Long Niall Imagine:)
YN's pov.
(28 Maret 2012)
"Kamu harus pergi?" aku menatap wajahnya yang ditutupi oleh kedua tangannya.
"Aku harus."
"Tapi....kamu baru 1 bulan disini, dan kamu harus pergi lagi? Are u trying to kill me? I just..." aku berkata dengan suara yang parau. Mataku memanas dan aku tidak bisa percaya dengan semua ini. Tangannya meraih wajahku dan malingkannya ke arah wajahnya. Dia tersenyum.
"I know. I'm sorry. Aku juga gak mau pergi ninggalin kamu lagi. Tapi, aku harus."
"Aku tau kamu bakalan pergi lagi. Tapi, apa harus secepat ini? Kita bertemu hanya 1 bulan sedangkan kita berpisah 11 bulan? Aku...aku hanya ingin bersamamu lebih lama Niall!" Tidak terasa air mataku tumpah. Niall meraihku dan memelukku erat. Aku meneteskan air mataku di bahunya.
"You don't have to worry (Y/N). Aku akan kembali. Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Aku akan selalu ada untukmu."
Aku mengangkat wajahku dari bahunya.
"Tapi, aku takut."
"Takut? Apa yang kamu takutkan?"
Aku membuang tatapanku jauh ke depan danau di depan kami. Aku menghela nafas berat.
"Pekerjaanmu dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dan sexy. Sedangkan aku? Aku hanya wanita biasa dengan tubuh yang tidak seindah model. Aku takut, kamu jatuh cinta dengan yang lain dan..melupakanku."
Niall tertawa. Aku menoleh ke arahnya.
"Kenapa kamu tertawa? I'm serious Niall."
"Me too. Secantik apapun model ataupun wanita-wanita di sekitarku, tapi kunci hatiku hanya dimiliki olehmu (Y/N). I love u so much."
Aku tersenyum haru. Air mata bahagiaku mengalir kali ini. Aku memeluk Niall dengan erat.
"I love u too, Niall."
--------------
(28 Maret 2013)
Aku mengayunkan kakiku di dalam danau. Aku menerawang pandanganku ke seluruh penjuru danau. Sepi, sunyi, dan romantis. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, tahun ini sedikit berbeda. Tidak, tidak sedikit tapi sangat berbeda. Karena, tidak ada Niall yang menggenggam tanganku saat aku berada di danau ini. Tidak ada Niall yang menemaniku. Tidak ada Niall yang memelukku. Tidak ada Niall. Tidak ada! Argh! Aku membantingkan kakiku ke dalam danau, air dari danau pun terciprat ke arahku. Air danau itu jatuh di pipiku bersamaan dengan air mataku. Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Sudah satu tahun berlalu saat aku disini bersama Niall disini menumpahkan perasaanku dan air mataku di pelukannya. Kemana dia? Kenapa dia belum kembali? Apakah benar semua perkataannya setahun yg lalu? Apakah dia masih ingat janjinya? Air mataku mengalir lebih deras. Tiba-tiba, aku merasa sesuatu menyentuh sikut kananku. Mataku begitu berat, samar-samar aku hanya melihat ada sekotak tissue. Aku mengambil beberapa lembar tissue dan mengeringkan air mataku dengan itu.
"Terima kasih." kataku.
Saat pandanganku sudah mulai pulih. Aku menoleh ke arah kananku, tapi tidak ada siapa-siapa. Aku megerutkan keningku. Lalu, siapa yang memberiku tissue? Tiba-tiba, lengan seseorang memelukku dari belakang, aku bisa merasakan nafasnya di belakang leherku. Aku mencoba menoleh ke belakang tetapi wajahku sudah di pegangnya dan mendekatkan ke wajahnya. Secara otomatis, mataku tertutup. Bibirku dan bibir seseorang yang tidak aku tau bertemu. Tapi, entah mengapa rasanya tidak asing. Seperti seseorang yang aku kenal. Saat bibir kami berpisah. Aku membuka mataku cepat. Aku tersenyum lebar.
"Apa yang aku bilang? Aku akan kembali (Y/N.)"
Aku menariknya ke dalam pelukku. Aku memeluknya sangat erat. Seakan-akan, dia akan pergi lagi.
"Tapi, kenapa begitu lama Niall? Aku hampir berpikir, tidak aku sudah berpikir kalau kamu mempunyai wanita lain dan melupakanku."
"Aku tidak akan melupakanmu (Y/N). Aku tidak ingin menjadi pria brengsek kebanyakan yang selalu melupakan janjinya. Aku sudah bilang kan kalau kunci hatiku hanya ada padamu?"
Aku tersenyum lebar. Niall, ternyata dia kembali.
"Lalu, apa yang menghambatmu Niall? Mengapa kamu datang begitu lama?
Niall tersenyum. Tangan kanannya, masuk ke dalam kantung celananya. Merogoh-rogoh kantung celananya, seperti mengambil sesuatu.
"Kamu mau tau apa yang menghambatku?"
Aku mengerutkan keningku lalu mengangguk.
"Ini."
Niall mengeluarkan sebuah kotak.
"Apa itu?"
Niall membuka kotak itu. Dan...air mataku tiba-tiba menetes. Niall meraih tanganku, lalu memasang sebuah cincin ke dalam tanganku.
"Yang menghambatku adalah ini. Aku tidak tau apakah aku harus benar-benar melakukan ini atau tidak. Selama 1 bulan aku memikirkan ini. Aku mengumpulkan semua keberanianku untuk melakukan hal ini. Tapi, aku sadar. Hal ini adalah benar. Cintaku untukmu semua itu benar. Aku mencintaimu (Y/N), sangat mencintaimu. Maaf, jika selama kita berpacaran, aku selalu meninggalkanmu sendirian. Jika bisa, aku ingin selalu bersamamu setiap detik. Sekarang, aku akan melakukannya."
Niall tersenyum. Aku mendengarkan dan mencerna dengan baik setiap perkataan yang dia ucapkan.
"Aku mencintaimu. Aku ingin selalu ada di dekatmu. Aku ingin, disaat membuka mataku di pagi hari aku selalu melihatmu. Aku ingin menghabiskan 'selamanya' bersamamu. Aku ingin menghabiskan setiap detikku bersamamu. Aku ingin kamu menjadi Mrs.Horan. Dan aku ingin kamu menjadi pendampingku selamanya (Y/N)."
Aku...tidak bisa berkata-kata. Semua perkataan Niall, semuanya sangat indah. Aku menangis dalam bahagia. Niall meraihku dan memelukku dalam kebahagiaan. Aku membalas pelukannya dengan erat.
"Sekarang apa kamu percaya? Aku akan kembali untukmu (Y/N)."
Please vote and comment :)
thank you xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Back For You
Teen FictionIt's my first long imagine. Please vote and comment :) xx