ANDIRA POV
Tak satupun kata-kata dari dosen yang masuk ke otakku. Bukan karena aku tidak mendengarkan, sedari tadi aku mendengarkan celotehan dosenku yang berbahasa Inggris karena memang sedang pelajaran Bahasa Inggris, cuma otakku yang pas-pasan ini tidak mampu menerimanya dengan baik.
Aku menghela nafas frustasi. Mataku mengitari suasana kelas, kulihat beberapa temanku sibuk mencatat, aku bukannya tidak mau mencatat, hanya saja tulisanku terlalu jelek bahkan untuk kubaca sendiri.
Lagi-lagi aku menghela nafas. Kembali kufokuskan pandanganku pada dosen tercinta. Sebenarnya, dosenku ini masih cukup muda, mungkin berada di awal 40-an. Jangan kira aku naksir padanya, karena ia sudah punya anak yang duduk di kelas 2 SD.
Aku menghela nafas lagi untuk kali yang tidak terhitung. Sepertinya hidup dosenku ini sangat sempurna. Istrinya pastilah cantik mengingat wajah dosenku yang juga cukup tampan. Anaknya pastilah menawan, mengingat ayah dan ibunya yang rupawan. Iri sekali aku dengan kehidupan mereka.
Aku adalah gadis biasa-biasa saja. Malah cenderung di bawah kata biasa. Teman pun aku tak punya. Aku tinggal sebatang kara di sebuah kos-kosan murah di pinggir kota. Aku pergi meninggalkan ayah dan ibuku dua tahun yang lalu karena tidak tahan dengan mereka. Ibu dan ayahku sama jahatnya. Mereka berdua saling berselingkuh dan sering menelantarkanku di rumah sendirian. Itulah sebabnya aku pergi meninggalkan mereka.
"Ya, cukup sekian pertemuan kita hari ini. Jangan lupa paper kalian ya anak-anak yang saya cintai, dukumpulkan paling lambat akhir bulan ini." Suara berat dosenku memecah lamunan singkatku. Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas lagi.
Ah, paperku belum ku kerjakan sama sekali! Dalam hati aku bertekad akan mengerjakannya sepulang kerja di cafe. Akupun membereskan buku-bukuku dan bergegas pergi ke cafe di mana setiap sore aku akan bermain piano di sana.
Yah, bermain piano adalah satu-satunya hal yang kukuasai. Sesampainya di cafe, aku langsung disambut dengan pelototan manager cafe ini.
Apa salahku?
"Terlambat lagi, Andira? 3 menit kali ini. Jika kau datang tepat waktu maka kau sudah bisa memainkan 1 lagu, Andira."
Oh, ya ampun. Aku terlambat lagi?
"Maafkan saya, Pak. Seperti yang Bapak tau, saya.."
"Iya sudah, cepat masuk dan bersiap-siap, saya bosan mendengar alasan kamu yang itu-itu saja, Andira."
"Baik, Pak." Dengan sedikit berlari aku berjalan menuju bagian belakang cafe tempat para karyawan berganti baju dan menaruh barang-barang mereka. Karena aku adalah seorang pianis, maka bajuku bukanlah seragam tetapi baju santai biasa.
Setelah bersiap, aku duduk di kursi piano di sudut panggung. Tanpa lampu sorot, sehingga penampilanku memang jarang di perhatikan. Fokus pelanggan memang untuk para penyanyi.
"Selamat sore, semuanya. Nama saya Bunga Amanda, lagu pertama yang akan saya bawakan adalah lagu yang cukup romantis dari Naff, Akhirnya Ku Menemukanmu."Jariku secara otomatis menari di atas tuts piano. Aku suka ketika aku bermain piano, semua bebanku seolah hilang ditelan bumi. Bermain piano bisa merilekskan pikiran juga tubuhku.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan angka 22.45 ketika aku keluar dari Cafe. Hari ini cukup melelahkan bagiku, karena banyak tamu yang merequest lagu dan aku dengan susah payah harus menyesuaikannya karena ada beberapa lagu yang tidak ku ketahui.
Akupun menyeberang jalanan dengan santai, jam segini memang sudah jarang ada kendaraan yang lalu lalang. Tanpa kusadari ada mobil melaju kencang dari sebelah kiriku. Menghantamku dengan keras ke aspal jalanan. Lalu semuanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romance[PART DIPRIVATE ACAK] Andira lupa ingatan! Yang dia lihat pertama kali adalah wajah dokter tampan yang bernama Angga. Baru saja Andira merasa tertarik, ternyata Angga sudah punya anak. Malah, Andira menyanggupi untuk jadi babysitter anak Angga. U...