"Tokoh, penokohan, alur, serta segala yang ada pada cerita ini hanya fiksi (tidak nyata). Apabila ada typo mohon dimaafkan"
Happy reading
✧༺ Girl In Novel ༻✧
"Halo~~~"
Sapaan dari jendela disamping Grace membuat perhatiannya teralihkan.
"Grace~~halo!"
Grace memutar bola matanya, ekspresi lelah dan juga malas terlihat di wajahnya. Memilih mengabaikan panggilan itu, Grace memilih untuk duduk di meja belajar dan mengerjakan TTS.
Fyi, kemarin dia baru saja membeli buku TTS untuk mengisi waktu luangnya. Walaupun sudah mendapat pekerjaan dan memperoleh gaji, tetapi itu belum cukup untuk membeli sebuah handphone ╥﹏╥.
[Hidup memang keras Grace]
"Grace~~"
"Gracee~~"
Pangilan demi panggilan disertai suara yang ceria terus terdengar. Sosok perempuan dengan rambut sepinggang masih setia berdiri di luar jendala kamarnya.
"Grace~~kalau di panggil tuh jawab dong~~"
"APAAN SIH?!" jawab Grace dengan raut sinis, kepalanya melihat ke arah sosok tersebut. "Hah?! Apaan, Jina?!"
"Kalau ga berguna nanti kamu aku masukin ke botol loh ya," mata Grace memicing ke arah Jina disertai ekspresi kesal.
Jina, sosok hantu perempuan dua hari lalu yang berantem dengan Grace sekarang sudah menjadi temannya.
"Hehhehehehe~~~"
"Diem, lagi pusing aku nih," kata Grace dengan wajah kesalnya. Otaknya berpikir tentang jawaban TTS yang sedang Ia kerjakan.
"Aku masuk yaa."
Tanpa mendengar jawaban dari Grace, Jina langsung segera masuk ke dalam kamar Grace dan terbang di dekat perempuan itu.
"Ngapain izin kalau kamu langsung masuk?"
"Biar sopan~~"
Grace kembali fokus pada TTS nya, setelah lama kemudian Grace menutup buku TTS nya dan merapihkan kembali.
"Udah ngerjain TTS nya?"
"Udah, pusing."
Jina tertawa mendengar jawaban Grace. Badannya Ia bawa mendekat ke arah Grace, "kamu ga makan?"
Grace mendengus, "orang gila mana yang nyari makan jam 11 malem, Jian?"
"Kamu. Kan kamu memang sudah gila sejak dulu."
"Kurang ajar," sebuah kertas terlempar ke arah Jina berada. Tentu saja tanpa perlu menghindar pun perempuan itu tidak akan terkena pukulan, karena kertas itu menembus badan Jina.
"Grace....."
Dari balik jendela kamarnya muncul tubuh seorang pria. Bagian kepalanya tidak ada, membuat kesan seram dan suram menguar.
Grace menengok, pandangan malas Ia lontarkan pada sosok tanpa kepala itu. "Ada di deket pohon deket rumah tante Gia."
"Makasih...."
"Jina diem, gue mau meratapi nasib dulu. Kalau lu ganggu mending keluar, kalau engga mending diem aja."
Grace menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, pikiran gadis itu menerawang jauh kejadian-kejadian yang telah Ia lalui.
Ini hobi barunya, melamun, memikirkan beberapa kejadian dan mencoba menganalisis nya.
Pertama, Grace sudah bekerja menjadi karyawan di sebuah rumah penginapan. Tempat kerjanya cukup nyaman walaupun terkadang suasana di sana terasa mencekam.
Ke-dua, dia indigo. Beberapa hari ini akhirnya Grace sudah menerima fakta bahwa Ia mempunyai kelebihan dapat melihat dan merasakan kehadiran mereka.
"Kok gue bisa liat lu, Jina?"
"Yaa karena kamu punya mata."
"Bukan, bener sih. Maksudnya tuh gue bisa liat lu and kawan-kawan lu yang ga seharusnya gue bisa liat."
"Takdir kali, gapapa Grace kan kamu jadi makin banyak temannya~~"
Waktu itu Grace hanya bisa tersenyum paksa. Jawaban bernada ceria dari Jina sangat tidak membantunya.
"Kenapa yaa, temen hantu gue jadi lebih banyak dari pada temen manusia...." Seperti di sebuah komik, tangisan imajiner tergambar jelas di wajah Grace.
Ke-tiga, Grace mempunyai sebuah benda yang selama ini sangat membantu hidupnya. Satu set perhiasan yang terdiri dari gelang, cincin, dan juga sepasang anting.
Waktu pertama kali menemukan itu Grace berencana untuk menjualnya. Sudah terbayang hidupnya akan nyaman, aman, dan kaya selama beberapa minggu dari hasil jualan perhiasan mahal tersebut.
"Kalau di jual hidup kamu bakal selamanya ga tenang."
"Ga bakal kok... Masa aku jual hehehhe~~~"
Dengan nasihat–paksaan–hantu laki-laki yang ada di atas lemari kamar Grace, akhirnya gadis itu mengurungkan rencananya.
Omong-omong, lelaki yang ada di kamar Grace memang sudah lama memperhatikannya, umurnya sekitar 25 tahun ke atas. Wajahnya seperti bukan orang Indonesia, bola mata abu-abu dan juga rambut berwarna hitam legam membuat wajah lelaki itu tampak rupawan. Setelan jas coklat semakin menambah poin plus penampilannya, hanya saja sebelah kanan tangan lelaki itu tidak ada.
Betul, beliau buntung.
"Kenapa bisa begitu?"
"Insiden."
Hanya jawaban singkat yang dapat Grace terima.
Ke-empat, dunia yang Grace tempati sekarang adalah dunia novel, lalu Grace disuruh untuk menyelamatkan para tokohnya. Yeayyy, bertambah lagi beban Grace.
"KEK MANE CARANYA?! GUE NGURUS DIRI SENDIRI AJA KADANG CAPEK APALAGI KALO DISURUH NYELAMATIN ORANG!"
"GA MAUUUU! AAAA!"
"MAU PULAAAAAANG!!!!"
"JINAAAA, TOLONGIN GUEEE"
Mulai lah si Grace ini tantrum yang hanya bisa dipandang aneh oleh Jina.
"Semoga cepat sembuh, Grace."
⋆ ˚。⋆୨୧˚ Girl In Novel ˚୨୧⋆。˚ ⋆
-Jangan lupa vote, coment, dan share (opsional)
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl In Novel
Horror[Slow Update] Tentang Grace yang ingin ke dunia novel. Tentang Ia yang setiap harinya selalu berangan-angan ingin ber transmigrasi, bertime travel atau menjelajahi dunia novel. Well, Grace memang memasuki dunia novel. Namun-MENGAPA IA HARUS MEMASUK...