10. CONSUME

128 10 0
                                    

Nanami diam memaku. Netranya tercerai-berai dengan air mata yang sama. Mimik wajahnya yang datar tak sebanding dengan apa yang ia ulas kembali akibat ia dengar peluruhan frustasi Haibara.

Dia menghentikan aksinya tepat sebelum remaja itu mengalihkan lengannya melihat penuh kaca.

Haibara rasakan tubuh sudah tidak terbebani seorang manusia. Lantas ia buka persembunyiannya, melihat ke arah Nanami ragu-ragu.

Seketika itu dia dapati Si Blonde memungut celananya. Suasana tubuh dia terlihat sangat lemah, dan disituasi kacau begini, masih Haibara pikirkan; apakah ia masih sakit?

Lantas Haibara genggam lengan kanan Nanami, mencoba mengajaknya bicara.

"Mau kemana?"

Nanami tidak memberikan reaksi apapun, dia diam lebih pilih memakai celananya lalu menyusun bantal berantakan Haibara.

Jelas sekali pemuda berambut coklat tidak menyenangi keangkuhan Blonde ini. Ia pun menarik lengan Nanami, memaksanya saling tatap.

Mata kuat Haibara tidak meracau lebih jauh, mungkin hanya sedikit ketidakpastian tentang perasaannya sendiri.

Ia menatap balik, tatapan mereka sama-sama kuat.

"Sebaiknya kamu istirahat," ujar Nanami tidak beralih.

Haibara meneguk ludahnya, menanyakan kenapa si yang sakit-lah yang berucap demikian.

"Bukannya kamu frustasi?"

Gamapan mulut Haibara tak jadi bersuara. Dia indrakan lebih dulu alasan Nanami berkata tadi.

Benar juga; bukannya dia tadi menangis karna frustasi? Tapi kenapa? Kenapa saat Nanami mengulang kalimatnya, memberikan saran yang seharusnya memang hal yang mesti didengar, Haibara rasakan darahnya berdesir cepat.

Dia marah, tidak senang.

"Bukan-"

"Haibara." Sesaat setelah namanya ditekan, ia terdiam.

"Terimakasih telah menjamuku."

Tak sampai sepersekian detik kemudian, Nanami menyentak lengannya pelan. Ia memungut barang terakhir yang berserakan—jaket.

Sebelum dua langkah ia buka pintu itu, dia berhenti sebentar. Kepalanya menengok sedikit walau wajahnya enggan terlihat.

"Maaf, aku keterlaluan."

Lirihan Nanami buat badan Haibara kedinginan seluruhnya. Bak ia tengah tenggelam di laut yang tiada dasar. Bukannya menyelamatkan diri, dia malah berharap Nanami yang berdiri di perahu kecil mengulurkan tangannya 'tuk menariknya keluar dari sana.

Tapi tentu saja dia harus sadar kalau ia cuma berharap, cuma menunggu penguluran tangan itu, ia akan mati lemas lebih dulu.

Maka dia harus bangkit sendiri. Dia harus meraih perahu kecil sendirian lalu banting tubuh seret si perahu ke tempat yang lebih dangkal bersama Nanami di dalamnya. Biarlah jika ia mati kelelahan mendayung cari bibir pantai daripada dia harus buat Nanami berjuang sekali lagi.

Puas dengan imajinasi tak berujung, Si Matahari-pun bangkit lalu mengejar Nanami terburu-buru.

Dia remas ujung baju Nanami, seketika langkah orang itu terhenti.

"Bukan ini Nanamin, bukan ini maksudku."

"Bukan kamu yang minta maaf, aku, aku yang harus minta maaf."

Jari ringkihnya beralih dari helai kain ke jemari kurus yang lain. Jemari yang terasa lebih dingin juga pucat.

Haibara tidak bisa berdiri seperti ini. Mengenggam tangan Nanami membunuhnya. Dia kesal kenapa Nanami tak kunjung mengatakan apapun walau ia sudah menundukkan egonya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRAWLING BACK TO YOU (GoNana) (SatoSugu) (HaibaNana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang