Lea memakai jaket milik Pangeran Azzam saat lelaki itu mengantarnya kembali ke penginapan.
"Saya tidak tau kalau nona tadi adalah adik anda," ucap Lea memulai pembicaraan ketika mereka baru keluar dari daerah kemah bakti.
"Shilla adalah adik bungsu dan lahir dari selir ayahku, jadi tidak banyak dibicarakan," sahut Pangeran Azzam, menjelaskan.
"Ah, benar. Raja punya selir," balas Lea bergumam. Lea selalu kesal setiap mendengar ada lelaki yang memanfaatkan ayat Alquran demi memenuhi hawa nafsu mereka. Bagaimana mungkin mereka menerapkan satu hukum tanpa melihat kontradiksinya? Bukankah Allah sendiri telah menegaskan bahwa manusia tidak akan bisa adil?
"Tenang saja, bukankah aku sudah menyetujui syarat darimu?" Kata Pangeran Azzam, membuat Lea terkejut. Perempuan itu kemudian tersenyum, merasa lega karena tampaknya Pangeran Azzam berniat melaksanakan janjinya.
"Ngomong-ngomong, apakah anda datang kemari untuk Putri Shilla?" Tanya Lea lagi.
"Bukan," jawab Pangeran Azzam. "Sudah ada orang lain yang menjaga Shilla. Aku kemari karena mendapat undangan di malam api unggun untuk berbagi cerita-cerita kecil yang mungkin akan bermanfaat."
"Ah, begitu" Lea menganggukkan kepala. "Apa yang akan anda ceritakan pada mereka?"
"Kenapa kamu tidak datang saja nanti malam untuk mendengarkan?" Balas Pangeran Azzam, tersenyum.
"Coba anda lihat sekitar," kata Lea. "Akan sulit menemukan jalan kalau malam"
"Kamu takut gelap?"
"Mana mungkin?" Tukas Lea. "Biar bagaimana pun, alam liar berbeda!"
Pangeran Azzam tertawa mendengar Lea berusaha berkelit.
"Aku bisa menjemputmu, atau meminta seseorang?" Tawar Pangeran Azzam lagi."Tidak perlu," jawab Lea. "Saya pikir, teman-teman saya sedang menyiapkan pesta barbeque untuk nanti malam. Lagipula, saya tidak ingin mengganggu malam Putri Shilla" Lea terkekeh pelan, mengingat ekspresi terganggu adik Pangeran Azzam yang baru berusia tiga belas tahun itu.
"Ah mengenai itu, bisakah kamu meluangkan waktu?" Tanya lelaki itu, teringat sesuatu.
"Ya? Untuk apa?"
"Untuk bertemu keluargaku," jawab Pangeran Azzam, mengembangkan senyum.
"Oh, benar," Lea langsung teringat. "Kapan saya akan bertemu mereka?"
"Bagaimana kalau dua minggu lagi? Masih ada beberapa pekerjaan yang perlu aku bereskan sebelum itu," sahut Pangeran Azzam lagi.
"Baiklah kalau begitu"
"Lea?" Suara Mina yang memanggil nama Lea membuat dua orang itu menoleh. Tidak jauh dari mereka, Yuna dan Mina sedang berjalan bersisian.
"Mina! Yuna! Kalian mau kemana?" Lea bertanya, berjalan mendekat diikuti Pangeran Azzam.
"Tentu saja mencarimu! Kemana kamu pergi? Kenapa tiba-tiba menghilang" tuntut Mina, tampak kesal.
"Ah, itu, tadi ada anak yang menjahiliku, jadi aku jahili balik," jawab Lea, langsung merasa bersalah karena melupakan teman-temannya.
"Seorang anak? Siapa?" Tanya Yuna, melirik Pangeran Azzam heran beberapa kali.
"Salah satu peserta kemah bakti," jawab Lea sambil lalu. "Kalau begitu, saya akan kembali bersama mereka saja. Terimakasih sudah mengantarkan, dan soal jaket, saya akan mengembalikannya sesegera mungkin!" Lea beralih ke Pangeran Azzam.
"Jangan khawatir, kamu boleh menyimpannya selama yang kamu butuh," ucap Pangeran Azzam, kemudian tersenyum untuk menyapa kedua teman Azalea. "Assalamualaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess
General FictionBuku ke dua The Crown Prince, My Husband. Menjawab segala pertanyaan 'kenapa?' dari buku pertama. In Sha Allah 🙈 "Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Meng...