Valerie pergi menuju ke salah satu kamar, yang berada di dalam ruangan itu. Kamar mewah yang menghadap ke arah pemandangan kota Los Angeles pada malam hari. Cantik sekali.
Sebelum Valerie benar-benar masuk, ia menoleh ke arah meja makan yang sebelumnya menjadi tempat bercengkramanya bersama Jazz. "Kamu nggak mau bobo Jazz?"
"Belum. Kamu duluan ya Valerie. Aku masih mau habiskan wine ini. Bobo yang nyenyak ya. Jangan mikir yang aneh-aneh! Mimpi indah! Take me, into another universe with you," canda Jazz, sebelum Valerie benar-benar menghilang dari pandangannya.
Merasa terhibur, Valerie pun kembali menghampiri Jazz, dan merangkul Jazz dengan manja dari belakang. "Jangan minum kebanyakan ya Jazz! Jangan sampai mabuk, nanti siapa yang nolongin kamu?" bisik Valerie, tepat di depan telinga Jazz.
"You," ucap Jazz, seraya menolehkah wajahnya ke belakang dan hanya menyisakan jarak, beberapa sentimeter saja, dari wajah Valerie.
CUP.
Tanpa aba-aba, Jazz kembali mengecup bibir Valerie dengan singkat. "You will help me, if I get drunk later," kata Jazz dengan tatapan wajah semunya dan matanya yang sudah sayu, sebab ia memang sudah menghabiskan setengah botol wine-nya, sewaktu berbincang dengan Valerie tadi.
"What if you're drunk and I'm not here? But I'm in another universe?" ledek Valerie.
"I will chase you, even if you go to another universe," balas Jazz dengan tatapan yang semakin kacau. Rasanya ia ingin kembali mendekap Valerie, efek pengaruh alkohol pada wine yang sedang ia konsumsi. Tapi, dengan kesadarannya yang masih tersisa, Jazz harus membuang pikiran itu jauh-jauh dari kepalanya.
"Jazz, jangan begadang ya! Kamu udah setengah mabuk tuh. Pokoknya kamu harus tetap sadar. Aku ke kamar duluan ya?"
"Go ahead! Don't mind me, pretty Valerie!" seru Jazz, yang langsung dituruti oleh Valerie.
Untuk yang kesekian kalinya, Jazz berhasil membuat perut Valerie menjadi sangat geli.
Entahlah, rasanya hari ini perasaan Valerie sungguh campur aduk. Mulanya ia sedih karena rindu dengan Jazz. Sudah bertemu dengan Jazz, perasaannya pun menjadi bahagia. Lalu kembali sedih, saat Jazz mengumumkan dirinya akan hiatus.
Bahagianya kembali terpancar, saat Jazz ternyata melihat dirinya ditengah-tengah acara konser berlangsung. Bahkan di akhir acara, Jazz sempat membawanya pergi ke belakang panggung dan memeluknya dengan hangat. Tak berlangsung lama, kebahagiaan itu kandas, karena sosok Claudia Camela yang tiba-tiba saja hadir diantara mereka.
Valerie sungguh frustasi. Bahkan hingga dini hari tiba, perasaannya masih simpang siur. Padahal, malam ini, Jazz sudah memberikan afeksi cinta yang banyak kepada dirinya. Harusnya ia bahagia, namun ia tak bisa. Sebab kabar terbaru tentang mamanya, membuat dirinya merasakan perasaan bersalah yang paling dalam.
Valerie berharap, sang mama segera sembuh dan keluar dari rumah sakit. Valerie berharap, ia masih sempat mewujudkan keinginan mamanya itu, untuk segera menikah, dengan calon pria, pujaan hatinya.
Valerie menangis di balik bantal empuknya. Menangis sendu meratapi nasibnya saat ini.
Mimpi untuk dipeluk dan disayang sama Jazz udah tercapai. Tapi, nggak mungkin kan, gue menikah sama Jazz? Jazz benar-benar cuma anggap gue sebagai penggemarnya aja, nggak lebih. Nggak usah mimpi yang terlalu dalam deh lo Valerie.
Padahal, jelas-jelas, apa yang ada di pikiran Valerie itu salah. Bahkan saat ini, Jazz sedang menanti jawabannya, yang belum sempat Valerie ungkapkan kepadanya.
***
Pukul satu dini hari, Valerie sulit sekali memejamkan kedua matanya. Inginnya menghampir Jazz yang tertidur pulas di atas sofa, yang berada di ruangan televisi. Namun, Valerie urungkan niat itu, sebab ia tak ingin mengganggu istirahatnya Jazz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...