16

25.5K 1.7K 60
                                    

Setelah perdebatan tadi, Xaniel kini berada di perpustakaan seorang diri. Ia ingin menenangkan pikirannya yang terus dipenuhi oleh Ayana. Duduk di pojok ruangan, dengan tangan di belakang kepalanya. Ia menyandarkan tubuhnya kebelakang dan menatap lurus kedepan.

Bayangan Ayana marah, kesal, bingung semuanya terekam jelas dalam ingatan Xaniel membuat perutnya seperti di gelitik sesuatu. Rasanya menyenangkan. Namun sepertinya ia harus bertemu langsung dengan Daddy Ayana. Tidak akan ia biarkan siapapun merebut Ayana, bahkan Daddy nya sendiri.

Entah mengapa setelah ia benar benar memastikan perasaannya pada Ayana , ia semakin merasakan perasaan membuncah di hatinya. Jantung Xaniel selalu menggila hanya dengan mendengar nama Aya-nya.

"Sial, Aya Lo buat gue gila" ucapnya pada dirinya sendiri.

~~~

Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 itu menandakan bahwa jam istirahat telah usai. Xaniel terbangun dari tidur lelapnya. Memang perpustakaan tempat aman untuk tidur. Jarang ada yang kesini kecuali para kutu buku, bahkan penjaga perpustakaan pun biasanya murid yang bergantian setiap sejam sekali. Tentu saja mereka tidak akan menegur atau bahkan melaporkannya ke para guru. Ini Xaniel bro!.

Xaniel tertidur lumayan lama. Entah karna ia tertidur setelah membayangkan sosok sang pujaan hati membuat tidurnya nyenyak atau hal lain. Namun jika memikirkan Aya-nya membuat Xaniel tersenyum sendiri.

Ia kemudian meraih handphone di sakunya. Banyak panggilan tak terjawab dan juga spam chat grup dari teman temannya. Akhirnya ia memutuskan keluar dari perpustakaan. Koridor terlihat sepi, karena memang jam istirahat sudah usai. Ia berjalan dengan tangan berada di saku.

Tak lama ia berjalan, suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Xaniel"

Xaniel membalikkan badannya. Disana terlihat gadis yang sempat ia puja puja berlari kecil menghampiri nya. Tiba di depan Xaniel, Gladis tersenyum lebar. Hal tersebut membuat Xaniel mengangkat alis bingung.

"Emm, Xaniel aku mau ngomong sesuatu" ucap Gladis membuat Xaniel mengangguk.

"Tapi jangan disini" ucapnya kembali.

Xaniel bingung. Gladis yang melihat tatapan Xaniel seolah bertanya, langsung saja menarik tangan Xaniel menuju pinggir lapangan. Xaniel yang tersadar bahwa tangannya bersentuhan dengan gadis lain langsung saja menghempaskan tangan Gladis. Hal tersebut membuat Gladis bingung.

"Kenapa lo narik gue kesini sih? Ngomong disana juga bisa!" ujar Xaniel dengan nada kesal. Terlanjur kesal dengan sikap tidak jelas gadis di depannya.

Gladis cemberut "Takutnya kalo di koridor ada yang denger makanya aku narik kamu. Lagian kenapa si cuman narik doang. Nih liat tangan aku sakit tau kamu hempasin gitu aja" ucap Gladis sambil memperlihatkan tangannya.

Xaniel jengah. Ia memutar bola matanya. "Mau ngomong apa cepetan. Gue ga ada waktu" desak Xaniel pada Gladis. Kenapa gadis depannya sangat menye menye sih. Buang buang waktu banget. Pikir lelaki itu.

"Oh iya. Xaniel ntar pulang sekolah mau ga temenin aku mam bakso. Katanya ada penjual bakso baru loh" ajak Gladis dengan antusias.

Xaniel hanya diam dengan wajah datarnya. Tidak menjawab ajakan dari Gladis. Gladis greget sendiri melihat diamnya Xaniel. "Mau ga Niel?" tanya Gladis lagi.

Xaniel hanya menggedikkan bahu acuh. "Ga, gue sibuk" tolak Xaniel. Namun tiba tiba ekor matanya menangkap siluet seseorang yang sangat dikenalinya terlihat sedang menguping. Melihat itu Xaniel tersenyum tipis.

Gladis menundukkan kepalanya "Tapi aku gada temennya Niel. Niel kok tega sama aku?" ucapnya dengan nada selemah mungkin.

Xaniel melirik Gladis "Cowo Lo mana?" tanyanya.

Gladis mendongakkan kepalanya menatap mata Xaniel. Sedang Xaniel mengalihkan pandangannya saat matanya bertemu dengan mata milik Gladis. "AYA AKU GA LIAT YA MATA DIA. TADI GA SENGAJAA!!" Xaniel berteriak dalam hati. Ia menjadi panik sendiri. Bagaimana jika Ayana melihatnya bertatapan dengan gadis menye ini? Nanti Aya-nya cemburu dan makin menjauhinya. Tidak, ini tidak boleh di biarkan.

"Haga sibuk, katanya ada acara keluarga. Aku gada yang nemenin makanya minta tolong sama kamu. Mau ya?" ucap Gladis penuh harap. Tatapannya juga sudah sangat terlihat memelas.

"Gue juga sibuk"

"Sibuk apa?"

"Pengen ketemu calon mertua"

Setelah mengucapkan hal tersebut, Xaniel langsung meninggalkan Gladis sendiri disana. Langkahnya menuju ke tempat dimana seseorang menguping tadi. Ia kemudian menarik orang tersebut membawanya bersamanya.

Sedangkan yang ditarik masih mencerna kejadian tiba tiba ini. Hei! apa apaan ini. Kenapa malah dirinya yang ditarik. "El Lo ngapain?!!" paniknya. Tentu saja itu Ayana.

Xaniel hanya diam sambil terus menarik Ayana. Sampai di sebuah ruangan yang Ayana tau ini adalah gudang. Xaniel membuka pintu dan mereka berdua masuk. Di dalam sana terdapat 3 pemuda sedang bermain game di handphone nya. Siapa lagi kalo bukan Farhat, Adrian, dan Joshua.

"Keluar Lo pada" perintah Xaniel kepada pemuda tersebut.

"Ye si babi dateng dateng malah ngusir" ucap Farhat tidak terima namun tetap berdiri dari duduknya.

Joshua yang melihat gadis di belakang Xaniel tersenyum mengejek. "Oh mau berduaan toh" ejek Joshua. Ia langsung berdiri dan merangkul bahu Farhat kemudian berjalan keluar sambil berkata "Udahlah Hat, biarin aja. Orang kasmaran emang gitu" sampai ia dan Farhat keluar dari ruangan tersebut.

Menyisakan seseorang yang masih duduk anteng disana. Pandangannya tidak lepas dari gadis di belakang Xaniel. Ia tersenyum miring. Xaniel menyadarinya. "Jaga mata Lo Ian" peringat Xaniel.

Adrian akhirnya berdiri dan berjalan keluar. Namun saat ia berada di samping Xaniel ia berhenti. Melirik Xaniel sekilas kemudian tersenyum. "Ini yang gue mau" ucapnya langsung keluar dan menutup pintu tersebut. Xaniel tidak paham maksud dari Adrian. Namun ia memilih tidak peduli.

Setelah ketiganya keluar, barulah ia menarik Ayana menuju beberapa bangku yang disusun se demikian rupa. Ia duduk dan langsung menarik Ayana ikut duduk. Namun tidak di sebelahnya. Melainkan di pangkuannya. Xaniel langsung memeluk Ayana dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung milik Aya-nya.

Ayana shock. Tak lama ia tersadar, langsung memukul tangan milik Xaniel yang berada di pinggangnya. "Lepas El. Lo ngapain sihh" perintah Ayana.

"Diem Ay" balas Xaniel.

Ayana tidak menghiraukan ucapan Xaniel. Ia bergerak risih di pangkuan Xaniel, membuat Xaniel geli sendiri. "Ay jangan gerak ih! susah meluknya" rengek Xaniel. Hal tersebut membuat Ayana melongo. Hei baru saja lelaki itu merengek padanya?

Xaniel kemudian membalikkan tubuh Ayana menjadi menghadapnya yang tentu saja masih di pangkuannya. Ia kemudian menatap mata indah milik Aya-nya. Ayana dibuat bingung. "Kenapa natepnya gitu?" tanyanya.

"Tadi ga sengaja natap mata cewe menye Ay. Tapi aku ga sengaja Ay. Terus tadi dia juga megang tangan aku Ay. Kamu harus bersihin bekasnya. Aku gamau ada bekas dia di badan aku Ay. Cuman kamu doang yang boleh natap dan sentuh aku. Maafin aku Ayyyy tadi ga sengaja" adu Xaniel pada Ayana.

Kemudian mengeratkan pelukannya dipinggang Ayana. Xaniel menyandarkan kepalanya di ceruk leher Ayana sambil terus bergumam "Maafin El Ayyy"

Ayana kembali shock berat.

TBC~

About FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang