Natta memimpin untuk berlari di koridor rumah sakit diikuti dengan Hilmy di belakangnya. Karena masih tidak terlalu tahu daerah rumah sakit, Natta pun memilih untuk bertanya pada resepsionis di sana."Permisi, mbak, pasien yang dapat operasi darurat,—"
"Namanya?" Tukas resepsionis itu saat sadar bahwa pemuda itu menyebutkan 'operasi darurat' yang artinya mereka adalah kerabat pasien yang membutuhkan.
"Kinara Angela." Ucap Natta masih kesusahan mengatur napasnya akibat berlari.
"Silakan belok kiri dari lorong ini." Resepsionis menunjukkan lorong yang akan mereka tuju lantas keduanya mengucapkan terima kasih dan lanjut berjalan cepat menuju tujuan.
Dan saat Natta sudah melihat perawakan Anugerah, ia pun berseru.
"Kak Ug,—" sapaan Natta terhenti saat sadar bahwa ternyata bukan cuma Anugerah yang ada di sana, melainkan, pemuda itu sedang bersama ...
"Kalingga?" Kata Hilmy yang tersadar.
Wajah Kalingga menunduk namun terlihat sudah memerah, air matanya pun kini menyisakan jejak di pipinya, dan saat mendengar suara tak asing memanggil namanya, pemuda itu sontak mendongak melihat siapa sang pelaku.
Kalingga sudah tahu, Anugerah memberitahunya sebelumnya. Karena, sayangnya, Kalingga tak memiliki golongan darah yang sama dengan Ara, maka, jalan satu-satunya adalah memanggil Natta.
Tapi, Kalingga tidak paham, kenapa Natta bersama Hilmy?
"Kita donor darahnya di mana, kak?" Tanya Natta kemudian.
"Kamu juga?" Dibanding menjawab pertanyaan Natta, Anugerah bertanya pada Hilmy yang terus mengikuti Natta lebih dulu.
"Iya, kebetulan golongan darah kita sama." Jawab Hilmy tanpa tekanan sedikit pun.
"Kamu yakin?"
"Aku pernah ketemu sama Ara. Konon katanya, kebaikan harus dibalas dengan kebaikan." Hilmy berkata seperti itu pada Anugerah tapi maniknya malah menatap pada Kalingga.
Kalingga yang paham lantas memaksa senyumnya naik.
"Nanti gue balas berkali-kali lipat. Ayo ikut kakak."
Mereka mengikuti kemana Anugerah berjalan menemui dokter yang akan membantu proses pendonoran darah yang akan Natta dan Hilmy lakukan.
Setelahnya, Anugerah disuruh untuk pergi lebih dulu dan menunggu kabar dari sang dokter.
———
Mereka sudah menunggu lebih dari 3 jam, setelah darah selesai diambil, Natta dan Hilmy dibiarkan istirahat lebih dulu di ruang opname.
Posisi mereka saling bersebelahan, dan anehnya, metabolisme tubuh mereka sangat berbeda. Kalau Hilmy langsung tertidur setelah darahnya diambil, Natta malah tidak bisa tertidur sama sekali.
Ini pertama kalinya dalam hidup dirinya mendonorkan darahnya, ternyata, rasa sakitnya tak sesuai dengan yang ia pikirkan. Rasa sakit itu membuatnya menolak untuk tidur mengikuti reaksi tubuhnya.
"Anjing bocah enak banget langsung pules." Umpat Natta yang tak terima dengan berbedanya nasib mereka.
Tok tok tok
"Masuk?" Ucap Natta ragu. Entah siapa yang mengunjungi kamarnya dan Hilmy, tapi, ia berharap itu Nabiru.
"Lingga?" Ternyata lagi-lagi tak sesuai dengan ekspektasinya.
"Lo ... gak papa?" Tanya Kalingga hati-hati, pemuda itu lalu melirik pada Hilmy di sebelah Natta. "Hilmy gak papa?" Tanyanya lagi.
Natta menghela napasnya, ia tak bisa marah lagi. Ekspresi Kalingga benar-benar menunjukkan betapa khawatirnya pemuda itu. Natta juga tak percaya bahwa akhirnya Kalingga luluh juga dengan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys