Sesuai dengan ucapan Sora sebelumnya, dia akan mengajakku untuk pergi jalan sebelum akhirnya lusa dia akan kembali ke Bali. Tapi ntahlah, antara jadi atau tidak. Aku juga tidak berharap banyak dengan ucapannya. Seperti biasa, aku akan datang ke rumah Cesa untuk sekedar merecoki hidupnya yang masih mengejar-ngejar editor skripsinya.
"Kamu nggak jadi jalan sama Sora?"
"Nggak tau. Aku juga nggak mau berharap banyak," jawabku dengan lesu.
Cesa mengernyitkan dahinya. "Mana bisa begitu. Lusa itu kalian sudah mulai LDR, masa nggak ada ketemu sih?"
Aku hanya mengangkat kedua bahuku. Jujur saja, aku sangat malas untuk membahas itu lebih lanjut. Aku tidak mau disakiti oleh ekspektasiku sendiri. Jadi lebih baik aku enyahkan pikiran-pikiran dan semua keinginanku.
Tiba-tiba saja Rano datang menyelusup diantara aku dan Cesa. Heih, sepasang kekasih ini memang hobi sekali mengumbar kemesraan di depanku.
"Sayang, masa Tari sama Sora nggak jadi jalan hari ini," adu Cesa dengan manja.
Rano langsung menoleh kepadaku dengan wajah herannya. "Emang iya kalian nggak jadi jalan?"
"Nggak tau. Tanya aja sama Sora, dia yang ngajakin. Kenapa jadi tanya aku? Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Biasa aja,"
"Tuh kan, yang. Coba deh kamu kasih tau manusia satu ini, masa cuek banget sama pacarnya?" Cesa sialan. Ingatkan aku untuk pukul mulut lancangnya itu.
Rano sepertinya sudah menyerah untuk menerangkan hal-hal yang umumnya dilakukan orang yang sedang berpacaran kepadaku. Biar saja, aku juga tidak terlalu membutuhkannya.
"Permisi," suara Sora masuk ke dalam ruang keluarga.
Moodku tiba-tiba menjadi buruk. Dia tidak membicarakan apapun mengenai jalan hari ini, wajar saja aku berpikir tidak jadi.
Cesa dengan sumringah bangkit dari tempat duduknya, menarik dan mendorongku keluar. "Bukan bermaksud tidak sopan, tapi dari pada kalian kemalaman pulangnya lebih baik kalian pergi sekarang. Sora, tolong jaga Tari ya."
Setelah pamit kepada dua sejoli itu, aku dan Sora pun berjalan menuju motor yang diparkirkan tidak jauh dari rumah Cesa.
Mengingat aku tidak berharap banyak atas jalan-jalan malam ini sehingga kami harus kembali ke rumahku untuk sekedar mengambil helm milikku.
Sepanjang perjalanan malam ini aku diam saja. Karena jujur dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak tahu harus melakukan apa. Sementara Sora nampaknya nyaman-nyaman saja dengan kesunyian diantara kami.
Hingga pada satu jalan kami harus putar balik karena jalan yang seharusnya kami lalui sedang dalam perbaikan. Ironisnya ketika sedang memutar balik motor, entah Sora tidak siap dengan beban yang harus ditahannya ditambah dengan posisi kaki yang tidak pas yang mengakibatkan kemungkinan kakinya terkilir sehingga aku reflex turun dari motor.
"Kenapa sih berat banget? Coba aja kalau kamu lebih ringan sedikit, pasti nggak bakalan kejadian kaya gini," sekalipun diucapkan dengan nada yang lembut, nyatanya kata-katanya itu menyakiti hatiku.
"Aku minta maaf, Ra. Ayo kita ke klinik,"
"Nggak usah. Kamu pulang sendiri aja. Emang lebih bagus kalau jalan-jalan malam ini nggak usah aja. Ngerusuhin aja kamu taunya."
Motor Sora melaju menjauh dariku. Setidaknya hanya ada aku sendiri di sini. Aku tidak perlu merasa malu karena tidak ada orang yang bisa mengasihani diriku selain diriku sendiri.
Ini bukan pertama kalinya terjadi pada diriku. Tapi rasa sakitnya tetap saja tidak bisa dihindari. Entah usapan ke berapa yang kulakukan untuk menghapus air mataku yang mengalir dengan begitu deras.
Apakah setidaknya jika aku menjadi seseorang yang lebih cantik, hal seperti ini masih akan menimpaku?
Pada akhirnya Sora meninggalkanku sendiri di tempat yang bahkan aku tidak tahu dimana. Tanpa ragu sedikitpun, tanpa repot-repot untuk menoleh ke belakang.
Aku berjalan kearah yang berlawanan. Masuk ke setiap gang kecil yang kemungkinan mampu membawaku kembali menuju rumah. Dilihat dari maps, perjalanan mungkin akan memakan waktu yang cukup lama karena kutempuh dengan berjalan kaki.
Hari begitu gelap. Kakiku begitu sakit, begitu pula hatiku. Jam menunjukkan pukul 23.07. Aku membersihkan diri berharap keadaanku setidaknya sedikit lebih baik dan bersiap untuk tidur.
Dari cara Sora meninggalkanku, besar kemungkinan dia tidak akan mencariku bukan?
Dari caranya meninggalkanku, aku ragu dia akan merasa menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelam dan Tenggelam
Short Story"Seharusnya hidup yang kujalani kali ini bisa berjalan lebih baik."