Satu minggu berlalu setelah ujian mereka berakhir. Kalingga tidak harus lagi menyamar menjadi orang sakit dan kembali ke sekolah untuk melanjutkan ujiannya. Seperti semua masalah telah rampung; mereka kembali bermain, tertawa, dan bercanda.Namun, mungkin tak seperti hari-hari sebelumnya, Nabiru kembali merasa sedih setiap teringat bahwa dirinya dan Natta akan berpisah sebulan lagi.
Natta berjanji akan membawa ke mana kaki Nabiru melangkah. Dan karena dalam seminggu mereka hanya berkumpul bersama, maka, mereka memilih untuk menghabiskan waktu mereka masing-masing.
"Biru, nih, tas kamu." Natta memberikan tas milik Nabiru yang sempat ia tentengkan di bahunya sembari menunggu Nabiru mengikat tali sepatunya.
"Makasih, Nat." Ujarnya lalu berdiri dan mengambil tas miliknya dari tangan Natta.
Sebenarnya—baik Natta maupun Nabiru—mereka sudah mengunjungi semua tempat dan tidak ada lagi tempat yang ingin mereka kunjungi. Kini, mereka hanya berjalan di sekitar metro sambil bergandengan tangan dan bercerita singkat, dan jika ada pedagang kaki lima, mereka akan singgah untuk makan atau memberi sesuatu.
"Kamu udah tau belum?" Tanya Natta tiba-tiba.
Nabiru berdehem menunggu Natta melanjutkan perkataannya.
"Aku punya hadiah buat kamu," ungkapnya kemudian.
Nabiru merekah- kan senyumnya lantas berseru, "Apaa?!"
Natta ikut tersenyum melihat senyuman Nabiru.
"Pastiin buat bawa kamera ya pas acara kelulusan nanti, hadiahnya ada di sana."
Nabiru kembali mengernyit. "Apa nih? Kamu gak suruh aku nge-rekam JKT48, 'kan?"
"Nggak atuh geulis. Ya kali," kata Natta sembari terkekeh. Ia tak tau Nabiru akan memiliki pikiran sejauh itu.
Nabiru tetap menatap angkuh penuh kecurigaan pada Natta, tapi, apapun hadiahnya, Nabiru akan menunggu.
Mereka kembali berjalan, dan tak terasa keduanya sudah sampai di taman kota. Karena hari itu sudah sore, taman didominasi dengan anak kecil yang bermain di sana. Nabiru gemas sebab taman itu malah terlihat seperti taman kanak-kanak sekarang.
Namun, atensinya langsung terhenti saat melihat sosok yang ia kenal sedang tertunduk dengan bahu bergetar di sana. Nabiru memicingkan matanya kembali melihat dengan jelas siapa sosok itu.
"Nat," Nabiru menghentikan langkahnya membuat Natta ikut berhenti dan menatap Nabiru penuh heran.
"Ada apa?"
"Liat cewek yang duduk di sana," tunjuk Nabiru pada orang yang dimaksud.
Dengan begitu, Natta ikut memicingkan matanya.
"Bigel?" Tebak Natta saat akhirnya bisa melihat dengan jelas.
"Bigel nangis, Nat! Samperin buru!" Nabiru menarik tangan Natta dan berlari menghampiri sosok Abigail yang terlihat sedang menangis sambil tertunduk tanpa malu. Padahal di sekitarnya banyak orang yang berlalu lalang.
"Bigel!" Panggil Nabiru saat sudah sampai di hadapan Abigail. Gadis itu menunduk agar bisa melihat wajah Abigail yang kini penuh dengan jejak air mata. Nabiru pun memilih untuk duduk di samping gadis itu.
"Lo kenapa?! Siapa yang buat lo nangis kayak gini?!"
Abigail tetap menangis bahkan saat Nabiru bertanya padanya. Natta ikut duduk di sebelah Abigail dan bertanya pada gadis itu.
"Lo abis dirampok? Apa berantem sama Anan?"
Plak!
Nabiru sontak memukul lengan Natta yang duduk di sebelah Abigail.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys