Introduce

749 67 2
                                    

Warning; gxg content! bahasa nonbaku and toxic! also the typos everywhere!




















































































Karin Astuti memandang sengit lawan bicara. Tatapan yang tidak menunjukkan persahabatan, hanya terlihat amarah dan benci. Siapa pun pasti sadar bahwa gadis itu tengah menahan panas di hatinya yang bila dianimasikan nampak seperti letupan-letupan lava di dalam kawah.

Siapa gerangan yang membuatnya jadi demikian?

Seantero sekolah pun sudah tahu, hanya ada satu orang yang bisa membuat Karin Astuti meluap-luap emosinya. Seseorang bergelar wakil ketua OSIS; terkenal tidak mengenal ampun, tengil, sedikit angkuh dan berotak seksi.

Wigan Purnaman

"Gak capek ketemu gue kah? Gue sendiri capek ketemu lo mulu", ujar perempuan berambut pendek itu terkekeh sinis.

Wajahnya dingin memberi poin tambahan untuk kesan angkuhnya. Paras rupawannya diagung-agungkan, pernyataan cinta sudah menjadi skedul harian. Meskipun terkenal tidak ampun, tutur kata yang lembut membuat siapa saja pasti meleleh bukan? Apalagi tingkat kepekaan yang di atas rata-rata semakin meningkatkan elektabilitasnya di sekolah.

Sayang seribu sayang, perlakuan lembut tidak pernah diberikannya terkhusus kepada seseorang spesial. Orang yang kini berhadap-hadapan dengannya. Karin Astuti, si centil jelita.

"Bacot! Gue juga najis ketemu lo", Karin menjawab dengan begitu ketus.

Wigan terkekeh pelan terkesan meremehkan, dirinya menarik tangan perempuan yang lebih tinggi itu secara kasar. Sentakan itu mempertemukan dua netra mereka agar terkikis oleh jarak.

"Dengar yah. Lo jadi cewek jangan banyak tingkah bisa kan? Lo beruntung gue gak main fisik sama tingkah gak bermoral lo itu. Jadi, selama gue masih baik lo jaga sikap. Paham?"

Tubuh Karin menegang akibat sedikit terpengaruh oleh intimidasi dan ultimatum dari musuh bebuyutannya. Apalagi cengkeraman di tangannya cukup kuat untuk membuatnya meringis perih, ditambah jarak wajah mereka yang tidak jauh semakin menambah atmosfer mencekam.

Dirinya mencoba berontak, "Le-lepasin ga? S-sakit tolol!"

Pelupuk mata perempuan itu mulai menampung air, dia meringis. Kedua tangannya bergerak tidak beraturan mencari cara untuk lepas dari cengkeraman kuat. Namun, nihil hasilnya.

Melihat raut muka murid nakal yang terlihat akan menangis menghentikan kegiatan si rambut pendek. Wakil ketua melepas cengkeramannya karena merasa puas dan menang, membuat putri Astuti langsung menarik pergelangan tangannya dan segera mengamati bercak kemerahan yang terpampang jelas. 

"Lo memang brengsek waketos sialan!", ucapnya sinis.

Jelas sekali rupa kesakitan itu bahkan sekali kedipan saja dapat menumpahkan airmata di pelupuknya. Malangnya, si wakil ketua OSIS sama sekali tidak terpengaruh, image  tidak kenal ampun terbukti jelas.

"Kenapa? Takut yah atau masih kurang keras?" balas Wigan tidak kalah sinis.

Karin merasa di ejek, harga dirinya dijatuhkan kalau ini terus berlanjut apalagi sudah banyak pasang mata siswa yang melihat perdebatan mereka. Dia semakin menatap tidak suka ke arah perempuan yang kini menunjukkan senyuman remeh. Tidak bisa dibiarkan kalau begini terus.

"Ikut gue ke BK sekarang juga" 

Perempuan berambut pendek lebih dulu melangkah dengan kaki kurusnya, postur tubuh angkuh benar-benar membuat Karin muak. Saking muaknya muncul sebuah ide cemerlang sebagai pembalasan.

"Hey!"

Wigan berhenti, menarik  nafas panjang kemudian berbalik. Karin melangkah dengan cepat ke arahnya, kini kembali berhadap-hadapan. Wigan lagi-lagi menghela lelah, apalagi mau perempuan gila ini.

"Kenapa lagi? Lo masokis yah mau gue kasarin terus-terusan?"

Perempuan itu tidak menjawab, tetapi kemudian menipiskan jarak mereka dan terlihat seperti orang yang berpelukan mesra. Wigan sendiri sampai kaget serta menahan napas, apalagi bibir perempuan itu berada tepat disamping daun telinganya. Hembusan napas yang membuatnya geli, dirinya blank  sejenak.

Karin mengambil kesempatan emas ini, "Lo bajingan brengsek!" bisiknya penuh penekanan.

"Apa lo bil— AKHH"

Rasa linu menjalar sampai ke pusat otak Wigan. Dirinya berjongkok memegang tulang kaki yang baru saja ditendang oleh murid centil itu. Dia bersumpah ini lebih sakit dibanding saat dirinya jatuh dari motor dua hari yang lalu. Karin benar-benar mengerahkan seluruh tenaga untuk sebuah tendangan tepat sasaran pada tulang keringnya. 

Sementara perempuan berambut panjang sudah terlebih menjauh, lari terbirit-birit.

"Balik sini lo— Karin Astuti!", seru Wigan dengan marah sedikit tersendat karena sungguh terlampau sakit kakinya. Air matanya hampir keluar.

Karin sama sekali tidak berhenti dan tidak berbalik, "Bacot lo kontol!"

Si wakil meringis mendengar umpatan kotor itu, "Astaga cewe ular itu— shh sakit banget anjir!"

Haduh, masih panjang lagi kisah bertikam lidah yang menanti dimasa depan untuk perempuan angkuh (kata Karin) dan seorang perempuan ular (kata Wigan).




























































































To be continue

_____________


Wigan Purnaman

Wigan Purnaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karin Astuti

Karin Astuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










































Cerita winrina pertamaku. Hehe, semoga suka gais. Jangan lupa tinggalkan jejak, komen dan vote yah. Love you all♡

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang