41

4.7K 277 4
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

41

Rumah dibiarkan kosong. Sebagian pekerja rumah tangga izin pulang kampung beberapa hari lalu. Sementara sebagian lagi memutuskan ikut bergabung dengan keluarga besar Kalila untuk menikmati malam tahun baru yang ramai di rumah itu. Bukan hanya pekerja rumah tangga rumah Nenek yang bekerja, tetapi semua orang bekerja untuk persiapan makan besar-besaran. Anak perempuan, cucu perempuan, dan menantu perempuan Nenek punya tugas bersama-sama. Bahkan beberapa laki-laki membantu membeli bahan-bahan mendesak di luar.

Sebenarnya, cucu Nenek tak sebanyak yang terlihat karena beberapa dari keluarga menantu Nenek juga ikut. Nenek memang sengaja mengundang. Sejak dulu, Nenek senang jika rumahnya ramai. Kata Nenek, percuma mendirikan rumah yang besar jika hanya dirinya dan beberapa keluarga kecil anaknya yang menetap di rumah itu.

Setelah makan malam, mereka istirahat sebentar, lalu yang bertugas mencuci piring akan ke dapur. Sementara yang sudah dengan tugas sebelum makan malam menikmati waktunya di halaman belakang rumah yang luas sembari mempersiapkan acara barbeque.

Cucu-cucu yang masih kecil bermain di ruang tengah yang luas. Televisi lebih seratus inci itu menampilkan berita lokal tentang tahun baru. Cucu malas seperti Trey tak akan mau ikut bergabung dengan para orang dewasa yang bekerja. Dia lebih asyik bermain dengan anak-anak bersama remaja malas lainnya.

"Tangkap bolanya!" seru Trey sembari melempar pelan bola basket mini ke arah anak perempuan berumur empat tahun yang berjarak kurang dari dua meter darinya. Anak perempuan itu menerimanya dengan baik, lalu berlari membawa bola basket sambil tertawa. Oh, dia anak perempuan yang terkenal genit pada para sepupu laki-laki remaja sampai yang dewasa.

Kalila geleng-geleng kepala melihat kelakuan Trey. Disaat semua orang bergotong royong, dia malah asyik dengan anak-anak. Kalila berhenti di dekat Trey, lalu berjinjit. Ibu jari dan telunjuknya menjempit telinga Trey hingga cowok itu mengaduh.

"Sana. Ke belakang.Nyalain bara api! Jangan mau enaknya doang, ya." Kalila menarik tangannyakembali, lalu melirik sofa. Cowok-cowok pemalas lain yang tak pernah bekerjasedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Salah satu cowok bernama Zen,yang merupakan sepupu yang motornya sering dicuri oleh Trey, juga ada di sana.Adam dan Jiro tentu tak ada di sana, tetapi seseorang yang berbicara seolahsudah akrab dengan Zen sungguh menarik perhatian Kalila hingga cewek itumelotot. "HEH? KENAPA CALLAHAN ADA DI SINI?"

Semua orang menoleh. Termasuk anak-anak kecil yang saling mengejar. Cowok yang baru saja disebut sedang melambaikan tangan sambil tersenyum menampilkan wajah tanpa dosa.

Ah, tak ada salahnya juga Callahan muncul. Terkadang ada juga sepupu yang mengajak temannya. Mungkin dia datang bersama Trey. Namun, belum ada yang setidak tahu diri Callahan. Cowok itu sedang bersila di atas sofa seolah rumah sendiri.

"Lo ajak, ya?" tanya Kalila sembari menoleh pada Trey.

"Mana mungkin gue ngajak tuh anak?" Trey memutar bola mata. "Tadi dia nelepon gue dan bilang ada di depan rumah Nenek. Gue enggak peduliin, tapi dia bilang udah ada di ruang tamu! Terus masuk aja tanpa permisi dan duduk anteng di sana." Trey menunjuk sofa. "Malah sok akrab sama Zen padahal baru kenal. Kurang ajar, kan? Berasa rumah sendiri dia."

"Gue kan bagian dari keluarga ini juga!" teriak Kala dari sana, lalu dia mengedipkan sebelah mata pada Kalila. "Ya, kan, Ibu?"

"Heh!" Kalila mendelik tajam. "Pulang lo sana!" Lalu Kalila merapatkan bibir. Bisa-bisa dia melukai hati Kala. Dia hampir lupa tentang Kala yang tak punya tujuan. Untung saja Kalila langsung ingat dan sepertinya Kala tidak tersinggung dengan kata-katanya.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang