Karvi kini tengah diceramahi panjang lebar oleh Gevario atas keteledorannya tadi disekolah, sedangkan ia mencuri-curi pandang melihat Jefran malah asik bermesraan bersama Bulan dijam kerja.
"Denger gak?!" Bentak Gevario keras
"Iya-iya!" Balas Karvino mulai geram
Karvino merasa tidak terima dan murka pada Jefran, kenapa dirinya yang mati-matian berkelahi disekolah malah diceramahi oleh Gevario sedangkan Jefran yang leha-leha bersama Bulan dikantor sama sekali tidak dimarahi??
Apalagi soal perasaannya, ia sama sekali kesusahan memberikan tanda sinyal pada Bulan karena selalu dihalangi oleh Jefran seolah-olah pria itu mengetahui bahwa Karvino jatuh cinta juga tapi yang membuat Karvino semakin geram kenapa hanya dirinya yang dihalangi?? Sedangkan Gevario dan Aslan tidak??!
Maka dari itu setelah puas diceramahi oleh Gevario, Karvino memutuskan pamit dari kantor menuju mansion lamanya untuk menyusun rencana lain untuk membalaskan dendamnya.
⋆★ ✿ ★ ⋆
Motor ninja hitam yang semula dipacu dengan kecepatan tinggi kini memasuki area kawasan mansion megah bak istana kerajaan dengan kecepatan sedang.Motor berhenti begitu saja didepan halaman mansion tersebut lalu helm fullfacenya dibuka secara kasar.
Karvino berusaha mengendalikan nafasnya senormal mungkin namun emosinya masih menguasainya membuat Karvino kian geram dan memasuki tempat tinggalnya meninggalkan motornya begitu saja.
Karvino berjalan menuju kamarnya mengabaikan sambutan dari beberapa maidnya yang menunduk patuh padanya, bahkan Karvino mengacuhkan asisten pribadinya yang biasanya membawakan barang bawa Karvino.
Karvino melepas jas almamaternya dan melempar kacamatanya begitu saja lalu menatap pantulan dirinya dicermin besar yang terpampang di closet room miliknya.
"Say to sorry for Jefran, gue bakal ambis kayak dulu buat dapetin apa yang gue mau"
Karvino melepas semua pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mendinginkan otak dan badannya yang terasa panas akibat insiden sebelumnya.
Karvino sengaja mengulur waktu mandinya demi menghilangkan kekacauan yang mengusik dikepalanya, hampir 1 jam lamanya Karvino keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit dipinggang serta rambut hitamnya yang basah.
"Jefran mulu heran gua dari dulu, anaknya teledoran gitu dibela"
Karvino mengoceh sendirian sambil memilih kaos putih baru untuk ia jadikan dalaman, lalu Karvino memakai seragam baru yang sama persis seperti seragam sebelumnya namun Karvino sengaja tidak memakai almamater, hanya melepas 2 kancing teratas tanpa melepas atribut.
"Gimana kabar Aslan yang gak jauh beda kayak gue? Kira-kira dia berontak juga gak ya?"
Oke, sekarang kita berpindah posisi ke Aslan yang sekarang sudah ada disekolah lain dimana ia ditugaskan. Aslan turun dari motornya dengan perasaan tak terima dan emosi mengetahui kejadian tadi dikantor yang dimana Karvino dicerca habis-habisan oleh Gevario sedangkan Jefran malah asik dengan Bulan tanpa menghiraukan dirinya dan juga Karvino.
"Jefran mulu diprioritasin dari dulu! Dianggep aneh sama orang kantor baru tau rasa"
Aslan bergumam sendiri sambil berjalan menuju kantor, disini ia menyamar sebagai guru honorer bagian keuangan. satu pelaku lain baru ditangkap dan satu lainnya sudah diproses, Aslan kemari hanya mengurus barang bawaannya sekalian pamit karena ia tahu pasti besok akan ditugaskan disekolah Jefran.
Hal itu pasti membuat Aslan kian muak dengan ketidakadilan ini, nama dan kepribadiannya yang sudah dikenal dingin pendiam itu membuat Aslan sedikit kesusahan untuk memberontak.
"Tuh cewe gimana nasibnya ya diperebutin sama 2 cowo tulus sama 2 cowo obses?"
Aslan langsung bersikap dingin ketika ia memasuki kantor guru yang langsung senyap melihat kehadirannya kembali disekolah ini.
"Ada perlu apalagi pak?" Tanya Guru PKN
"Saya mau ambil barang bawa saya, salah?"
Guru tersebut mengatupkan bibirnya gugup ketika nada bicara Aslan kembali terdengar ketus dan cuek seperti biasanya, sedangkan guru-guru lain yang masih dikantor tidak ada yang berani menatap Aslan dan lebih memilih fokus pada laptop mereka.
"Gausah pura-pura karena tugas saya disini udah beres, saya benci kebohongan yang ditutup rapat"
Setelahnya Aslan pergi meninggalkan kantor dengan ransel hitamnya yang semula terlihat kosong dan hampa kini terlihat penuh dan sesak.
Seorang murid alumni sekolah sini yang seumuran dengan kakak Bulan berlari dari arah gerbang dengan wajah sedihnya mengetahui tugas Aslan disekolah ini sudah selesai.
"Pak eh maksud gue kak, beneran mau pergi? Gabisa apa nunggu beberapa hari lagi sampe ijazah gue resmi keluar?"
Gadis bermata bulat itu menatap sedih dan memohon kepada Aslan, namun pria berdarah Korea-Jakarta itu yang sudah mengetahui seluk beluk gadis ini memiliki keluarga yang bekerja sama dengan para pelaku membuat perasaan Aslan pada gadis ini sirna seketika.
"Lesha, berapa kali harus gue bilang? Orangtua lo kerja sama bareng si pelaku sedangkan gue polisi yang ngurus mereka, emang lo mau nanggung rasa sakitnya sendirian? Lo jangan harap gue ngatasin rasa sakit itu karena yang ada gue bakal nambahin rasa sakit itu"
Setelah berkata demikian tanpa berpikir dua kali kalau perkataanya akan menyakiti perasaan Lesha, Aslan melengos meninggalkan Lesha yang sudah menahan air matanya yang sudah terjun bebas.
"Kak Aslan! Please! Give me a second chance!"
Teriakan Lesha yang mengundang perhatian warga sekolah diabaikan oleh Aslan dengan motornya yang berjalan meninggalkan area sekolah. Lesha langsung terjatuh duduk dilantai dengan tangis yang sudah pecah meratapi perasaannya yang kini bertepuk sebelah tangan.
Bersambung...
Lesha Veronica
KAMU SEDANG MEMBACA
My Intel Boy [END]
Romance[End] "Rahasiain apa yang lo lihat atau jadi pacar gue sekarang?" -Jefran Start : 4 Januari 2024 Finish : 19 Maret 2024