Ketika sedang sakit, kita lebih rentan. Tak hanya secara fisik, melainkan juga mental. Kita merasa lemah dan tak berdaya. Di saat seperti itu, kita menginginkan orang lain, terutama orang-orang terdekat, memberi perhatian lebih pada kita terutama orang tua sendiri, selama masih ada orang tua, kita kadang tidak membutuhkan orang lain disisi kita. Tapi tanpa kita sadari bahwa orang tua yang merawat kita pun merasa kelelahan dan kesulitan tapi semua itu tidak Ia ungkapkan secara lisan.*****
Sudah tiga hari Acha di rawat di rumah sakit, Ia terkena penyakit tipes, semenjak telat makan di hari pentas kenaikan kemarin, lambung nya terasa sakit dan demam yang awalnya ringan, perlahan meningkat sepanjang hari, mungkin bisa mencapai empat puluh derajat celcius, panas dingin, sakit kepala, kelemahan dan kelelahan serta nyeri otot di bagian perut membuat Acha harus di larikan ke rumah sakit daerah setempat dan harus di infus serta diawat inapkan.
“Ibu…” panggilnya sambil berbaring lemah di tempat tidur, [“ibu dimana sih, aku sakit perut”] ucapnya dalam hati, setelah beberapa hari masuk rumah sakit Ia baru merasakan ingin buang air besar, tapi untuk beranjak ke kamar mandi Acha sangat kesulitan karena harus mendorong tiang yang terlilit selang infusan itu, dan saat itu ruang hanya ada Acha sendiri, dua pasien lain nya baru saja pulang tadi pagi, Acha turun dari tempat tidur sambil memegang perut nya, tangan sebelah kanan yang terpasang jarum harus mendorong tiang, menuju kamar mandi, ketika sampai di kamar mandi Ia melihat di toilet ada bekas tinja yang tidak di siram oleh pengguna toilet sebelum nya, “IBUUUUUUUUUUUUUUU” teriakan Acha terdengar sampai keluar, hingga semua perawat masuk dan menghampirinya “ada apa?” tanya suster paruh baya, semetara suster lainnya masih tercengang, “jorok banget ini rumah sakit, itu ada tai ga di siram” protes Acha seketika sakit perut yang di rasakan nya hilang, suster melihat ke kamar mandi dan menyiram nya, Bu Lara menghampiri “ada apa ini?” , “itu jorok Ibu, di wc masih ada tai” ujar Acha menunjuk ke acah kamar mandi, “maaf ya bu, sudah saya guyur, nanti saya akan meminta OB untuk membersihkan ulang”,jelasnya.
Acha Kembali berbaring, Bu Lara pun meminta maaf pada Acha karena meninggalkan nya tanpa bicara terlebih dulu, tadi Bu Lara merasa sangat lapar sehingga di saat Acha tertidur Ia pergi ke kantin untuk membeli makanan, tapi saat tiba di kantin Ia hanya mendapati roti bakar dan dua bungkus lontong nasi yang isinya kentang wortel. “Bu ayo pulang, Acha udah mendingan kok ini, ga betah Acha bu”, “di fikir Ibu betah kali? Tidur di lantai ga pake bantal, kamu masih enak di atas Kasur, lagi pula hari ini ga ada dokter, nunggu senin, besok baru minggu”, “tapi dua orang pasien di sana tadi pagi pulang bu” Acha menunjuk ke arah tempat tidur kosong, tempat kedua pasien yang keluar tadi pagi, “itu mah udah dapet surat ijin pulang dari kemaren mereka baru pulang tadi pagi, kamu kan belum, semalem masih muntah-muntah, nanti malam Ibu gantian jaga sama Bapak ya, nanti Bapak pulang langsung kesini, kasian tuh ade-ade lu di rumah sm Bibi doang, Emak kan lagi ke Jakarta nyusulin Aba katanya sakit juga di rumah Kakaknya Aba, Ibu Fatimah ” tegasnya. Acha terdiam cemberut, sebenar nya rasa pusing dan mual masih Ia rasakan, tapi keadaan rumah sakit yang kotor dan jorok membuatnya ingin segera pulang, berbaring di kamarnya sendiri lebih nyaman, Rumah Sakit Umum Daerah disana memang di kenal tidak bagus, bukan karena bangunan nya, tapi alasan mereka mengoloknya dari sisi pelayangan RSUD itu sendiri terbilang slow respon, banyak pasien kecelakaan dengan kasus tabrak lari, pada akhirnya tidak tertangani dan meninggal di IGD.
Malam hari, ponsel Acha berdering, Acha melihat ke arah meja, ternyata sahabat karib (Via) yang menelephonenya, lalu Acha mengangkat telephonenya, mereka berdua mengobrol melalui sambungan telephone.
“Hallo Via..”, -Acha-
“Ehh lu sakit apaan Cha?” -Via-
“kepo lu” -Acha-
“ihh si bego, gua care nih sama loe cha, mangkanya gue telephone lu” -Via-
“bodoamat Via, lu enak-enakan liburan, gue hampir seminggu di rumah sakit, ihh mana jorok banget ini rumah sakit ya Allah Via, tadi gue mau berak itu di wc masih ada tai coba” -Acha-
“hahhaaaaa mampus rasain itu tai lu guyurlah” -Via-
“ya udah ahh, gue mau tidur pal ague puyeng” -Acha-
“ya udah okeh, cepet sembuh luh” -Via-
Mereka berdua menutup telephonenya.
JEGLEKK, JEBLUKK
Suara pintu terdengar oleh Acha menoleh tetap berbaring, nampaknya pak Surya memasuki ruangan kamar inap, tadi pak surya sudah datang tapi mengantarkan Bu Lara pulang dulu ke rumah nya, tak lupa mandi dan ganti baju terlebih dahulu, lalu Pak Surya Kembali ke rumah sakit untuk menemani Acha. “udah anter Ibu pak?” tanya Acha, “udah, ini kata Ibu, Acha harus minum obat satu lagi tinggal yang malam nih” Pak Surya mengasongkan 2 butir obat untuk Acha minum. Tapi sayangnya Acha tidak meminum obatnya, malah pura-pura kekamar mandi buang air kecil hanya untuk membuang butiran obat ke lubang wc,
Esokan harinya, pagi-pagi sekali pak Surya menemui dokter praktek, untuk meminta surat ijin pulang, karena Acha yang terus menerus merengek minta pulang. “permisi dok” mengetuk ruang Dokter, “iya silahkan” jawab Dokter kemudian mempersilahkan pak Surya duduk. “maaf dokter dari semalam anak saya nangis minta pulang, kondisinya pun sudah mulai membaik, apa bisa di bantu?” tanya pak Surya penuh harap agar anaknya itu bisa cepat pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. “ruang berapa ya pak?, dan pasien atas nama siapa?” Tanya balik dokter kepada Pak Surya, “kamar Umum Anggrek atas nama Acha Sulistia dok” balas Pak Surya, “Baik pak, nanti saya ke ruang ya” tegas dokter, dan Pak Surya pun meninggalkan ruangan dokter.
Jam dinding di kamar pasien menunjuk pukul 12:00 wib, tapi dokter praktek tak kunjung datang, “Pak, mana dokter ihh Acha mau balik” ucap Acha tampak bosan, “coba ya bapak ke luar dulu, tanyain lagi” jawab Pak Surya lalu beranjak pergi keluar, rupanya dokter sudah mengijinkan Acha untuk pulang tanpa memeriksa kondisinya Kembali di krenakan dokter praktek hanya sampai jam sebelas siang saja, tapi suster yang terlalu banyak ngobrol itu lupa menyampaikan ke pada Pak Surya bahwa anaknya itu sudah dapat ijin dokter untuk pulang hari ini, Pak Suryapun segera ke tempat administrasi untuk menyelesaikan pembayaran dan Akhirnya Acha bisa pulang dari Rumah Sakit yang di anggapnya menjijikan itu.“senangnya aku bisa kembali ke rumah seperti biasa, meskipun tubuh ini masih terasa lemas, ya sudah lah, yang penting enggak di rumah sakit yang jorok itu, masih terbayang-bayang itu tinja yang gakk di guyur sama pasian yang pulang hari itu sepertinya, iyuhhh jijik banget, hufg, kini aku tinggal istirahat, menunggu hari masuk sekolah lagi, harus sehat dan kuat, obat di tangan ku ini harus di minum juga” menarik nafasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The First My Friends
NonfiksiSetelah 15 tahun, Acha dan Via kembali berteman, mereka di pertemukan ketika keduanya sudah sama-sama berkeluarga, Acha Sulistia yang kerap di sapa Acha itu terpaksa harus meninggalkan Via Ariani teman kecilnya, ketika hadirnya Joenathan dalam kehid...