The Beverly Hills Hotel, menjadi pilihan Jazz, untuk berbagi cerita dengan Valerie.
Sampai di dalam ruangan yang Jazz tempati, Valerie sungguh terkejut. Ruangannya sangat megah dan mewah. Tak heran jika Jazz memilih ruangan itu, sebagai tempat singgahnya sementara, selama tur konsernya di Los Angeles.
Jazz pun mempersilakan Valerie untuk masuk ke dalam.
Dengan perasaan ragu-ragu, Valerie pun masuk. Langkahnya cukup berat, kala Jazz mulai menyuruhnya untuk duduk di ruang makan mewah yang mejanya berbentuk lingkaran besar, dihiasi oleh lampu raksasa yang berkilau, di atasnya.
"Kamu kenapa? Kok tumben diam aja daritadi? Biasanya Valerie nggak kayak begini deh," kata Jazz yang mulai sadar dengan tingkah aneh Valerie.
"A-aku gugup Jazz. Ini pertama kalinya aku dibawa masuk ke dalam hotel, sama laki-laki yang aku suka. Speechless sih. Aku nggak tahu, harus bersikap gimana. Ini beneran yang pertama kalinya aku berada di situasi yang seperti ini," jawab Valerie dengan bibirnya yang bergetar.
Lantas Jazz pun tertawa seraya membuka outer jaket yang melekat di tubuhnya.
Kedua bola mata Valerie kembali terbuka dengan lebar. Ia semakin gemetar, saat melihat tato-tato indah yang terukir di lengan kanan Jazz. Maklum, selama tampil di siaran televisi, Jazz selalu memakai outer-nya, demi menutupi karya indah itu, dari anak-anak yang masih di bawah umur.
Otot-otot tubuh Jazz juga terpampang jelas. Menjadikan Valerie semakin terbuai, dan tak berkedip barang sedetik pun. Valerie menelan salivanya dalam-dalam, demi menahan segala gejolak alami yang mengalir begitu saja ke tubuhnya. Desirannya sangat kuat, hingga ia sempat memejamkan matanya sejenak, guna mengalihkan segala pikiran kotor yang merasuki jiwanya.
Ah pergi sana pikiran kotor! Tolong jangan rusak momen indah ini! Gue cuma mau disayang sama Jazz.
"Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu kok. Tenang, Jazz idola kamu ini, bukan laki-laki yang brengsek. Aku ajak kamu ke sini, karena aku mau mengenal kamu lebih dalam. Mengenal karakter kamu, pekerjaan kamu, keluarga kamu, pertemanan kamu ... itu juga, kalau kamu nggak keberatan ceritakan semuanya ke aku," tutur Jazz. Lalu ia duduk berhadapan di kursi makan, yang ada di depan Valerie.
Valerie menyingkirkan helaian anak rambut, yang sempat menutupi wajahnya. "A-aku nggak keberatan sama sekali kok Jazz. Justru aku malah senang. Malah takutnya, kamu yang bosan sama cerita-cerita aku."
"So tell me, and I'll be a good listener," kata Jazz yang mulai memasang telinganya dengan seksama.
Jazz sudah memesan hidangan camilan malam, beserta satu botol wine, untuk ia konsumsi bersama dengan Valerie, pada malam ini. Sebagai formalitas saja, agar obrolan mereka tak begitu membosankan, dan agar Valerie bisa lebih rileks berada di dalam ruangan ini bersamanya.
"Aku bekerja di perusahaan Business Consultant sebagai senior manager. Emm, udah lumayan lama sih, sepuluh tahun aku bergelut di bidang itu, sampai-sampai aku baru aja dapat tawaran untuk naik pangkat menjadi kepala divisi, tapi ...," ucapan Valerie terputus, saat ia melihat diri Jazz yang sangat antusias mendengarkan ceritanya. Bahkan mulut Jazz, sampai menganga lebar.
"Wow, amazing! Tapi kenapa?" tanya Jazz penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
"Aku kayaknya mau resign aja deh. Aku capek banget. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar pula tekanan yang aku hadapi setiap harinya. Aku kayaknya nggak sanggup Jazz. Ditambah lingkungan kerjaku pun lumayan toxic. Ditambah juga kamu mau hiatus. Nanti siapa yang kasih semangat ke aku? Huhu."
Jazz menepati janjinya. Ia menjadi pendengar yang baik bagi Valerie. Sampai Valerie berhenti bercerita, ia baru memberikan komentarnya. "It's okay. Aku paham. Semua pekerjaan itu, pada dasarnya sama kok. Benar kata kamu. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar pula beban dan tanggung jawab yang harus diemban. Berat pastinya. Tapi kamu jangan khawatir ya Valerie, aku akan selalu ada untuk kamu, sekali pun nanti, aku akan hiatus dari dunia hiburan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...