07. Ah... hubungan yang rumit

69 19 1
                                    

Setelah tragedi itu, Sean pun memutuskan untuk pergi ke lantai atas, meninggalkan hawa kecanggungan karena perkataan Rin tadi yang mengundang kekesalan dua harimau sekaligus. Iya, selain Amaya yang dengan tega menimpuk wajah tampannya. Dean pun sempat melayangkan tatapan tajamnya. Siaga 1 kalau Kakaknya sudah menunjukkan respon semacam itu. Nakal nakal begini, Sean tipikal manusia yang tetap tahu batasan kok... Alah dusta! Sebetulnya sih dia memang takut saja pada Kakaknya itu. Karena seperti yang orang-orang kerap katakan, bahwasanya seseorang yang terlalu baik akan terlihat menyeramkan jika marah. Dan perkataan tersebut berlaku untuk Kakaknya.

Selepas kepergian Sean pun, Rin memutuskan untuk duduk di tempat yang Sean tempati tadi lalu menumpu dagunya pada kedua telapak tangannya dengan siku bertumpu pada meja. Kedua manik matanya lantas bergulir ke sisi kirinya, di mana di sana Dean dengan pembawaan tenangnya sibuk menyesap kopi espresso yang pahitnya bukan main itu.

"Mas udah makan belum?"

Dean melirik ke arah Rin yang tiba-tiba saja mengajukan pertanyaan padanya seolah ia memang seperhatian itu padanya. Lalu Dean pun menggelengkan kepalanya dalam tempo pelan. Kapan juga kan dia bisa makan sementara seharian ini dia sibuk meracik kopi saking padatnya pelanggan yang datang ke kafenya ini.

"Aku laper deh Mas. Pesen pizza dong Mas" ujar Rin sembari mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, tiba-tiba memasang wajah imutnya. Sedang merayu Dean sebetulnya sih, berharap Dean mau memberikan traktiran untuknya.

Dean menghela napasnya pelan mendengar perkataan Rin barusan. Itu sih artinya Rin bertanya padanya tadi bukan karena dia perhatian padanya, tapi memang pada dasarnya saja dia sedang lapar dan mengharapkan traktirannya. Namun alih-alih bersikap ketus, Dean justru langsung merogoh ponsel dari saku celana katun yang ia kenakan lalu menaruhnya ke atas meja, "pesen aja" jawabnya kelewat santai.

Sontak saja senyuman manis terbit di wajah Rin, menghapus gurat lelah di wajahnya. Kalau sudah membahas soal makanan apalagi traktiran, Rin memang paling semangat. Maklumi saja, selama ini kan Rin terbiasa hidup pas-pasan. Untuk membeli makanan yang mahal ia harus berpikir dua kali. Memang paling enak itu ya meminta traktiran. Dulu sih saat dia belum bekerja dengan Dean boro-boro dia melakukan trik seperti ini, teman saja tidak punya, bos pun galaknya bukan main. Makannya mumpung punya bos yang super baik hati, dia manfaatkan sekalian.

Rin pun segera menggapai ponsel Dean dan membuka daftar menu di aplikasi pesan antar yang ada di ponsel Dean. "Eh Mas, ada burger nih lagi diskon. Jadi bingung aku mau beli burger apa pizza ya"

"Pizza aja Rin" ujar Desi berpendapat dengan semangat. Kebetulan dia juga sedang ingin pizza dan termasuk ibu-ibu yang suka traktiran juga.

Mendengar suara Desi, Rin pun langsung melirik ke arah Desi. Ah, ternyata Desi sedang ingin memakan pizza. Kemudian Rin menoleh ke arah Amaya yang hanya terduduk di sana sembari menyimak saja, tidak se-reog ketika dia bersama Sean. Perlu diketahui bahwa sebetulnya Amaya adalah remaja perempuan yang sangat manis dan menggemaskan. Hanya saja kepribadian tersebut tidak berlaku jika Amaya sudah berurusan dengan Sean di mana dia akan berubah menjadi wanita galak dengan kesabaran setipis tisu. Habisnya Sean itu bukan tipikal pria yang dimanisi malah luluh, yang ada semakin dia manisi dia malah semakin bertingkah. Memang harus menggunakan cara keras manusia yang satu itu.

"Kamu Dek?"

Amaya menggulirkan bola matanya ke arah Rin yang mendadak meminta pendapatnya. Sebetulnya dia tidak enak ikut meminta traktiran dari Dean, karena dia sendiri bisa dikatakan mampu membeli makanan tersebut dengan uang jajannya. Tapi kalau dia menolak, takutnya Rin tersinggung. "eung... Gue juga lagi kepengen pizza sih Kak" jawab Amaya diakhiri dengan cengiran lebarnya.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang