8. Trauma

367 40 0
                                    

Bulan, Rion, Ezra, Raidan tengah berjalan menuju kelasnya melewati koridor panjang karena jam istirahat sebentar lagi akan habis. Bulan berjalan santai dibelakang ketiga orang yang ia sayang sambil sesekali terkekeh kecil ketika melihat Ezra dan Raidan bertengkar kecil sampai koridor yang senyap menjadi ribut karenanya.

"Tuhan, bisa tetep kayak gini kan? Mereka moodbooster Bulan, jangan ambil mereka dari Bulan ya? Bulan sayang mereka kayak adik Bulan sendiri"

Keempatnya tak sengaja melewati salah satu ruangan rahasia yang tidak boleh dimasuki siapapun kecuali staff dan dewan guru, hal ini sudah diketahui secara turun temurun sejak 5 tahun setelah sekolah ini didirikan.

Bulan yang memiliki rasa penasaran yang tinggi memilih menghampiri ke ruangan tersebut yang kebetulan pintunya setengah terbuka lalu jalan mendekat tanpa bersuara.

Bulan bisa merasakan udara dingin dari AC didalam terasa menyapu keringat ditubuhnya, tapi Bulan lebih memilih memasang tajam pendengarannya.

"Bulan! Lo--

Sadar Bulan tak bersama mereka, Raidan berteriak nyaring nyaris membuat seseorang didalam berjalan mendekat ke pintu, Bulan langsung memberi kode untuk bersembunyi ke samping dan ketiganya menurut sedangkan seseorang didalam sana tidak jadi beranjak dan kembali melanjutkan perbincangan mereka.

"Spp dinaikin 70% berarti pemasukan kita ke pemerintah segitu juga? Kalo 80% murid telat bayar, nyicil, atau nunggak?"

"Kita cerca walasnya, mau digagahin kek atau bahkan dibunuh asal dapet imbalan 50% dari satu orang murid yang nyicil, nunggak, atau bahkan telat nah kalo gaada pemasukan sama sekali ya kita incer ketua kelasnya kalo cewe ya buat kita kalo cowo ya kita bunuh terus jual organnya"

"Apa ga berlebihan pak? Kita kan cuma bawahan yang disuap sama mentri pemerintah pak, kalo kita gak hasilin apapun ya tetep aja kita yang kena pak"

"Yaudah pindah ke plan C! Culik anak yang berkeliaran diatas jam 9 terus kita bunuh dan semua organnya kita jual!! Satu organnya lumayan bangsat!!!"

Bulan sangat terkejut mendengar pembicaraan mengerikan, kini Bulan mengerti kenapa Jefran yang berbeda 2 tahun dengannya kembali bersekolah menjadi anak SMA dan tim polisi intel terkenal The Eagle Eye datang kemari dengan embel-embel penyuluhan narkoba, seks bebas dan korupsi. Ternyata itu embel-embel semata untuk menutupi tugas mereka yang sebenarnya.

Ekspresi shock Bulan membuat Rion, Raidan dan Ezra sangat penasaran. Bulan dengan hati-hati melangkah pergi dari sana untuk menghampiri sang kakak.

"Kabur sat! Jangan lewat sini cari jalan pintas!! Ntar gue--

Belum sempat Bulan menjelaskan salah satu staff keluar karena mendengar keributan kecil membuat Bulan melotot horror, setelahnya staff tersebut menyeringai sembari mengeluarkan senjata apinya.

"Lari anjing!!!"

Bulan yang sudah panik tak karuan langsung berlari mendahului kemudian disusul Raidan lalu Ezra dan Rion dibelakangnya yang sama paniknya.

Mereka berlari menghindar kejaran staff sekolah mereka yang membawa senjata api yang siap ditembak kapan saja.

Bulan yang panik tak karuan itu terus melihat ke belakang dan staff tadi yang membawa senjata api masih mengejar mereka bahkan kini sudah sangat dekat nyaris meraih seragam Rion.

"MENCAR!! KETEMU DITEMPAT BIASA!!"

Raidan, Ezra dan Rion mengangguk paham dan setelah mereka melewati persimpangan koridor mereka berpencar dan Bulan memilih jalan lurus namun naas Bulan lah yang dikejar membuat Rion yng sempat berhenti itu sangat terkejut bahwa adiknya lah yang diincar.

"Cok!! Adek gue yang dikejar!!" Seru Rion panik tak karuan melihat adiknya dikejar

"Jangan! Biarin aja! Tetep ketemu ditempat biasa!" Balas Ezra ikut teriak

Sedangkan disisi lain Bulan terus berlari menghindar dari kejaran staff psikopat tersebut sampai berlari ke halaman depan sekolah dan nyaris keluar area sekolah.

Bulan terus berlari sampai keluar sekolah dan staff itu masih mengejarnya, dipertengahan jalan saat Bulan menoleh ke belakang rupanya staff tadi masih jauh lalu Bulan mempercepat larinya dan didepan Bulan melihat ruko terbengkalai dengan pintunya yang setengah terbuka, tanpa berpikir panjang Bulan masuk ke dalam ruko tersebut bersembunyi didalamnya sambil mengatur nafasnya sampai tak mengeluarkan suara sedikitpun.

Saat Bulan melirik keluar alangkah terkejutnya ketika mendapati staff tersebut berada didepan ruko ini dengan jarak yang tak begitu jauh dengan nafas yang tersengal-sengal dan ekspresi murka.

"Sialan! Malah ilang! Kalo gini caranya nasib tim gelap sekolah ini bakal dalam bahaya!"

Bulan yang bersembunyi dibawah meja sambil menutup mulutnya dan tubuhnya yang basah karena keringat serta gemetar hebat karena ketakutan, karena letak meja ia bersembunyi berada disamping kanan pintu masuk sedangkan staff tadi diam sejenak mengatur nafasnya didepan ruko yang sama.

Hampir 1 jam setengah Bulan bersembunyi dalam keadaan menahan tangisnya barulah terdengar derap langkah menjauh diiringi umpatan, Bulan mengintip keluar dan dipastikan aman barulah Bulan langsung menjatuhkan diri ke lantai langsung menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan dan kaki yang masih gemetar hebat.

Sedangkan disisi lain ditempat terbuka sedikit jauh dari sekolah terdapat Rion, Raidan yang mulai panik ketika Bulan tak kunjung kembali bahkan teleponnya tak aktif padahal Bulan membawa hpnya.

"Duh, gimana nih udah mau 2 jam tapi Bulan belum balik, disusul juga gatau lari ke sebelah mana"

Sedangkan Jefran yang diberitahu teman sekelasnya soal Bulan itu langsung mengambil totebag hitam miliknya dan berganti baju seragam dengan seragam tugasnya dipos satpam.

Sambil berlari menuju lokasi Jefran nenelpon Gevario untuk datang kelokasi bersama 2 rekan tim lainnya.

"Pak! Dateng sama Tim ke bekas ruko Pak Slamet! Urgent!"

Sesampainya diruko dimana Bulan bersembunyi, Jefran yang kebetulan membawa balok itu dengan hati-hati masuk ke dalam ruko dan semakin jelas terdengar suara isak tangis Bulan.

"Bulan! Bulan!"

Tidak ada sautan hanya ada isak tangis yang semakin jelas, tak lama ketiga rekannya datang dengan mobil tugas langsung bergegas menghampiri Jefran yang terlihat panik.

"Suaranya dari bawah meja" Seru Karvino menunjuk meja sebelah pintu masuk

Jefran yang kebetulan berada dipaling depan itu dengan hati-hati mendekati meja tersebut namun Jefran langsung berlari merengkuh Bulan yang sudah kacau disertai isak tangis yang belum berhenti.

"Bulan! Bulan! Sadar! Ini Jejef!" Ujar Jefran menepuk pipi Bulan namun tak ada respon

"Bawa ke kantor aja pak, biar kita enak tanyain apa yang terjadi" Usul Aslan disetujui Jefran

Lalu Jefran menggendong Bulan ala bridal style dan membawanya ke kantor untuk menanyakan apa yang terjadi.








Bersambung...

My Intel Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang