Bab 14 : Bergelora

328 33 0
                                    

Riuh ramai lapangan sekolah Neo Budaya dipenuhi pengunjung guna meramaikan festival.

"Selamat datang di festival!" seru salah seorang siswa di dekat gerbang masuk, dengan senyum lebar membagikan satu persatu lembaran brosur di tangannya.

Anak-anak, remaja bahkan orang dewasa datang demi menikmati keseruan festival.

Hari ini adalah harinya bazar. Kreativitas para siswa dan siswi diperlihatkan disini. Berbagai macam makanan dan minuman tersedia, bahkan ada yang menunjukkan pertunjukan sulap. Dan jangan lupakan sarana permainan yang berbagai macamnya.

Narajia dan Cale, mereka ditugaskan untuk menjaga bazar sementara karena yang lainnya ingin menikmati bazar milik kelas lain. Sistem yang mereka gunakan adalah bergantian setiap satu jam sekali.

"Dek, ini berapaan?" tanya seorang pria dengan seorang wanita di gandengannya sembari menunjuk gantungan kunci yang lucu.

"Kalau yang itu dua lima belas ribu, bang." jawab Narajia seramah mungkin.

"Beli satu sepuluh ribu loh bang, mending beli dua biar untung lima ribu!" sebungkus Narajia sembari mengambilkan gantungan kunci lucu itu.

"Gimana, sayang?"

"Oke deh, biar kita couplean!" Jawab wanita itu dengan semangat.

Pria jangkung itu melihat ke arah Narajia kemudian mengangguk. Narajia mengerti dan segera membungkus dua buah gantungan kunci lucu itu dengan rapi.

"Makasih, bang! Semoga langgeng ya!" ucap Narajia sembari menerima dua lembar uang, ungu dan orange. Yang menerima ucapan hanya tersenyum, kemudian berjalan pergi untuk mengunjungi bazar lainnya.

Cale yang sedari tadi hanya menyimak di belakang Narajia melangkah ke samping Narajia dan mengatakan, "Public speaking lo bagus juga."

"Bahasa lo public speaking, gue cuma jualan." Jawab si manis ketus.

"Dih gak cayaan!"

"Udah sono gantian gua capek!"

Cale berdecak sebelum melayani pelanggan yang mulai berdatangan kembali.

Narajia tersenyum puas dan duduk di kursi yang ada di belakang cale. Ia merasakan keram di kakinya karena terlalu lama berdiri. Akhirnya sekarang ia bisa duduk setelah melayani puluhan pelanggan yang terus berdatangan. Hatinya lega melihat idenya yang ternyata banyak diminati dan laku terjual.

Satu jam telah berlalu sejak giliran Narajia dan Cale untuk menjaga bazar. Teman-teman sekelas mereka mulai berdatangan dan akhirnya Narajia dan Cale terbebas.

"Daftar harganya mana bro?" tanya Jayden, ia yang terpilih untuk menjaga bazar kali ini.

"Di meja." jawab Cale sambil menunjuk meja yang ia maksud.

"Giliran lo, Jay?" tanya Narajia.

Hayden menjawab singkat; "Yoi,"

"Oke, kita dua pergi ya!" Cale merangkul Narajia, Jayden mengangguk lalu keduanya melenggang pergi.

"Mau kemana dulu, Nar?" tanya Cale melepaskan rangkulannya.

"Kemana aja lah."

Cale celingukan untuk mencari bazar yang sekiranya bisa mereka datangi. Kedua netra coklat miliknya berbinar kala melihat bazar dengan sebuah permainan yang tampaknya menyenangkan.

"Nara ayo kesana!" sambil menunjukkan bazar milik kelas dua belas dengan antusias. Tanpa menunggu persetujuan ataupun jawaban dari Narajia, Cale langsung menarik tangan Narajia untuk ikut bersamanya.

Tentang Kita: Sederhana {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang