Siapa yang bilang berdamai dengan masa lalu itu perkara mudah? Apalagi kalau masa lalu itu meninggalkan bekas yang sangat dalam. Belum lagi, secara status sudah berubah. Tapi denial tidak akan bisa membuat kita hidup tenang.
"Kenapa sih kamu harus datang dan membuatku jadi meleyot kembali?" bisikku lebih kepada diri sendiri sambil memandangi video tidak estetik yang viral karena Reza, si ajudan Mas Bupati, menggendongku keluar dari Bus dan melarikanku ke rumah sakit.
"Duh.. jadi bingung.. siapa yang lebih ganteng.. Mas Reza atau Mas Radit..." Aku membaca salah satu komentar di bawah postingan viral yang diunggah salah seorang siswa SMA kemarin.
"Tetap Mas Raditya lah. Kan beliau Bupatinya!" komentar yang lain tidak mau kalah.
"Ketinggian ngarepin Bupati. Sama ajudannya boleh juga. Ganteng pisan!!"
"Tuh cewek ngaps sih? Mabok air tajin? Apa kesurupan hantu metromini? Kok KZL gw liatnya digendong-gendong gt. Mana mangap kek ikan cupang kalah duel!"
Oke cukup! Lagian ngapain sih Reza itu sok pahlawan pake gendong-gendong aku keluar dari Bus? Kalau tetap di sana kan ada Mas Radit yang bakal memperhatiin aku. Ah, memang dia tidak mau aku bahagia!
Mana dia datang lagi sore ini setelah adegan pegang-pegang tangan ala telenovela yang ditangkap basah Mas Bupati lagi! Kali ini dia dengan kaos olahraga merek kesayangannya. Aku tahu, aku sudah bersamanya bertahun-tahun dan aku hafal benar apa yang ingin dia lakukan. Dia pasti habis berolahraga. Terlihat dari keringatnya yang masih agak basah menempel di kaosnya. Tergambar jelas disana dada bidang yang terlatih setiap harinya dan perut datar roti sobek.
"Aku baru balik dari GOR dan ingat kau suka sekali makan pentol jadi aku bawakan. Kamu pasti nggak makan banyak karena makanan di rumah sakit tidak ada rasanya sama sekali."
Kenapa?! Why!! Tiba-tiba Reza bisa sebaik ini? Ini pasti ada yang diinginkan dariku. Fix!
"Kok tiba-tiba sih?" tanyaku dengan penuh pertanyaan yang membuatnya tersenyum kecil. Cukup! Jangan tersenyum! Kamu masih sangat-sangat tampan di mataku meski dengan semua yang telah kamu lakukan selama ini! Damn!
"Tiba-tiba ada pentol? Atau tiba-tiba teringat kamu suka pentol?" Reza mengedikkan bahunya. "Yah, kan kamu mirip pentol. Eh maksudku..."
Dia buru-buru ingin meralat ucapannya ketika aku siap-siap meraih remote TV di sampingku untuk ku lempar ke arahnya. Tapi buru-buru dia meraih tanganku –lagi-lagi – mencoba menghentikanku.
"Hei.. Jangan ada kekerasan dalam rumah tangga," ujarnya.
"Rumah tangga pale lu! Lu and tetangga lu sana!" ujarku dengan kesal. Meski ketika aku membuang muka, jahitan di dahiku terasa menyengat.
"Auch," pekikku pelan, tanpa berusaha menarik perhatian Reza. Tapi dia sudah mendengarnya dan sok perhatian bertanya.
"Kamu tidak apa-apa?" ujarnya, meraih puncak kepalaku dan membelainya pelan. DUH! Jangan bagian itu! Ntar pakunya copot eh maksudnya ini bagian yang paling bikin lumer. Dan dia tahu kelemahanku.
"Udah deh Za.. Kamu apa-apaan sih?" Aku menepis tangan Reza. "Maksudmu apa datang-datang kesini bawa-bawain pentol segala macem! Mau sok romantis? Nggak usah ya!"
"Emang pentol apa romantisnya sih Gwen?" Reza balik bertanya, sok lugu. Cih!
"Ya karena..karena.." Aku tercekat. Makan pentol itu cara dating kita yang lain dari pada yang lain. Kita pemburu jajanan pentol yang lebih banyak tepung kanji daripada dagingnya itu kemanapun. Dan menikmatinya sambil menikmati sunset di pinggir laut dengan motor 125cc milik Reza.
Pentol mengandung kenangan yang pertama kami skinship selama ini. Balik balik Gwen! Jangan bernostalgia dengan cecunguk berparfum ini! Ingat dia yang melukaimu, dia yang meninggalkanmu!
"Groaaaakkkk!!!"
Duhh, ini perut kenapa mengganggu di saat-saat dramatis kayak gini sih. Kan tadinya aku mau mengusir Reza dari sini. Tapi gara-gara bau pentolnya yang khas dan menerbitkan air liur itu, perutku jadi ikutan bunyi.
Reza menahan tawanya. Dia menusuk salah satu pentol itu dengan lidi yang dibawanya lalu menyuapiku. "Aaaa..."
Aku menutup mulutku rapat-rapat. Tidak sudi! Emang dikira aku anak bayi!
"Ayo Gwen.. buka mulutnya.. Aaaa..."
Aku tetap menutup mulut rapat-rapat.
"Aku tahu kau menginginkannya." Reza tersenyum kecil. Aku memandangnya dan memberinya tatapan tanpa ampun. Tapi tetap menutup mulut rapat-rapat.
"Baiklah kalau begitu.. cara terakhir!"
Sepersekian detik dan aku sama sekali tidak sadar apa yang telah terjadi. Reza mendekatkan dirinya begitu dekat sampai aku pun tidak bisa melihatnya. Cuma aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bibirku. Mataku terbelalak.
Reza menciumku!
Popo.. kalau bahasa koreanya. Tanpa K ya.. nanti jadi popok!
"Apa-apaan ini!" teriakku.
"Kau mau diam atau aku bungkam dengan cara yang sama?" ujarnya sebagai balasan atas teriakan terkejutku.
Wajahku memerah.
Damn!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwen-chana [Season 1 Completed]
RomanceGwen-chana Namanya Gwen dan dia cewek terdrama yang pernah hidup di dunia. Kata orang Jawa tipikal "ora nduwe udel" alias tidak pernah punya rasa malu dan rasa capek. Gwen disukai teman-temannya karena sifatnya yang tidak mudah marah ketika diajak...