30

1.9K 41 0
                                    

"Apa Max pergi lagi?" Hera bicara dengan dirinya sendiri karena saat kembali dari kamar mandi Max sudah tidak terlihat lagi di sini. Her bertanya-tanya, untuk alasan apalagi sekarang Max pergi?

Saat ini, Max ada di dalam lift hotel dan tujuannya adalah loby hotel. Tadi, Max menerima telepon dari Bobby yang ternyata menyusulnya ke Pulau Jeju dan mengeluh tidak bisa ke kamar tempatnya menginap karena ketatnya penjagaan.

Max tidak ingin memasukan Bobby masuk ke dalam daftar orang yang ia batasi pergerakannya karena itu sama saja seolah memperlakukannya sebagai musuh, tapi Bobby memaksanya untuk melakukan semua ini.

Di loby, Max melihat Bobby yang duduk dengan wajah kesalnya, lalu langsung berdiri saat melihat kehadirannya. Bobby bahkan terlihat tidak sabar sampai berjalan ke arah Max dengan terburu-buru dan dalam sekejap tangan Bobby sudah mencengkeram kerah baju Max dengan begitu keras.

"Berikan anak itu padaku sebelum terjadi masalah besar." Bobby mencoba menekan Max.

Max melepaskan cengkeraman tangan Bobby dan mendorong pria itu agar menjaga jarak darinya. Max pikir, ia dan Bobby akan memiliki pandangan yang sama untuk waktu yang lama, tapi sekarang Bobby sudah mulai berjalan di jalur yang berbeda dengannya.

"Apa masalahnya? Apa orang itu akan membunuhmu jika kau tidak mendapatkan Lucy?" balas Max.

"Khawatirkan saja dirimu. Kau terlalu banyak ikut campur, Max. Seiring berjalannya waktu, kita harus menjadi lebih fleksibel, tapi kau malah menjadi kaku seperti ini. Anggap saja kalau kau tidak pernah bertemu dengan Lucy. Bukankah itu mudah?"

"Kau yang paling tahu kenapa aku tidak pernah mau terlibat dalam bisnis yang melibatkan anak-anak, lalu sekarang kau ...."

"Kau terlalu drama. Berapa usiamu sekarang? Kau sudah lebih dari 30 tahun, tapi masih saja terperangkap dalam masa lalumu. Kau meminta orang lain untuk melangkah maju, tapi kau sendiri masih berjalan di tempat." Bobby menyela kalimat Max, lalu kembali mendekat padanya.

"Jika kau tidak memberikan Lucy padaku, maka aku akan menganggap ini sebagai gerbang pembuka perang di antara kau dan aku. Kita sudah bersama dalam waktu yang lama, lalu apakah itu sepadan jika harus hancur hanya karena seorang amak kecil? Lagi pula, Lucy akan menyelamatkan anak yang lain. Bukankah itu perbuatan yang mulia?" Bobby terus berusaha membujuk Max.

Max sempat mengalihkan pandangannya sejenak, lalu kembali menatap Bobby. Inikah yang dikatakan satu di antara dirinya dan Bobby? Ini tidak lebih dari sekadar omong kosong yang memuakkan. Bobby mengatakan kalau Lucy bisa menjadi penyebab dari hancurnya hubungan baik ini, tapi dia tidak sadar kalau keputusannya yang mengkhianati kesepakatan adalah penyebab utamanya.

"Berhenti menyalahkan orang lain atas masalah yang disebabkan oleh dirimu sendiri. Lucy tidak harus menukar hidupnya dengan anak lain untuk memuaskan orang-orang sepertimu!" Max pergi meninggalkan Bobby setelah mengatakan itu padanya.

"Max!" Bobby mencoba mengejar Max, tapi tiga pengawal Max dengan cepat menghadangnya. Hotel ini bukanlah milik Max, tapi Max seolah telah berhasil menguasai tempat ini dalam waktu yang singkat.

Ponsel Bobby kini berdering karena telepon dari Jack. Bobby sempat berdecak kesal karena yakin kalau Jack meneleponnya hanya untuk memakinya. "Halo ..." kalimat Bobby tertahan karena ia begitu fokus mendengar ucapan Jack.

"Kau tertarik dengan pulau itu, kan? Aku akan memberikannya padamu sebagai tempat untuk pengembangan bisnismu jika rencananya berhasil, lalu kau bisa membawa Lucy dan putriku sembuh kembali. Uang tidak ada apa-apanya untukku dibandingkan kesembuhan putriku."

Bobby tersenyum mendengar penawaran Jack. Ini bagaikan harta karun bagi Bobby dan ia tidak akan melepaskannya begitu saja. "Aku akan melakukannya. Max tidak akan bisa menolak jika sudah berhubungan dengan Hera," ucap Bobby setelah sempat terdiam. Karena Max sudah membuka peperangan dengannya, maka Bobby akan menyambutnya.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang