Ucapan itu sontak membuatnya malu. Yang gadis itu pikirkan hanyalah tubuhnya yang terlihat seperti kulit bersatu dengan kerasan tulang.
Mungkin.
"Berisik... Jangan menyebutkannya langsung di depanku..." bisiknya bercampur isakan yang masih berlangsung. Sesekali ia memukuli dada bugar pria itu dengan tangan terkepal.
"Apa? Kau tidak menerima fakta?" ledek Rin dengan seringai kecil yang terpampang di sudut bibirnya.
Padahal ia kira situasi ini akan layu dan penuh gaung yang saling berbagi kerinduan, ternyata pria ini memancing emosinya.
"Aku menerimanya. Tapi bisakah kau tidak perlu menyebutkannya langsung? Setidaknya kau sembunyikan perkataan itu..." bantahnya menjelaskan.
"Bagaimana jika aku berkata bahwa kini kau lebih kurus dan tubuhmu jauh lebih rendah dariku?"
"Maksudmu apa, huh?" tanggapnya dengan ekspresi mulai kesal.
"Selain mudah terbawa suasana, kau juga tidak bisa memahami perkataanku, hm? Wanita kecil? Atau gadis? nona?"
Suasana yang pada awalnya sendu, kini terasa panas karena perkataan Rin. [Name] segera mengusap kasar genangan air mata di pipinya dan menatap kesal kearah pria di hadapannya.
Tetap saja tatapan gadis itu terasa berkaca-kaca.
Dan itulah yang membuat Rin ingin terus menggodanya hanya dengan ucapan yang ia katakan.
"Aku punya nama!" bentaknya.
"Aku tidak menanyakan namamu sebelumnya."
Perkataan Rin sangat menyebalkan.
"Kalau begitu jangan panggil aku dengan nama lain selain namaku. Apa itu cukup untukmu untuk memahaminya?!"
"Tidak."
Rin terkekeh pelan. Perlahan ia memutar tubuh [Name] untuk menghadap ke arah pintu, kemudian mendorong tubuh gadis itu dengan memegangi kedua sisi pundaknya untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Udaranya dingin, cepat masuk," titahnya tak bergeming dan dengan hati-hati ia menutup kembali pintu yang berada di belakang tubuhnya.
Hingga suara angin malam tak terdengar, kondisi terasa canggung.
"Aku akan membiarkanmu tidur di lantai seperti yang pernah kau lakukan padaku," ancamnya dengan suka hati tersenyum jengkel ke arah Rin. Tidak memberikan respon apapun selain tatapan sinisnya.
"Tidak masalah," jawabnya santai.
Baiklah, jika itu tidak masalah, [Name] pun tidak keberatan, meski dia cukup keberatan.
Mereka berjalan menuju kamar yang [Name] tinggali. Untung saja ruangan miliknya rapi teratur dan sederhana dengan kesederhanaan yang ia miliki.
"Puas? Kau benar-benar akan tidur di lantai!" Ucapnya bangga sembari menunjuk kearah lantai.
Rin mengedipkan kedua matanya beberapa kali.
"Lalu?"
"Lalu...? Lalu tentu saja kau akan tidur di lantai. Tidak ada bantal, tidak ada selimut," tuturnya tegas.
[Name] segera merebahkan sekujur tubuhnya di atas matras kasur yang tak seberapa itu. Mungkin sama saja jika tidur diatas matras dan lantai.
"Aku tidak keberatan," balas pria itu yang dengan mudahnya menerima apa yang [Name] katakan padanya.
Ia segera meletakkan tasnya, dan melepaskan seragam tentara yang dikenakannya. Menyisakan dirinya yang tengah mengenakan kaos putih pada umumnya.
Dengan santai, Rin merebahkan tubuhnya di atas lantai. Tidak memberikan reaksi yang [Name] sendiri harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfic"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...