Kageyama bangun dengan keadaan kepala pusing. Wajah mengernyit merasakan serangan pening. Dia menghela napas menyadari penyebab dari sakit kepalanya. "Harusnya aku tidak minum.."
Melihat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, kedua mata Kageyama terbelalak. Dirinya melewatkan lari pagi! Ia lalu beranjak dari kasur dan melenggang pergi menuju kamar mandi. Karena tadi malam sudah mandi, Kageyama hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Selesai dengan itu, ia segera berjalan keluar dari kamar.
Saat pergi ke ruang tv untuk mengecek teman-temannya, ia mendapati ruangan yang tadinya seperti kapal pecah, bungkusan makanan tersebar kemana-mana, berantakan, sekarang sudah bersih dan menjadi rapi. Bahkan tiga selimut yang ia gunakan untuk teman-temannya, sudah terlipat rapi tertumpuk di atas sofa.
Tumben.
Tumbenan sekali teman-temannya ini mau merapikan lagi ruangan yang telah mereka berantakin.
Mendengar ada suara obrolan di ruang makan, Kageyama berjalan kesana. Di meja makan, sudah ada tiga temannya duduk dengan wajah suntuk dan cemberut, efek sehabis minum. Sedangkan yang satu, Yachi, sedang memasak sesuatu di dapur. Kageyama menggeleng melihat itu, lalu mendekati mereka. "Kalian benar-benar menganggap ini rumah kalian."
Yamaguchi melirik Kageyama, tersenyum dengan mata tertutup, "kau sudah bangun, Kageyama."
Tsukishima mengernyit menatap kehadiran Kageyama, lebih tepatnya ke arah pakaian. "Kemana pakaianmu, Ou-sama?"
"Oh.." pandangan Kageyama turun ke arah jubah handuknya yang sedikit terbuka di bagian dada karena ukurannya yang kecil. Lalu dirinya melirik Yachi yang sedang merebus sesuatu di panci. Baunya tercium sangat enak hingga ke meja makan.
Ketiga temannya menyadari lirikan tersebut.
Hinata yang tadinya tidak berenergi, lemas, dan terkantuk-kantuk, langsung membelalakkan mata dengan shock. "Jangan bilang kau!!!--" Dia bahkan tidak bisa melanjutkan perkataannya saking tidak percayanya dengan hal itu.
Yamaguchi terkesiap, mata terbuka lebar. "Kau.. kau.. kau.. kau melakukannya?!!!" Reaksinya sama terkejutnya.
Tsukishima di sisi lain, berkedip-kedip berulang kali dengan rahang sudah jatuh. Dia tidak dapat berkata-kata.
Kageyama tidak menyadari maksud dari ketiga temannya. Hanya memberikan ekspresi bingung dengan alis merajut dan dahi yang berkerut. "Apa?"
Yachi yang tidak terlalu mendengar karena sibuk memasak, menoleh ke arah meja makan karena teriakan mereka. Melihat ada Kageyama, Yachi menyapa, "sudah bangun? Padahal aku baru saja akan membangunkanmu, Tobio."
Kageyama kemudian duduk di salah satu kursi yang masih kosong, berkata dengan sedikit murung, "harusnya kau melakukannya, Hitoka. Aku jadi tidak bisa jogging karena bangun kesiangan."
Yachi terkekeh sambil menggelengkan kepala, lalu melanjutkan mengaduk kuah. "Apa kau bisa membantuku menyiapkan mangkuk untuk kita? Aku tidak mungkin menyuruh tiga orang itu karena wajah mereka yang seperti orang setengah mati."
Kageyama mengangguk lalu segera menuruti perkataan Yachi. Ia mengambil mangkok-mangkok kaca yang berada di lemari penyimpanan, meletakkannya di atas meja. Setelah itu, dia mengambil mangkok nasi dan memenuhi semua itu dengan nasi yang sudah matang dan hangat.
Saat mempersiapkannya, ia akan sesekali bercengkrama dengan Yachi. Hal tersebut tidak luput dari pengawasan ketiga temannya yang menatapnya dengan mata terbuka lebar dan berulang kali berkedip tidak percaya.
Setelah semua peralatan tersaji di meja, makanan utama pun siap. Kageyama tidak membiarkan Yachi mengangkat panci yang berat dan panas itu. Dia langsung mengambil alih, membawanya ke meja. Dengan lirikan maut ke arah tiga temannya yang tidak membantu, Kageyama berkata sambil duduk, "hilang rasa empati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight Guy || SakuKage
FanfictionSakusa tidak tahu pikiran apa yang berani membuat dirinya melakukan hal tidak pantas itu. Yang pasti dia hanya ingin memastikan sesuatu. Summary : Sakusa yang mencoba segala cara untuk meluluhkan hati Kageyama. Terinspirasi dari manhwa : Unintentio...