*Ini hanyalah sebuah persepsi
Ketika hidup berada diangka 18, saya merasa angkuh dan jumawa membayang-bayangi diri sendiri, selalu merasa aman dan merasa diri benar, semua hal baik-baik saja.
Namun nyatanya selalu baik-baik saja itulah yang membuat saya berpikir bahwa ini semua tidak baik-baik saja, karena ketika semua dirasa selalu baik maka diri akan menolak untuk lebih diasah, dari situ saya berkomitmen untuk angkat kaki dan menempuh segala sendiri.
Tak cukup waktu lama bahkan dari setelah saya membuat komitmen untuk diri sendiri berangkat kaki apa yang menjadi kelemahan saya bermunculan satu satu, saya takut, saya gelisah, saya tidak merasa aman, kemana semua ketenangan saya selama ini? kemana aman yang selalu saya rasa? saya benar benar menuju titik nol. Kata benar yang selalu saya rasa itu adalah bagian dari hidup saya kini penuh pertentangan, saya salah, saya keliru, saya kosong ketika sendiri.
Selama ini saya segala kekurangan, dan segala rasa aman tertutupi oleh orang-orang tercinta, saya jatuh, namun jika saya hanya diam maka saya kalah, bagaimana saya berdiri kembali? itu yang terbesit setelah saya merasakan lumpuh kaki.
Sebulan baru saya lewati, saya terkapar dijalan ditemukan setelah 2 jam hampir tidak sadarkan diri, bayang-bayang lampu ambulans dan suara komunikasi dari medis menjadi kenangan tak terlupakan, saya jatuh, bahu retak tak bisa kembali seimbang, kepala mendapatkan benturan trotoar cukup kencang sehingga membuat kepala bagian kiri bengkak dan mengalami sobek namun tak parah. Saya sakit namun cukup tenang karena saya sadar ini adalah sebagian dari ujian dan tamparan bagi saya selama ini, saya ikhlas, dada saya sangat lapang untuk menerima.
Hari demi hari saya terkapar sendiri disebuah pemukiman kecil, saya kembali berpikir saya tak bisa begini, saya harus bisa berdiri kembali. Diagnosa yang menyatakan pemulihan 6 bulan saya acuhkan, setelah terbaring 3 minggu saya paksakan, bermain kembali bersama kobaran api, air mendidih, dan minyak panas, karena saya sadar, ketika semua titik lemah saya bermunculan, saya harus bisa membenahi dan melawannya.
Perjalanan ini belum berakhir, terbiasalah dengan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelintir Problematika
AlteleBerisi persepsi tentang problematika rasa, perbuatan, dan pemikiran Baik yang sedang dialami ataupun yang sudah lampau. -Jiylani Tsabit (Penulis)