Chapter 11: Stay

141 6 0
                                    

"Oh, God! You're so heavy!"

Valerie menghela napasnya setelah ia berhasil membawa Ryke sampai ke dalam kamarnya dan terbaring di sofa yang tersedia di kamar hotelnya.

Pria itu terlihat sangat pucat dan membuat jantung Valerie berdegup dengan sangat kencang.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Valerie pada dirinya sendiri, tetapi Ryke ternyata mendengarnya juga.

"Ada kotak di dalam nakas," kata Ryke dengan suaranya yang nyaris terdengar. "Bawa kesini."

Setelah mendapatkan kotak yang Ryke maksud, ia langsung membukanya agar pria itu dapat lebih mudah mengambil sesuatu yang ia butuhkan untuk kondisinya saat ini.

Dengan bantuan Valerie, pria itu dapat membuka kemejanya. Namun, untuk celana, ia tidak meminta perempuan itu untuk membantunya. Kini Ryke hanya memakai dalaman celananya yang membuat Valerie sedikit terkesiap.

Sebelum Ryke menangkap dirinya sedang memperhatikan tubuh dan 'miliknya' itu, Valerie sudah lebih dulu mengarahkan pandangannya ke suatu hal yang lain. Seperti lukisan yang terdapat di atas sofa yang sedang diduduki oleh Ryke.

"Valerie," panggil Ryke dengan lemah.

"Ya?" jawab Valerie dengan suaranya yang bergetar. Perempuan itu menyalahkan penampilan Ryke saat ini, yang bertelanjang dada.

"Bantu aku mengambil peluru yang masih terdapat di punggungku," kata Ryke. "Aku tidak dapat meraihnya."

Valerie tidak pernah melakukan hal seperti itu jadi untuk beberapa saat ia hanya terdiam mematung di hadapan Ryke.

"Kau bisa?" tanya Ryke yang menyadarkannya dari lamunannya.

"Biar kubantu," jawab Valerie walau sebenarnya ia sangat takut jika ternyata ia malah menyakiti pria itu, bukannya membantu. "Aku akan berusaha sebisaku, okay?"

Ryke hanya mengangguk seraya menyerahkan alat yang biasa ia pakai untuk mengambil peluru dari dalam tubuhnya.

Dengan keberaniannya yang ia paksakan, akhirnya Valerie dapat mengeluarkan peluru yang tidak lagi bersarang dalam punggung Ryke. Ia bangga kepada dirinya sendiri.

"Terima kasih."

Valerie menjawabnya dengan senyumannya.

Kemudian Ryke beranjak secara perlahan dari sofa menuju kamar mandi untuk membersihkan lukanya dengan alkohol sebelum ia balut dengan kain kasa.

"Ryke, apa kau bisa melakukannya sendiri?"

"Ya."

Valerie menunggu Ryke untuk keluar dari kamar mandi dari setengah jam yang lalu. Menurutnya, seharusnya Ryke tidak selama itu di dalam sana. Kekhawatiran pun kembali meliputi perempuan itu.

Tok! Tok!

"Ryke, kau baik-baik saja?" tanya Valerie.

Tidak ada jawaban.

"Ryke!"

Tok! Tok! Tok!

"Ryke, jawab aku! Apa kau baik-baik saja di dalam sana?" seru Valerie yang kini mulai meneteskan air matanya akibat ketakutan.

Saat ia hendak mengetuk pintu kamar mandi tersebut lagi, pintu tersebut terbuka yang memperlihatkan Ryke yang sudah bersih dengan lukanya yang sudah tertutup dengan perban.

Jantung Valerie kembali berdetak secara normal lagi seraya senyumannya mengembang saat mengetahui bahwa Ryke ternyata baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja," jawab Ryke.

Irresistible Sight | Irresistible Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang