Selangkah lebih dekat denganmu

81 1 0
                                    

Rambut hitam legam sepunggung bergoyang mengikuti gerakan badan Anjani Vento. Wajahnya cantik memukau banyak mata saat berjalan menuju mobilnya.

Hatinya marah.

Rencananya gagal.

Lekukan tubuh yang sempurna masuk ke dalam mobil, sopir cepat mengendarai ke arah pintu keluar rumah sakit daun biru.

Perlahan air mata jatuh ke sisi pipinya, sopir mulai melambatkan laju mobil lalu menepi di jalan yang sepi. Ia keluar dari tempatnya untuk masuk ke kursi penumpang.

"Anjani..."

Anjani Vento menoleh ke arahnya, "Dia menikahinya dan dia....dia..." tangan terulur menariknya masuk ke dalam dekapannya.

"Kamu masih mencintainya?"

"Aku-- tidak tahu."

Wajah di perlihatkan, mata penuh air mata sebagai jawaban konkrit. Sopir tersebut menepuk punggungnya dengan hati getir.

Ia hanyalah sopir merangkap banyak tugas termasuk mencintai Anjani Vento dalam diam.

"Ge, apa yang harus aku lakukan?"

Ini pertama kalinya Anjani Vento memanggil namanya. Ia sedikit memiringkan kepalanya agar mudah mencium bibirnya.

Tidak ada keinginan selain ingin merasakan lebih dekat dengannya. Anjani Vento membalas. Ge menaikan sedikit tegangan dalam mobil, Anjani Vento menyerah dengan cepat.

Ia menyukai cara Ge membuat dirinya spesial.

Nafas mereka tak beraturan setelah usai melepaskan kebutuhan. Anjani berbaring di atas tubuh Ge dengan lemah.

"Lupakan dia, Anjani."

Perlahan Ge merasakan pergerakan Anjani yang bergerak mengambil pakaian, "Kamu tidak akan mengerti."

Ge melihatnya suram.

"An... jangan salah paham."

Anjani melihat ke arahnya, tubuh kokoh dan nyaman untuk bersandar tetapi hati terlalu berpusat pada satu orang. Ia hanya tidak ingin menipu hati orang.

"Aku tahu tapi Ge, aku tidak ingin kamu terlalu berharap padaku. Kamu tahu aku mencintainya melebihi segalanya."

"An..."

"Kita sudah mengenal cukup lama, kamu jangan kotori hubungan kita dengan hal-hal tak penting di masa depan."

Ge terdiam, Anjani menyerahkan pakaian miliknya. Ge cepat berpakaian, "Aku membutuhkan kamu di sisiku bukan untuk memutuskan kapan cintaku berakhir, Ge," ujarnya.

"An...aku tidak bermaksud begitu."

Anjani meraih tasnya, diambil lipstik berwarna merah tua dari dalamnya. Ge merapikan rambutnya yang halus mirip kehalusan sutra mengunakan tangan, "Aku hanya tidak ingin melihat kamu terluka."

Anjani menoleh ke arahnya, "Bantu aku Ge...bantu aku mendapatkan dia untuk kewarasan ku."

"Tapi..." Tangan Ge lunglai di bawah, tatapannya seperti terluka. Anjani tidak memedulikan hal itu meski tahu.

"Aku tidak bisa hidup tanpanya."
"An..."
"Bantu aku, Ge. Sekali ini saja."

Mata penuh permohonan tercetus sangat dalam membuat Ge merasakan kesakitan di hatinya, "Ge... tolong?" pinta Anjani Vento penuh harapan.

"An..."
"Kamu tidak mau."
"Aku akan pikirkan."

Anjani Vento menatapnya tajam, "Tidak perlu! Aku akan memikirkan langkah berikutnya, tidak seorangpun bisa mengambil pria milikku!"

My Fantasy Pet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang