Bab-8 detik ke menit

147 89 7
                                    

Pagi terbungkus dengan rintik nya hujan, dan sorot lampu kuning yang menyala di kamarku, dengan mata yang sayu, aku tampak membukanya dengan ragu. Pukul empat pagi, diriku menyapa dengan sangat terbiasa.

Raga yang lemah pada diriku, sekarang sudah hilang. Namun tidak dengan semua hal buruk yang sudah berlalu. Aku tau hari ini adalah hari dimana diriku pertama kali masuk sekolah. Setelah sekian lama proses penyembuhan yang aku lakukan.

Rintik hujan dikala pagi itu membuat diriku bingung. Aku tak tahu harus berbuat apa di tengah hujan kala pagi itu dan pukul empat pagi menyapaku.

Ujung mataku tampak melihat bingkai foto yang berisikan foto kami berempat. Aku, Beby, Arkana, dan Devana. Formasi lengkap, namun itu hanya foto. Sudah satu bulan tanpa dirimu, tapi sayang semua itu takkan membuatmu berlalu.

Detik ke menit selalu berganti, meninggalkan waktu yang telah lalu, namun tidak untuk masa yang dulu. Rasanya tetap sama. Seperti ada dirimu di sebelahku. Ada saat nya diriku melupa, dan juga mengenang. Dan itu semua menjadi siklusnya.

Hembusan angin kencang masuk melalui celah jendela yang tak tertutup rapat. Dan itu semua membuat diriku kembali terlelap.

"Adek... Ayo bangun, sarapan pagi ini sudah ibu siapkan. " Sapa pagi dari ibuku yang jelas terdengar ditelinga.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Aku pun langsung beranjak dari tempat tidurku, dan langsung bergegas mandi, lalu sarapan.

Tak butuh waktu lama untuk diriku menyelesaikan mandi pagiku. Aku yang sudah berseragam rapi pun bergegas menuju ruang makan untuk melakukan sarapan pagi bersama ibu.

"Awal masuk sekolah lagi, jadi kamu hari lebih semangatt yaaa.. " Ucap Ibu yang berusaha membuatku ceria di kala pagi itu.

Aku hanya tersenyum tipis, sembari mengangguk ke arahnya "Iya bu pasti.."
Ucap diriku untuk meyakinkan dirinya. Namun tak semua yang diucap sesuai dengan kenyataannya. pada nyatanya hatiku penuh dengan rasa gelisah.

Hidangan yang ada dipiring sudahku lahap dengan rapih. Aku kembali menuju kamarku untuk mengambil tas yang sudah siap menyambut diriku di samping meja belajarku.

"Ayo bu berangkat.. " Ucap diriku yang sedikit ragu. Namun bagaimana pun semua kehidupan di kemudian detik akan tetap terjadi, dan tidak bisa dihindari.

"Coba belajar terbiasa ya dek? Ibu yakin kamu bisa. " Ucap Ibu dengan penuh keyakinan kepadaku. Aku hanya sedikit menganggukkan kepala untuk menjawabnya.

Aku dan ibu berjalan menuju garasi, untuk mengambil motor yang sudah siap membawa kami di pagi hari ini. Ibu mulai menaikinya dan diiringi dengan diriku.

Kecepatan sedang menemani perjalanan kami menuju sekolahku, sama seperti biasa nya, pemandangan yang padat merayap. Di sebelah kananku ada motor, di kiriku ada mobil.

Bising kendaraan tak kunjung mereda saat kami sedang di perjalanan, ibu pun akhir nya mengambil celah di antara tumpukan mobil dan motor yang sedang berhimpitan.

Ibu terlihat santai membawa motornya, dan tidak dengan diriku, yang sedikit gemetar karena tingkah ibuku yang tak pernah sabar menunggu. Namun jika kami menunggu, maka tak tanggung tanggung guru piket menghukumku karena telat.

Waktu terus berjalan, dan akhirnya kami pun tiba di depan pagar sekolah. Seperti biasa, aku berpamitan dengan ibuku, lalu ibu pun hilang dengan cepat di kelokan ujung jalan.

Selangkah demi selangkah, aku beranjak menuju kelas yang penuh dengan kenangan. Dan benar saja, ketika langkah terakhirku menginjak persis di depan pintu kelas. Semua kenangan itu seketika langsung menabrak diriku yang sedang lemas terdiam.

Desta DerataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang