Tepat pukul sebelas malam, keduanya duduk di kursi, dan akan mengakhiri malam mereka dengan menikmati musik live di salah satu tempat legendaris di Hollywood.
Hawa romantis pun sekejap menyelimuti mereka. Jazz terus menatap Valerie dengan tatapan tajam dan intensnya, membuat Valerie menjadi salah tingkah dan tersipu malu.
"Jadi, kamu akan tetap hiatus?" tanya Valerie yang masih tak rela, jika kesayangannya itu akan segera hiatus dari dunia hiburan.
"Iya. Keputusanku nggak bisa diganggu gugat Valerie. Aku akan tetap hiatus dan urus bisnis pribadiku di Kanada."
Kedua bola mata Valerie membesar. "K-kanada? K-kamu serius Jazz?" Valerie benar-benar tak percaya. Mengapa semuanya mirip dengan yang ada di universe lain itu?
"Kamu tau nggak? Jazz yang ada di universe lain itu, dia juga sedang mengembangkan bisnis pertambangan emasnya di Kanada. Bahkan dua kali aku terhempas ke sana, dia selalu meminta izinku untuk pergi ke Kanada. Jazz, kenapa semuanya terasa mirip ya? Apa iya, ini semua beneran cuma kebetulan aja?" Valerie semakin bingung.
Namun Jazz, dengan logikanya, ia mulai kembali berpikir dengan lebih hati-hati. Bahkan ia mengambil ponselnya, untuk mencari kata kunci 'Apakah benar, universe lain itu ada?'. Bukan hanya Valerie yang bingung, Jazz pun semakin bingung. Ia mengernyitkan dahinya. Berusaha untuk mengaitkan segala yang Valerie ceritakan kepada dirinya.
"Jazz, apa di masa depan, kita akan menjadi suami istri seperti cerita di universe lain, yang pernah aku kunjungi itu? Kamu berhenti jadi penyanyi dan aku berhenti menjadi wanita karir yang bekerja di kantor. Kamu akhirnya menjadi pengusaha sukses, dan aku akan menjadi penulis novel terkenal?"
Jazz masih terdiam. Otaknya masih berputar.
Valerie mulai pasrah. Ia tak bisa memaksa hati Jazz, untuk percaya dengan semua ceritanya.
"Valerie," sapa Jazz, saat Valerie sudah pasrah dan tak membutuhkan jawaban apapun dari Jazz.
"Iya Jazz? Emm Jazz, kalau kamu masih bilang aku itu halu, nggak apa-apa kok. Aku udah nggak kepingin maksa-maksa orang lain lagi, untuk percaya dengan ceritaku. Tapi, liontin emas berinisial huruf J itu, adalah bukti nyata dari perjalanan panjangku menuju ke universe lain itu."
Valerie mengulas senyumannya.
Masih mencerna dengan amat cermat, Jazz pun tak ingin menanggapi ucapan Valerie dengan ceroboh. Ia harus hati-hati, agar Valerie tak tersinggung. Maka, ia berusaha dengan perlahan untuk mengalihkan pembicaraan tentang universe lain itu.
"Kamu tau nggak? I've never been this comfortable talking to a woman. Biasanya, aku selalu dingin. Tapi sama kamu, rasanya nyaman banget. Aku memang belum mengenal kamu lebih jauh, tapi, aku mau mengenal kamu lebih jauh lagi," ujar Jazz dengan jujur.
Jazz memang tipikal pria dingin yang sulit sekali bergaul dengan lawan jenisnya. Hanya Valerie lah yang mampu mencairkan es-es beku di hati Jazz.
Mulanya, Jazz bingung dengan perasaan yang ia rasakan. Setelah kencan private pertama mereka di sebuah taman hiburan tempo lalu, rasanya hati Jazz selalu berdebar setiap kali mengingat nama Valerie di kepalanya. Jantungnya semakin tak karuan, saat ia memandangi foto-foto Valerie hasil bidikannya di galeri ponselnya.
Bahkan beberapa minggu tak berkomunikasi dengan Valerie, hati Jazz pun merasa hampa. Ingin rasanya ia menghubungi Valerie dan membalas pesan-pesan yang Valerie kirimkan, namun ia tak bisa. Sebab saat itu, agensi melarangnya untuk berkomunikasi dengan siapapun, termasuk dengan para penggemarnya di seluruh dunia.
Kini, Jazz perlahan mulai menyadari tentang rasa yang ia rasakan itu. Ia yakin, jika Valerie lah wanita yang tepat baginya. Ia yakin, kalau dirinya, bukan hanya terpesona dengan kecantikan yang Valerie pancarkan, melainkan ia sudah jatuh cinta juga kepada sosok cantik nan menggemaskan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...