Mau tidak mau, Claire menerima semuanya dengan terpaksa. Kehilangan suara serta penglihatannya. Claire tidak percaya siapapun disini kecuali Forest dan River. Mengandalkan dua ular itu sebagai matanya, memberi tahu arah yang harus ia lewati jika ingin pergi ke hutan kecil penuh bunga. Claire sudah tidak berminat lagi untuk berkeliling dunia bawah ini. Cukup ia menghabiskan hari di dalam hutan yang penuh aroma harum menyegarkan. Sedikit demi sedikit, Claire mulai belajar untuk mengasah sensoriknya untuk membedakan suara gerakan atau meraba permukaan suatu benda. Hanya itu yang bisa ia lakukan.
Hubungannya dengan sang iblis? Sudahlah, Claire tidak ingin membahasnya lagi. Tidak ada gunanya. Claire sudah sampai di tahap pasrah saja, hampir setiap hari iblis itu menggunakan tubuhnya sebagai pemuas nafsu. Claire tidak mampu melawan, merintih saja tak bersuara apalagi melawan. Terkadang perutnya terasa saking lamanya dimasuki oleh milik Jayden. Pria itu akan menyembuhkannya untuk selanjutnya dia gagahi lagi sampai puas.
Hari ini Claire entah mengapa ingin mengunjungi hutan perbatasan lagi. Entaah, ia ingin merasakan udara dingin di hutan itu lagi. Claire berjalan pelan menuju hutan tersebut. Dengan dua ular sebagai pemandu jalannya. Claire begitu bersyukur, di tengah keterpurukannya, wanita itu masih mempunyai Forest dan River yang setia menemaninya. Tak jarang Claire melayangkan kecupan pada kepala ular tersebut, tentu langsung dihadiahi elusan pada wajah Claire.
Sesampainya pada hutan perbatasan, Claire hanya duduk bersandar pada pohon yang besar. Memejamkan mata sejenak, di sini ia merasa tidak diawasi lagi. Bebas meluapkan isi hatinya yang selalu ia tahan di istana besar tersebut. Bahkan untuk berbicara dari batin saja Claire harus menghindarinya. Semua ia lakukan agar iblis itu tahu, bahwa dia tidak dapat menguasai Claire sepenuhnya. Claire lagi-lagi menitikkan air mata, mengingat bagaimana dunia berwarna di dalam pikirannya. Kenangan terus berputar, Claire rindu ibunya. Dia merindukan rumah kecilnya di Gardenia. Tak apa dia harus mendapatkan omelan dari sang ibu, asal ia kembali. Claire berjanji, dia tidak akan menginjakkan kaki di dunia manusia lagi. Tidak ada tempat seaman rumahnya di alam peri.
"Claire?"
Claire membuka kedua matanya, mendengar suara yang tidak asing memanggil namanya. Kepalanya terus menoleh mencari sumber suara itu. Ia yakin, panggilan itu bukanlah khayalan.
"Hei, aku disini. Kau ... baik-baik saja, kan?"
Claire meraba sumber suara itu, merasakan bahwa tangannya menyentuh pundak pria itu. Ia lalu mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan dari pria tersebut.
Richard hanya mampu menelan ludah. Wanita dihadapannya ini buta? Astaga. Apakah Claire selama ini mengalami penyiksaan? Sedari tadi mengamati Claire, pria itu hanya mampu melihat wajah sendu milik Claire. Tak hanya itu, bahkan ia merasa keheranan karena Claire tidak menyadari kehadirannya. Ternyata Claire tidak lagi mampu melihat. Richard merasa iba sekarang, hampir saja ia salah paham.
"Claire, kau sekarang—" Richard menggantungkan kalimatnya.
"—buta?"
Claire mengangguk, diikuti seutas senyum getir terbit dari wajahnya. Penyihir itu menerawang ke depan mengingat masa lalunya. Hingga tak terasa bulir bening kembali menetes dari wajah ayu miliknya. Richard yang melihat itu semua hanya mampu menyumbang iba. Dirinya sendiri tak tahu bagaimana cara untuk membantu Claire. Dilihat dari wajah penuh guratan tangis, terlihat bagaimana Claire menjalani harinya dengan sendu.
"Apakah ada cara agar aku bisa membantumu, Claire? Mungkin saja...mungkin saja aku bisa membuatmu seperti sedia kala."
Gelengan lemah, menjadi jawaban dari Claire. Sayangnya tidak ada yang bisa membantu Claire. Mana tega ia membiarkan orang lain terlibat lalu dihabisi oleh iblis kejam itu. Dia tidak ingin Richard yang baru saja mengenalnya malah menjadi korban dari Jayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Clouds [Tamat]
FantasyClaire yang awalnya hidup tenang harus terusik karena kecerobohan sabahatnya. Abigail yang termakan rasa iri dan ingin memiliki Jayden, nekat mencuri ramuan sihir di rumah Claire. Bencana itu terjadi karena Abigail tidak mengikuti instruksi pengguna...