Desas desus

1 0 0
                                    

"Nis, kamu bareng aku aja ya?" Reza udah lebih dulu nangkring di meja kerja aku, gak tau ngapain aja tu cowok dimejaku, so pokoknya dia udah santuy dengan gayanya yang super keren, katanya sih dia mirip Dylan Wang, hehehe...
"Astaga aku kaget loh kirain oppa Dylan ternyata oppa Reza" aku sengaja jailin dia, karena aku paling suka rona merah jambu dipipinya.
"Nis, kamu masih suka gak sama aku" di todong pertanyaan kayak gini bikin aku langsung malu, apalagi dia ngomongnya didepan banyak orang, "OMG bisa ga si suaranya dipelanin" aku langsung nyubit lengannya, yang tentu langsung disambut kekehan tawanya.
"Nis aku bilang ke mba Tiara kalau kita pacaran"
"What, kamu serius?"
"Canda, hehehe"
"Candanya gak lucu, tapi kok banyak desas desus kita pacaran"
"Yee, mana aku tau"
"Coba deh kamu ingat-ingat lagi kamu ngomong apa sama mba Tiara"
"Em...." Reza memonyongkan bibirnya sambil memasukkan tangannya ke dalam kantong celana, aku yang ngeliatnya cuma nyengir, ga tahan sama gaya cool nya, notice ga sengaja aku liat Meta menatap kami sinis dari kejauhan.
"Hem, itu mata biasa aja kali Met" tegur kak Windi sambil senyum kearah aku.
Aku mengerti maksud omongan mba Windi tadi, cuma mba Windi yang terang-terangan setuju dengan hubungan kami, menurut mba Windi Reza banyak berubah sejak kami dekat.
"za gimana perasaan kamu yang sebenarnya sama dia" mba Windi mengarahkan telunjuknya ke arahku yang lagi asik makan bakso,
"What kok aku mba" tolakku, sedikit jaim lah, jangan sampai rahasia hati ini kebongkar, tau sendiri mba Windi kan ketua geng bisa berabe kalau dia tau.
Sekilas mata Reza menatap ke arah aku. Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku, aku ga mau Reza membuka semua rahasia kita.
"Aku suka sama..." Reza berkata sambil menatap ke arah aku yang jelas udah gugup lengkap dengan rona merah di kedua pipiku. Beruntungnya dia tidak melanjutkan kalimatnya, benar-benar cowok yang ga bisa ditebak, dia dengan santai bertanya tentang keadaanku, padahal jelas dia tau aku lagi gugup dan malu.
"Kamu kenapa Nis?" Reza mengubah topik pembicaraan, aku langsung tersenyum mendengar pertanyaan itu, buru-buru aku menjawabnya,
"Aku sedikit keselek" jawaban singkatku membuat Reza ngakak.
"Jadi gimana perasaan lu Za?"
Mba Windi kembali menodong Reza dengan pertanyaan yang sama,
"Apes benar dah" batinku sambil terus mengunya makanan yang ada di tanganku.
"Belum saatnya aku go publik mba,"
"Kapan za?"
"Ih lu mah ntar-ntaran Mulu, padahal yak semut aja tau kalau lu itu suka sama Nisa"
Desak mba Windi, sekarang giliran doi yang tersudut wajahnya merah merona dan mulai terlihat gugup, mba Windi beralih melirik ku.
"Ngapain sih bilang ok aja ribet" dengus mba Windi sambil kembali melahap bakso yang sudah bertengger di sendoknya.
"Banyak yang bilang kalau Reza suka sama Nisa, Nisa juga suka sama Reza"
"Loh siapa mba" baik Reza maupun aku merasa terkejut mendengar perkataan mba Windi,
"Banyak hampir satu kantor pada tau kalian itu saling suka"
Kami berdua hanya tersenyum.
Cinta sudah tumbuh dihati kami, namun entah kenapa rasanya aku belum siap untuk bisa menerima dia dengan status yang berbeda.

Still Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang