Dunia sihir terdiri dari lima daratan besar, sebuah samudera yang sangat luas, dan ratusan pulau-pulau kecil tersebar di atasnya. Akan tetapi, hanya ada empat daratan di atas samudera itu. Lantas, ke mana yang satu lagi?
Para penyihir menyebutnya sebagai Skyland. Sebuah daratan yang hanya sedikit lebih besar dari Capitol melayang di langit dan mengelilingi dunia sihir. Penyihir-penyihir yang tinggal di Skyland umumnya bukan berasal dari ras manusia atau paling tidak merupakan setengah manusia.
Dalam satu tahun, hanya sekali Skyland lewat di atas Capitol. Pemandangan luar biasa saat sebuah daratan berhenti di atas kepalamu, retak menjadi daratan-daratan yang lebih kecil agar tak menghalangi sinar matahari. Skyland akan tinggal selama sehari atau kadang dua hari dan biasanya penduduk Capitol memenuhi toko-toko mereka dengan barang-barang. Mereka mengeluarkan semua isi gudang karena penduduk Skyland akan datang.
Keramaian yang diakibatkan oleh mampirnya Skyland di langit Capitol membuat seluruh kota terlihat seperti sedang merayakan sebuah festival.
Saking ramai jalanan Capitol hari itu, Jungwon dan kakeknya sampai terdorong hingga ke depan gedung dewan. Bukan hal yang aneh karena tukang jahit langganan Alsteris memang berada tidak jauh dari sana, tapi tetap saja mengesalkan.
"Joseph?"
Seseorang memanggil nama kakek Jungwon.
"Oh?" Alis Jungwon terangkat. "Tuan yang waktu itu?"
"Kamal! Lama tidak berjumpa!"
Joseph dengan ramah langsung memeluk pria yang Jungwon lihat saat kejatuhan dunia sihir dulu. Manusia setengah harpi yang memiliki 'Charlotte' di belakang namanya.
"Kakek mengenalnya?" tanya Jungwon.
"Dia temanku," jawab Joseph. "Teman sebaya."
"Hah?!"
Kamal tertawa malu-malu. "Harpi pada dasarnya memang berumur panjang dan awet muda. Justru kakekmu ini yang aneh. Dia mempertahankan tubuh mudanya selama dua ratus tahun, tapi tiba-tiba memilih jadi kakek-kakek karena sudah punya cucu."
Jungwon melongo menatap kakeknya. Kalau dipikir-pikir kakeknya memang terlihat muda di fotonya bersama ibu.
"Aku tidak menduganya. Sama sekali tidak terlintas di pikiranku," kata Jungwon.
"Ayolah, dia baru punya anak di usia dua ratus tahun. Menurutmu, wanita mana yang akan mau menikahi kakek-kakek meskipun dia seorang mage?"
Masuk akal juga.
"Ekhem! Bisakah kita hentikan bahasan ini?" tegur Joseph.
"Tentu," balas Kamal. "Bagaimana dengan cucumu? Dengar-dengar hasil ujiannya bagus juga kali ini?'
"Itu benar, karena dia cucuku," jawab Joseph sedikit angkuh.
Baru dua hari yang lalu ujian semester berakhir dan hasilnya belum diumumkan. Dari mana tuan ini tahu kalau nilai ujian Jungwon bagus?
"Aku sengaja melihatmu." Kamal mengedipkan sebelah matanya pada Jungwon.
"Omong-omong, tumben sekali kau mau datang ke Sidang Dewan Pertimbangan?" tanya Joseph pada Kamal.
"Oh, aku tidak datang ke sini untuk mengikuti sidang."
"Lalu untuk apa?"
"Karena akan ada sesuatu yang menarik hari ini."
Tepat setelah Kamal menyelesaikan kalimatnya, atap kubah gedung dewan yang terbuat dari kaca-kaca tebal terbuka, mengalihkan perhatian semua orang. Dari tempat di mana para tetua dan anggota dewan duduk, Heeseung maju menghadap seluruh penduduk Capitol.
Dengan sihir pengeras, suara Heeseung terdengar oleh setiap orang yang ada di sana dengan sangat jelas. "Paladin yang selama ini kalian kenal tidak akan lagi memimpin dunia sihir."
Mata Jungwon membelalak. "Hah? Apa maksudnya?"
"Aku, Heeseung Charlotte, memberitahukan pada semua yang ada di dunia sihir bahwa aku akan memimpin kalian menuju kejayaan. Mulai hari ini, aku akan mengambil posisi paladin dan bagi yang tidak setuju..." Heeseung menarik salah satu sudut bibirnya. "Silahkan bicara dengan pedangku."
Bukan hanya Jungwon yang ingin maju meninggalkan masa lalu. Bukan hanya Jungwon yang terlahir kembali menjadi sosok yang baru. Di dunia sihir yang luas ini, ada begitu banyak jalan yang tercipta dari impian setiap orang dan itu adalah pilihan mereka untuk berani menapakinya atau tidak.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!