02. Bertemu Mama Dipta

8 0 0
                                    

Gistara berhasil menerobos gerbang yang hampir tertutup rapat oleh Pak Manto. Satpam cuek itu tidak peduli siapa pun siswa atau siswi yang terlambat datang. Anak guru pun tidak ada apa-apanya di depan Pak Manto. Semuanya digiring menuju ruang BK.

"Pak Manto, astaga tega betul, saya hampir jatuh loh tadi," celetuk Gista.

"Salah siapa telat?" Jawabnya singkat, padat, jelas. "Gak bosen apa ya, masuk BK terus," tambahnya.

"Bapak yang sering jeblosin saya ke BK!"

"Orang gak mungkin masuk penjara, kalau tidak kriminal."

"Loh loh loh, kriminal itu, bapak kira saya ngapain?" Tanya Gista, masih berdiri di tempatnya, meladeni Pak Manto.

"Kamu itu sering korupsi waktu. Bel masuk jam tujuh, kamu datang jam tujuh lebih sepuluh. Tidak menghargai waktu itu namanya," jawab beliau.

"Alah alasan aja, Pak Manto. Kalau guru-guru telat juga bapak bukain itu gerbangnya. Mana pake senyum-senyum lagi. Dasar, gak adil!" Protes Gistara, berlalu meninggalkan Pak Manto di pos satpam.

"Anak zaman sekarang, kalau dibilangin jawab mulu. Apalagi yang satu ini, ngeles mulu kalo sama saya." Pak Manto geleng-geleng.

Gistara menyusuri koridor secepat mungkin, takut ketahuan guru. Ini semua gara-gara Frissy. Kalau saja kakaknya itu tidak tiba-tiba pusing, pasti dia tidak akan naik angkot dan terlambat ke sekolah. Padahal tadi pas sarapan baik-baik saja, tiba-tiba waktu mau berangkat mengeluh kepalanya pusing. Alhasil, mama menyuruhnya izin tidak masuk sekolah.

"Telat lagi kamu, Gis?"

Gistara mendadak berhenti, tak berani menoleh ke belakang. Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat padanya. Seketika ia merinding sekujur tubuh. Dia takut paginya harus berhadapan dengan Pak Andre, guru BK muda yang sok mantap.

"Hei, telat lagi?"

Seseorang itu menepuk bahu Gista, memutar badan gadis itu menghadapnya. Gista langsung menghela napas panjang, dia lega yang ditemuinya bukan Pak Andre.

"Kak Bima bikin kaget aja," ujar Gista. "Gak telat kok, Kak. Cuma mepet aja," tambahnya. Bima pun mengangguk paham.

"Ya udah, Kak, aku ke kelas dulu ya," pamit Gista. Saat hendak pergi, tangannya ditahan oleh Bima. "Kenapa ya, Kak?" Tanyanya.

"Istirahat nanti, makan bareng di kantin yuk? Kalau kamu mau sih," ajak Bima.

Gista terlihat tengah mempertimbangkan sesuatu. Yang Gista pikirkan, bukan mau tidaknya dia makan bersama Bima, tapi bagaimana cara menolaknya. Pasalnya, jam istirahat nanti, Gista ingin melihat Dipta latihan di lapangan indoor sekolah.

"Gimana, Gis, mau gak?"

"Hm, maaf ya, Kak. Aku gak bisa, soalnya mau ke perpus sama Jena," ucap Gista sepelan mungkin, agar tidak menyakiti perasaan Bima.

"Oh gitu. Iya gak apa-apa kok. Ya udah, kamu ke kelas sekarang, sebelum ketahuan guru."

Gista mengangguk, lalu berjalan cepat meninggalkan Bima di sana. Sesampainya di kelas, beruntung sekali guru belum datang. Beruntung dua kali, saat Vito, ketua kelasnya mengatakan bahwa guru pengajar hari ini tidak dapat mengajar. Beruntung tiga kali, mereka hanya diberi tugas yang dikumpulkan minggu depan, bukan hari ini.

"Akhirnya gue bisa tidur, Gis," ucap Jena. Teman sebangku Gista itu langsung melipat kedua tangan dan menenggelamkan kepalanya.

"Jena, jangan tidur ih! Gue kan gak ada temen ngobrol," protes Gista. "Lagian lo demen banget tidur di kelas rame gini. Di rumah gak tidur emang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STOP LOVING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang