banget, jadi rokok yang aku jadiin pelarian. Tapi janji kemarin yang terakhir." Zean memperlihatkan dua jarinya, tanda berjanji.

"Ga usah kebanyakan janji, aku butuhnya cuma bukti. Kamu kalau kayak gini terus, bisa-bisa aku cape sama kamu Zean!" Jantung Zean berpacu dengan cepat. Dia tak mau hubungannya dengan Shani berakhir. Dia sudah terlanjur jatuh hati dengan Shani, maka dia akan berusaha supaya hubungannya ini langgeng sampai nanti.

"Maafin aku, iya beneran aku janji, kemarin terakhir aku ngrokok. Jangan cape sama aku. Maaf kalau sifat aku masih kekanakan gini. Aku mohon jangan cape ya? Kalau cape ga papa kita istirahat dulu, tapi jangan lama-lama, aku ga bisa kalau ga sama kamu," ungkap Zean.

"Tapi kamu jangan gitu lagi! Aku ga suka cowo perokok, Zean."

"Iya Maafin, rokoknya udah aku buang jauh-jauh tadi di jalan. Beneran, ga bohong kok."

Shani berpikir sepertinya memang tak ada masalah jika memberi Zean kesempatan lagi. Siapa tau Zean memang khilaf, dan janjinya itu akan ditepati. "Bener ya ga gitu lagi? Jauh-jauh dari rokok!"

"Iya sayang, aku janji," jawab Zean dengan serius.

"Yaudah, aku maafin. Aku ga mau lihat kamu ngerokok lagi. Itu ga baik buat kesehatan kamu."

"Iya sayang, makasih ya." Zean kembali merasa senang karna mendapatkan maaf dari Shani. Tak sia-sia dia membelikan susu sekardus untuk Shani.

"Kamu mau es?" tanya Shani menawarkan es cekek miliknya. Zean memajukan tubuhnya dan menyedot sedotan es itu, hingga rasa segear mengalir ditenggorokkannya. "Yuk pulang, Mama udah nungguin gulanya pasti," kata Shani.

Mereka pulang ke rumah Shani dengan berjalan kaki. Sepedanya dituntun karena ada kardus isi susu yang ditaruh di boncengan belakang, yang membuat mereka tidak bisa berboncengan berdua untuk pulang. Tapi tak apa, mereka di jalan tetap bisa berbincang dan bercanda. Syukurlah, Shani dan Zean kembali akur lagi.
























Kalian yang minta banyakin konflik kok sekarang kalian yang kesel awoakwok, kocak.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang